49

3.3K 202 4
                                    

Gaesss tinggal satu Bab lagii update di sinii yaa. Abiss itu tamatt di sinii.

Mau extra part nyaa adaa di ebook ya udah ready loh gaess.

Mau extra part nyaa adaa di ebook ya udah ready loh gaess

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bia sedang makan siang bareng Jeje. Kebetulan Jeje sedang ke jakarta. Mereka ketemuan.

" Gimana bulan madu lo?"

" Ya nggak gimana-gimana. Pertanyaan lo aneh!"

" Maksud gue asyik kan nggak bulan madu di lombok."

" Asyik banget. Puas gue. Lo nanti kalau nikah gue saranin bulan madu ya di lombok aja."

" Huh. Gue belum tahu kapan nikah. Cowo aja gue nggak punya. Kan lo tau itu."

" Ya makanya di cari. Usaha terus dong!"

"Gampang lo ngomong doang bangke!" Sembur Jeje yang di sambut gelak oleh Bia.

" Eh Bi. Itu lihat suami lo kan?" Jeje menepuk tangan Bia.

" Mana?"

" Itu yang baru masuk itu."

Bia menengok ke belakang. Ia terkejut melihat suaminya sedang bersama perempuan yang tidak salah perempuan yang pernah bertemu di lombok.

Jantung Bia berdetak tak karuan. Ia melihat Sanggala yang tertawa. Jika dipikir pikir tawa Sanggala tampak lepas sekali.

" Lo kenal sama perempuan itu?"
Jeje berbisik. Bia menggeleng.

Bia melihat suaminya dan si perempuan duduk berhadap- hadapan. Untung saja Posisi Bia dan Sanggala sama-sama membelakang.

Jeje menatap wajah Bia tidak enak.

" Lo nggak papa, Bi?"

" Gue nggak papa. Mungkin itu rekan kerjanya Mas Sanggala."
Bia berusaha tersenyum.

Jeje mengangguk. " Lo nggak mau nyamperin?"

" Nggak ah. Takut ganggu gue. Mana tahu mereka lagi bahas kerja."

" Tapi bukannya lo juga kerja di tempat suami lo?"

" Iya tapi gue ambil cuti."

"Oo oh."
Jeje mengangguk. Bia mengambil handphone nya dan membuka aplikasi chat.

Bia menanyakan dimana keberadaan Sanggala. Suara notifikasi masuk di handphone Sanggala. Namun ia. Tidak membalasnya.

Bia kecewa. Hatinya sekarang mulai tidak baik-baik saja.

*****

Bia pulang ke rumah. Ia sedang tidak mood melakukan apa-apa. Bahkan ia juga tidak memasak.

Sanggala pulang saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

Bia tersenyum miring memikirkan kemungkinan yang sedang terjadi.

" Sayang,"
Panggil Sanggala terkejut.

Bia menatap Sanggala yang baru pulang kerja.

" Kenapa baru pulang Mas? Tumben!"

" Iya. Pekerjaan Mas lagi banyak sayang. Mas mandi dulu ya!"

Ada yang berubah. Bia dapat merasakannya.

Namun ia masih diam.
Bia tetap menyediakan pakaian Sanggala. Namun kali ini Bia sudah tidur tanpa menunggu Sanggala.

Sanggala keluar dari kamar mandi. Ia melihat Bia yang membelakangi dirinya.

" Sayang, sudah tidur?" Sanggala bertanya. Namun tidaka da jawaban. Sanggala berpikir mungkin Bia memang sudah tidur.

Sanggala keluar mengambil air minum. Ia tidak ada melihat makanan.

Apa Bia tidak masak?

Untung saja Sanggala tidak terllau lapar jadi tidak masalah kalau tidak makan. Sanggala mengisi gelas nya dengan air minum.

Ia kembali ke kamar setelah meletakkan gelas berisi air di meja nakas samping tempat tidur.

Sanggala menaiki tempat tidur. Ia memeluk tubuh Bia dari belakang.

Sanggala mengecup kepala istrinya.

Tidak lama Bia mendengar nafas Sanggala teratur. Bia membuka mata dan kembali menutupnya.

Ia enggan untuk berpikir keras. Hatinya mulai capek. Ia tidak bertanya Sanggala juga tidak bercerita. Siapa yang harus di salahkan di sini.

****

Selamat pagi sayang!" Sapa Sanggala. Kecupan di bibir tak dapat dielakkan.

" Selamat pagi, Mas."

" Teh?"

" Boleh sayang."

Bia segera membuatkan teh untuk Sanggala. Ia menghidangkan di depan Sanggala.

" Mau sarapan apa, Mas? Roti apa nasi goreng?"

" Hm, nasi goreng deh."

Bia segera menuangkan nasi ke piring. Lengkap dengan telur san sayur.

Bia duduk di samping Sanggala. Ia menyuap sarapannya.

Tidak ada yang bersuara di antara mereka.

" Sayang kapan kembali masuk kerja?"

" Hm, tiga hari lagi, Mas."
Sanggala mengangguk.

" Nanti kalau ada apa-apa bisa telpon Mas ya sayang. Kalau mau keluar izin dulu ya. Ngomong ke Mas biar Mas nggak khawatir nanti."

" Iya Mas."

Bia menandaskan minumannya.

Sanggala selesai sarapan.

" Berangkat sekarang, Mas?"

" Iya, sayang. Pagi ini Mas ada meeting."

Bia mengangguk. Ia mengantar Sanggala ke depan.

" Nggak papa di rumah sendirian?"

" Nggak papa, Mas. Kan udah biasa juga." Sanggala terkekeh. Ia mengecup kening Bia. Sanggala selesai memasang sepatunya. Bia menyalim tangan Sanggala.

Bia menutup pintu. Rencana nya ia akan pergi belanja kebutuhan dapur hari ini.

****

Lagi dan lagi Bia melihat Sanggala dan perempuan itu menaiki mobil.  Bia sedang memesan roti. Mobil Sanggala ada di seberang jalan.

Siapa dia Mas? Kenapa kamu nggak cerita?

Hati Bia berdenyut. Apakah Sanggala sudah berpindah hati ke perempuan lain. Banyak pikiran yang menghantui Bia sekarang.

Bia membayar rotinya dan bergegas menaiki taksi. Ia pulang dalam keadaan sedih. Bia meletakkan semua barang belanjaan nya di atas meja.

Bia harus mencari tahu siapa perempuan itu. Ia tidak bisa membiarkan ini berlarut-larut. Jika Sanggala tidak mau bercerita. Biarlah Bia yang mencari tahu.

Tbc!
27/08/23

Cusss silahkan miliki EBOOK nya ya

gaesss. Silahkan di intip dulu ke playstore yaaa

40 Th Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang