Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Namun mataku masih belum juga terpejam. Aku masih memikirkan kata-kata ibu dan bapakku. Bagaimana mungkin aku masih mencintai mas Moondy setelah apa yang dia lakukan selama ini padaku? Aku hanya tau aku membencinya. Aku hanya tau jika mas Moondy tidak pantas untuk dimaafkan atas kesalahan yang dia perbuat dulu kepadaku. Sakit hati atas perkataan, perbuatan dan pukulan mas Moondy masih terasa sampai ke ulu hati.
Ghhrddddd .... Ghrddddddd ...... Gawaiku bergetar. Tumben jam segini ada yang memwhatsapp diriku.
"Assalamualaikum Pelangi ... Aku terbangun di sepertiga malamku lagi dan lagi, selalu terulang semenjak kamu pergi meninggalkanku dulu. Dan aku selalu mengingatmu dalam sujudku. Aku berdoa dan berharap hatimu sedikit terbuka untuk memberiku kesempatan sekali lagi. Aku ingin menjadi suami dan ayah yang baik untukmu dan Cilla.Tolong berikan aku kesempatan itu Ngi, satu kali lagi saja Ngi. Jika setelah ini aku kembali menyakitimu aku janji akan menghilang dari kehidupanmu dan Cilla."
Dari mas Moondy. Kuletakkan kembali ponselku. Aku hanya membaca tak berminat untuk membalas pesannya. YaAllah.... Apalagi ini ? Tidak mungkin aku masih mencintai mas Moondy setelah apa yang dia lakukan padaku selama ini. Aku bangun dari tempat tidurku. Kuambil air wudhu. Aku bersimpuh di sepertiga malamku. Aku berdoa untuk bapak ibuku, Cilla anakku, dan untuk kehidupanku.
"Tunjukkan aku jalan yang terbaik untukku. Apa yang harus aku lakukan sekarang Tuhan ? Jika harus kembali kepada mas Moondy tolong buang jauh-jauh rasa benciku padanya. Dekatkan dia padaku dan anakku. Bukalah hatiku kembali untuk menerima dan memaafkan segala kesalahan dia di masa lalu. Tapi jika tidak, kumohon jauhkanlah dariku. Biarkan aku hidup bahagia dengan Cilla dan suamiku kelak. Jika Dito memang jodohku, kumohon bukakan pintu hati Dito untuk memaafkanku. Tapi jika tidak aku berharap bukan karena kesalahanku dan mas Moondylah yang jadi penyebabnya. Aku tidak mau bermusuhan dengan Dito." Kututup doaku malam ini dengan sujud sambil memeluk Al-Quran.
****
"Ngi, aku minta maaf." Kata Mas Moondy saat dia berada di rumahku untuk momong Cilla.
"Udahlah mas. Kamu sebaiknya gak usah menemui aku lagi. Kalau kamu mau bertemu Cilla silahkan. Tapi tidak untuk bertemu denganku lagi.
"Jujur aku tidak tau kalau apa yang kita lakukan kemarin membuat kamu dan Dito bertengkar." Lanjutnya.
"Aku tau mas kamu sengaja melakukan itu. "
"Untuk yang satu itu aku tidak sengaja Ngi, aku juga tidak sadar kenapa aku menciummu. Aku.... "
"Sudahlah mas. Entah sengaja atau tidak disengaja, yang jelas hubunganku dengan Dito hancur karena kamu ! Dia bener-bener kecewa mas sama aku sekarang !" Aku memutus kata-kata mas Moondy.
"Oke. Aku salah. Apa perlu aku berbicara dengan Dito tentang semuanya ? Aku bisa jelasin ke dia kalau aku yang salah."
"Gak perlu ! Justru itu malah membuat hubunganku semakin kacau bersama Dito."
"Lalu apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan maaf darimu ?"
"Tidak usah datang ke persidangan, agar semua cepat selesai mas."
"Apa ?"
"Aku mau kamu gak usah datang di setiap persidangan agar urusan perceraian kita segera selesai. Setelah ini hubungan kita hanya sebatas Cilla."
Grdddddd ....... Grrrrdddddd .... Ponsel mas Moondy bergetar. Sepertinya telpon dari orang penting. Karena mas Moondy mengangkatnya sedikit menjauh dariku. Aku sebenarnya penasaran, tapi kubuang rasa keingintahuanku karena aku tak mau lagi terluka. Tak berapa lama dia menutup telepon dan mendekat padaku.
"Aku mau pergi dulu." Kata mas Moondy.
"Mau kemana kamu mas ?" Aku menggigit bibir bawahku, kusadari aku salah bertanya seperti itu. Entah kenapa aku begitu ingin tau urusan mas Moondy.
KAMU SEDANG MEMBACA
madu dalam perahu
Non-Fictionaku istri sahnya secara negara dan agama. namun bukan hanya aku saja. masih ada gadis ayu yang bernama Bulan yang juga menjadi istri sah negara dan agama.