Tak ada yang lebih indah dari profesi apapun dalam bidang entertain selain sebagai seorang model. Tak terlalu banyak kegiatan seperti practice dan lainnya.
Sore itu Jisoo duduk di kursi malas di ruangan Hansol, ditangannya tercangkup smartphone yang baru seminggu yang lalu ia beli. Ia juga maniak game akhir-akhir ini.
"Apa kau akan meninggalkan seonggok kursi malas dimanapun kau berada?" Hansol menginterupsi dari balik meja kerjanya.
Matanya tak menatap pada Jisoo sama sekali. Ia hanya melirik sekilas Jisoo dengan outfit casual. Hanya kaos dan blue jeans sebenarnya, namun Jisoo menambahkan snapback merah dan sneaker berwarna senada yang membuatnya terlihat seperti rapper underground.
"Itu sebagai tanda bahwa tempat ini masuk dalam kekuasaanku."
"Kau bercanda?"
"Anggap saja begitu. Urus saja urusanmu, Hansol dan tinggalkan aku dalam zona pribadiku," dengan menggigit bibir pelan, kedua jempol tangan Jisoo tak henti-hentinya menekan layar ponselnya, ia menjawab pertanyaan calon pemilik perusahaan dengan santainya.
"Suara desisanmu menggangguku."
"Ada earphone dalam lacimu, bukan? Kau bisa menggunakannya."
"Kau!"
"Ssstt... aku akan pergi saat Seungkwan menjemputku. Tenanglah."
Dan saat nama Seungkwan menguar, maka disitulah bibir Hansol terkatup rapat.
***
Hansol memanglah seorang model namun ia juga memiliki posisi penting di perusahaan ayahnya ini. Setidaknya ia harus belajar mengelola perusahaan karena ia yakin bahwa kakaknya tak akan mau meninggalkan perusahaan yang ada di Kanada untuk sekedar membantunya mengelola perusahaan induk ini.
Beberapa hari ini, ia sengaja mengosongkan jadwalnya untuk menerima tawaran sebagai model karena ada beberapa hal yang harus ia urus sebagai calon CEO pengganti ayahnya. Namun semua sedikit terganggu karena tadi Seungkwan dengan tergopoh-gopoh datang ke ruangannya dengan membawa dua tas ransel besar berisi barang entah apa— yang terlihat menonjol di balik tas itu.
Disamping kedua tas itu berdiri Jisoo yang matanya tak lepas dari ponsel ditangannya. Kekasihnya itu berpamit hendak ke ruangan CEO, sehingga ia menitipkan dua tas ransel beserta modelnya –Jisoo— kepada Hansol.
.
.
Jisoo bermain game bukan karena ia suka pada permainan itu sedari muda. Ia menyukai game semenjak Seokmin mengajaknya bermain game online.
Game itu bukan tipe game perang atau tembak-tembakan, hanya game mengumpulkan koin yang mudah pengoperasiannya. Dengan cara ini Jisoo akan merasa lebih dekat dengan Seokmin, begitu sebaliknya.
"Jangan terus mengkonsumsi ice cream, Jisoo. Kau bisa gendut," Hansol kembali menginterupsi dari balik mejanya. Kesekian kali pula Jisoo memicingkan matanya dan berdecak sebagai jawaban.
Satu cup ice cream cokelat stroberi berdiameter 12 cm dengan tinggi 6 cm telah bersisa setengahnya. Semuanya berpindah ke perut datar Jisoo dalam satu jam terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
grand bébé [SEOKSOO]
Teen Fiction•Lee Seokmin x Hong Jisoo ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Seokmin seorang hantu penghuni apartemen tua dan Jisoo seorang model menjadi penghuni baru apartemen. ®iam.vidiot