"Kamu itu sudah kepala empat. Mau yang bagaimana lagi?"
" Yang cocok dengan saya, Bu."
Anita mendesah berat. Diumurnya yang sudah tua ini masih harus memikirkan pasangan untuk anaknya.
" Betul, mencari pasangan hidup itu memang harus cocok satu sama lainnya. Yang menjadi pertanyaan Ibu cocok kamu itu yang bagaimana? Yang seperti apa toh nak?"
" Seperti yang saya bilang sudah-sudah, Buk." Jawab Sanggala kalem. Mata nya fokus menatap gawai. Tangannya sibuk men-scroll layar.
" Kalau yang kamu maksud pintar masak, pintar bersih-bersih rumah, sama saja kamu mau mencari pembantu bukan istri." Anita menatap Sanggala kesal.
" Ya mau gimana lagi, Bu. Belum ada yang cocok sejauh ini. Mungkin jodoh saya masih ngumpet atau belum lahir."
Anita langsung mencubit paha Sanggala. Matanya melotot.
" Jangan sembarangan kamu kalau bicara. Diijabah sama yang kuasa kata-katamu, baru tau rasa." Anita mengusap dada sembari berkomat-kamit. " Kamu itu ya usaha lah, nak.! Jangan cuma menunggu saja. Usaha-usaha! Masa tidak ada satu pun yang tertarik toh?"
" Belum waktu nya, Bu. Nanti kalau ada pasti saya menikah juga."
" Kapan? Nanti kamu itu kapan, hah?" Anita menyalak. Ia kesal dengan jawaban Sanggala. Anaknya itu tampak lempeng- lempeng saja. Padahal umur sudah empat puluh.
" Bu, yang sabar, Bu." Sanggala mematikan gawai dan fokus kepada Anita.
" Tidak bisa. Ibu tidak mau sabar lagi. Begini saja, biar Ibu saja yang mencarikan calon istri untukmu. Ibu tidak mau debat lagi. Kamu harus nurut." Anita mengancam Sanggala. Capek menghadapi sulung Pramujaya tersebut.
Sanggala menghela nafas pelan kemudian ia mengangguk pasrah. " Ya, Ibu cari saja mana yang cocok untuk saya. Sebelum saya balik ke jakarta."
" Bagus. Kenapa tidak dari dahulu saja kamu bilang seperti ini. Ibu pasti sudah menggendong cucu jauh-jauh hari." Anita tersenyum lebar. Ia akan mencarikan calon istri untuk anaknya. Ia tidak akan menyiakan kesempatan bagus ini. Ah sepertinya Anita akan mulai sibuk mencari dan memilih perempuan yang cocok untuk anaknya.
" Ibu kan sudah punya cucu dari Renggala dan Saniya."
" Cucu dari kamu yang Ibu maksud."
" Saya masih punya waktu lima hari, Bu." Kasih tahu Sanggala yang membuat Anita melotot kembali.
" Kok cepat sekali. Bagaimana bisa Ibu mencari dalam waktu sesingkat itu. Yang benar saja kamu. Tidak bisa! Kamu di rumah saja sebulan ini!"
" Tidak bisa, Bu. Pekerjaan saya sudah menunggu. Banyak yang harus saya kerjakan setelah sampai di jakarta nanti." Sanggala mencoba memberitahu Ibunya.
" Kamu kan kerja sendiri. Tidak sama orang lain. Ya pasti bisa lah terserah kamu saja kapan balik nya. Jangan terburu-buru begini."
" Bu," panggil Sanggala pelan.
Anita memutar bola matanya.
" Sibuk terus kamu. Pulang cuma sebentar saja!"
" Kan saya kerja, Bu. Lagian Ibu kan bisa ke jakarta juga."
" Lebih senang di kampung dari pada di kota orang. Nggak betah Ibu lama-lama di sana."
****
Sanggala sudah sampai di hotel tempat acara reuni SMA sekolahnya.
" Hey, Sanggala!"
Sanggala berhenti dan menoleh ke belakang.
" Wah, akhirnya datang juga lo." Sabda dan Sanggala melakukan tos ala mereka zaman sekolah dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
40 Th
RomanceSanggala Pramujaya berumur empat puluh tahun. Sudah memasuki usia yang sangat matang untuk berumah tangga dan menikah. Namun malang, tidak ada satu pun perempuan yang mau dinikahinya. Entah apa penyebabnya. Tidak ada yang tahu selain Tuhan dan dir...