16

7K 409 27
                                    


Selamat pagiiiii

Happy reading🧚🧚🧚🧚

Bia terkapar di lantai kamar Sanggala. Ia baru saja dapat kabar kalau Ibu mertuanya akan sampe nanti malam. Jadilah, sepulang dari kantor Bia membereskan barang-barangnya agar dipindah ke kamar Sanggala di atas.

Bia tiba-tiba di telpon Sanggala ngasih tahu kalau Ibuk nya bakal datang dan di suruh pindah ke kamarnya.

Bia bolak balik turun naik tangga. Bahkan ia tidak sempat memperhatikan kamar Sanggala karena kesibukan dan keterburu-buruannya.

Belum lagi habis ini ia harus masak. Mandi saja belum. Bahkan ganti baju kantor saja belum.

Apalagi menyusun barang-barangnya dalam kamar Sanggala ini. Bia memperhatikan barang-barangnya yang akan di taruh dimana. Apa ia tunggu saja Sanggala pulang dulu. Takutnya nanti salah salah narok barang ia kena marah pula. Secara kamar Sanggala ini privasi.

Bia segera bangkit tidak ada waktu untuk berleha-leha. Jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang. Ia harus segera bersiap.

Bia mengambil handuk dan segera masuk ke dalam kamar mandi Sanggala. Ia mandi cepat-cepat. Tak ada waktu untuk berlama-lama. Yang penting tubuhnya segar dan wangi.

Selesai mandi dan berpakaian, Bia segera ke dapur menyiapkan makan malam.

Ia mulai membuka kulkas dan mengambil bahan-bahan untuk di masak. Bia akan memasak Ayam lado hijau dan tumis kangkus pake terasi. Wwuisss mendengar namanya saja membuat siapa saja bakalan ngiler.

Sejam lebih bia memasak di dapur. Masakannya sudah jadi. Bia menata masakannya di atas meja makan. Selesai dengan urusan dapur dan menyiapkan makan malam, Bia kembali ke kamar Sanggala. Ia mengganti pakaiannya dengan yang lebih layak dan sedikit berdandan. Ia sudah siap menyambut kedatangan Ibu mertua.

Ting tong ting tong

Bunyi bel terdengar. Bia heran. Tumben bel berbunyi. Biasanya Sanggala akan langsung masuk saja.

Bia segera turun ke bawah dan membuka pintu.

Di luar tampak Sanggala dan Anita berdiri sembari tersenyum hangat.

" Wah, Ibuk sudah datang? Ayo, masuk Buk!" Bia menyalami tangan Anita terlebih dahulu bergantian mengambil tangan Sanggala dan mengecup punggung tangan hangat tersebut.

Sanggala tersentak saat aksi yang di lakukan Bia. Ini kali pertamanya Bia melakukan hal yang sering suami istri lakukan ketika mereka pulang dan pergi.

Jujur saja, perasaan hangat itu langsung melingkupi hati Sanggala. Bahagia rasanya saat tangan lembut Bia mengambil tangannya apalagi bagian bibir lembut dan kenyal itu menempel di punggung tangannya.

Ah, Sanggala tidak tahu lagi bagaimana mengekspresikan wajahnya.

" E eh jangan, biar Sanggala saja yang bawa." Bia mengangguk dan menggandeng tangan Anita masuk ke dalam. Sedangkan Sanggala di belakang sembari mengangkat koper.

" Ibuk mau minum apa? Biar Bia buatkan sebentar."

Anita menggeleng. Ia menyandarkan tubuh di sandaran sofa.

" Nggak. Nggak usah. Ibuk nggak haus." Anita mendesah lega akhirnya sampai juga di sini.

" Kamu bantu saja suamimu. Gih sana ke kamar!"

Bia dan Sanggala saling berpandangan. Bia menggaruk keningnya.

" Ibu mau istirahat dulu? Atau mau ke kamar langsung?" Kali ini Sanggala yang bertanya. Anita mengangguk.

" Ibuk mau mandi dulu lah."

" Mau aku antar ke kamar?"

" Nggak usah. Ibu masih bisa sendiri. Kamar biasa kan?" Sanggala mengangguk.

" Iyaa. Koper Ibuk sudah di dalam." Anita mengangguk kemudian meninggalkan Sanggala dan Bia dalam keadaan canggung.

" Kamu ikut saya ke kamar!"

" Hah?" Bia melotot.

" Saya nggak perlu mengulang kalimat saya barusan kan?"

" Oh iya, Pak. Nggak perlu!" sahut Bia cepat. Bia menyusul Sanggala yang sudah menaiki tangga.

Mereka sudah berada dalam kamar. Bia menggigit kukunya melihat Sanggala yang sibuk memperhatikan barang-barang Bia.

Sanggala berkacak pinggang lalu menatap Bia gemas.

" Kenapa masih berantakan barang-barang kamu ini?"

" Nggak tahu mau di taruh dimana, Pak. Takutnya kalau saya beresin tadi Bapak nggak setuju."

Sanggala memijit keningnya. Ia lelah pulang kerja langsung ke bandara menjemput Ibuk nya. Nyampe di rumah melihat kamar yang penuh dengan barang-barang Bia membuat mata dan kepalanya langsung sakit.

" Saya mau mandi sebentar!"

" Lah terus ini bagaimana, Pak?" jerit Bia ketika Sanggala sudah masuk ke dalam kamar mandi.

" Aduh! Si Bapak marah apa nggak ya. Nggak bisa gue nilai ekspresi nya." Bia berjalan mondar mandir melihat tumpukan barang nya di lantai.

Bia nggak tahu mau buat apa di kamar ini. Kalau keluar nanti malah di suruh lagi ke kamar ketahuan ibu mertua. Kalau di sini, masa iya Bia nungguin Sanggala mandi.

Ah, Bia bingung. Bia memilih duduk di sofa. Ia lebih baik menunggu Sanggala siap mandi.

Sepuluh menit kemudian Sanggala keluar dari kamar mandi bertelanjang dada. Handuknya hanya sebatas pinggul saja.

Bia segera menutup matanya dengan jeritan tertahan.

" Duh, Bapak kok nggak pakai baju sih?" Bia protes. Sanggala menaikkan alisnya lalu tersenyum miring.

" Suka-suka saya dong. Ini kan kamar saya." Sahut Sanggala santai. Ia berjalan santai menuju lemari mengambil pakaian.

" Ya, kan Bapak tahu kalau saya ada di kamar ini. Kan mata saya ternodai jadi nya, Pak."

Sanggala menggeleng heran melihat tingkah Bia. Padahal di luar sana para perempuan lain akan melebarkan matanya melihat lelaki bertelanjang dada.

" Pak! Sudah belum?"
Bia menggoyangkan kaki nya sembari masih menutup mata

" Belum."

" Kok lama kali sih?"

" Yaudah buka aja matanya. Ngapain ditutupin segala."

" Nggak mau. Nanti mata saya nggak suci."

" Kan sudah nggak suci waktu lihat saya keluar dari kamar mandi."

" Bapaaaakk!" jerit Bia. Sanggala terkekeh ringan. Ia cukup terhibur menggoda Bia.

Tbc!

23/06/23

Wah udah mulai satu kamar loh mereka.

Bagusnya satu kamar selama nya apa sementara aja yak??

Biaa nih pura-pura polos apa polos beneran sih??

Wkwkwk.

Vote dan komen yahh gaess!!

40 Th Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang