Bia termangu di tempat nya saat melihat Sanggala sedang berpelukan dengan seorang perempuan cantik.
Dari jauh mereka tertawa. Entah apa yang mereka bahas Bia tidak bisa mendengarnya.
Tak lama seorang anak perempuan datang bersama pengasuhnya. Terlihat dari pakaian pengasuh. Bia melihat sebelum perempuan cantik itu pergi mereka seperti tukeran nomor. Hati Bia panas melihat kebersamaan mereka.
Bia kembali ke dalam hotel. Ia sudah tidak mood untuk keluar. Bia masuk ke dalam kamar mandi. Ia tatap wajah nya dalam cermin.
Apakah ini yang rasanya cemburu?
Sungguh Bia tidak suka dengan perasaan ini.
Apa hubungan mereka? Kenapa mereka tampak akrab. Bia menggelengkan kepala saat suatu pikiran melintas di kepalanya.
Bia membasuh muka agar segar. Ia keluar dari kamar. Bia tidak terkejut melihat Sanggala sudah berada dalam kamar.
" Sayang kok lama? Mas sudah nungguin dari tadi,"
Bia mencibir dalam hati.
Yang benar Sanggala tertawa bersama perempuan lain.
" Sakit perut, Mas!"
"Terus sekarang gimana? Masih sakit? Kita berobat?" Sanggala nampak cemas. Bia menggigit bibirnya ingin bertanya namun ia juga mau kalau Sanggala yang bercerita.
" Nggak papa, Mas. Sudah sembuh. Mas lama nungguin ngapain aja tadi?"
Sanggala tampak mendesah lega.
" Nggak ada. Cuma lihat-lihat pantai aja. Sekarang gimana? Jadi keluar?"
Bia tersenyum pedih. Hatinya menjerit. Sanggala tidak bercerita. Mungkin hanya teman kalau begitu, pikir Bia.
" Boleh."
Mereka kesini untuk berbulan madu. Ia tidak mau merusak kenangan mereka di sini hanya gara-gara sosok perempuan tadi.
Bia dan Sanggala berkuda sepanjang pantai. Mereka mengabadikan momen saat menunggangi kuda.
Sanggala memeluk perut Bia. Mereka seperti pasangan kekasih yang sedang di mabuk cinta.
" Takut?"
Bia menggeleng. " Nggak. Malah Bia excited banget, Mas! Sumpah sensasinya itu beda loh ya!"
" Iya, sayang. Sekarang berkuda sudah menjadi hobi dan olahraga."
" Mas sejak kapan pintar menunggangi kuda?"
" Sejak tamat SMA. Mas ikut pelatihan. Hm, mungkin sekitar dua bulanan lah."
" Wow. Keren ya!" Puji Bia takjub.
" Sekarang anak kecil aja udah bisa menunggangi kuda sendirian. Karena mereka memang di latih sejak dini yang mana pada akhirnya menjadi suatu hobi."
Bia mengangguk mendengar jawaban Sanggala.
" Keren juga ya, Mas."
Sanggala tertawa. Ia mengecup pipi Bia.
****
Sanggala dan Bia sudah berada di tempat orang menjual oleh oleh khas lombok.
Bia membeli dodol dan manisan rumput laut khas lombok. Ia juga membeli syal dan kain tenun dan songket untuk mertuanya. Untuk inggit dan Kakaknya Bia belikan kalung mutiara.
Bia juga membeli madu sumbawa serta makanan lainnya sebagai oleh oleh.
" Masga ada yang mau dibeli?"
" Nggak, sayang. Udah semua?"
KAMU SEDANG MEMBACA
40 Th
RomanceSanggala Pramujaya berumur empat puluh tahun. Sudah memasuki usia yang sangat matang untuk berumah tangga dan menikah. Namun malang, tidak ada satu pun perempuan yang mau dinikahinya. Entah apa penyebabnya. Tidak ada yang tahu selain Tuhan dan dir...