39

4K 236 2
                                    

Extra part 5-6 udah update di karyakarsa yaa!!

🧚🧚🧚🧚

Para tamu semakin banyak yang datang. Sanggala dan Bia tidak ada istirahatnya. Tamu-tamu bergantian memberikan selamat dan salaman.

Semua tamu datang dari pihak Sanggala. Dari pihak Bia belum ada.

Bia capek sekali berdiri dengan memakai higheels yang tingginya tujuh centi.

" Capek sayang?" Bisik Sanggala menarik pinggang Bia.

Bia mengangguk. " Lumayan Mas. Tamu nya banyak banget yang hadir. Nggak habis-habis."

" Iyaa. Mas juga nggak nyangka bisa sebanyak ini yang hadir. Gimana sayang mau istirahat?"

" Umm emang boleh. Itu ada yang mau salaman Mas?" bisik Bia. Sanggala memejamkan mata sejenak. Jangan kan Bia ia saja sudah lelah sekali rasanya. Capek bergantian menyalami orang dan tersenyum sepanjang jalannya acara.

" Senyum!" bisik Bia menyenggol lengan Sanggala.

" Selamat menempuh hidup baru ya nak Sanggala dan nak Bia. Semoga rumah tangganya di berkahi. Sakinah mawaddah dan warahmah."

" Aamiin. Terima kasih ucapan dan doa nya Ibuk." balas. Bia tersenyum. Rasanya bibir nya sudah kering karena kebanywkan senyum.

" Sama-sama. Ibu doakan juga semoga cepat dapat momongan ya."

" Iyaa. Terima kasih banyak, Buk."

" Semoga saja. Anak Mas sudah ada dalam sini!" Ujar Sanggala setelah kepergian Ibu barusan

Bia menyingkirkan tangan Sanggala yang sedang mengusap perutnya. Sengaja mau cari perhatian dan dibicarakan orang. Dasar Sanggala ini

" Jangan buat aneh-aneh Mas. Acaranya masih jalan." Ujar Bia pelan

Sanggala tertawa. " Ya nggak papa lah sayang. Namanya juga udah suami istri. Udah sah."

" Sabiaaaaaaaa." Pekik seorang perempuan naik ke atas panggung sedikit berjalan kencang sambil merentangkan tangan. Ia tidak peduli menjadi perhatian orang-orang.

Bia terkejut bukan main.

" Jeje." Pekik Bia sangat senang. Mereka pelukan. Sanggala ikut tersenyum melihat kebahagian Bia.

" Jahat banget lo Bia. Tau nggak sih lo. Gue kaget dapat undangan tiba-tiba dari lo gini. Berbulan menghilang tiba-tiba sudah merried aja. Tega lo sama gue." Jeje memukul bahu Bia. Air mata nya menitik. Di sisi lain ia sedih. Namun saat bersamaan ia juga bahagia melihat temannya sudah ada yang melindungi.

" Iya gue minta maaf, Je. Semuanya serba mendadak. Nanti deh gue cerita." bisik Bia pelan.

Jeje mengangguk. Ia mengalihkan pandangan nya pada Sanggala.

" Gue harus panggil apa ya sama suami lo?"

" Panggil bapak saja!" jawab Bia cepat dan menahan tawa.

" Pak tolong jaga teman saya ini ya. Mohon di lindungi dan dibahagiakan teman saya. Jangan buat teman saya sedih, Pak. Udah cukup hidup nya selama ini menyedihkan." Bia meringis mendengar ucapan Jeje. Ia tidak tersinggung sedikitpun.

" Iya. Tanpa kamu bilang pun saya akan melindungi dan membahagiakan istri saya. Terima kasih." balas Sanggala. Jeje mengangguk.

" Gue turun dulu. Banyak antri tuh mau salaman. Senyum lima jari!"

Bia tertawa. Jeje turun setelah mengambil foto bersama.

" Sayang Mas nggak suka sama teman kamu!" ucap Sanggala tanpa tedeng aling-aling.

40 Th Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang