KECELAKAAN

4.6K 250 11
                                    

"Ngi, hari ini pulang kerja aku jemput ya ?" Tanya Bulan.

"Aku kan bawa motor."

"Bisa gak dititipin di tokomu dulu? Besok biar kerjamu di antar Moondy. Atau mungkin kamu nanti berangkat ga usah bawa motor sekalian biar kuantar juga ga pa-pa."

"Kenapa sih memangnya ?"

"Keluar bertiga yuk bareng sama Moondy. Kita makan malam bareng. Selama kita menikah kan belum pernah makan bareng bertiga."

Aku melihat Bulan dengan tersenyum sinis. Tumben mereka ingin mengajakku ? Bukannya selama ini aku tidak pernah dianggap oleh mereka? Atau mereka sengaja ingin membuatku terluka lagi ?

"Kalian aja, aku gak ikut." Jawabku malas.

"Ayolah Ngi, kita kan belum pernah keluar bertiga ?" Rajuk Bulan.

"Berdua saja kan sudah cukup buat kalian. Bukankah justru aku yang akan jadi pengganggu kalau aku ikut ?"

"Tidak ada yang merasa terganggu Ngi. Aku sama Moondy seneng kalau kita bisa jalan bertiga."

"Udahlah Lan, kamu gak perlu sok baik sama aku. Udah cukup sandiwara kalian berdua. Jangan diteruskan lagi. Jangan menambah dosa dengan terus berbohong. Aku udah ngerti semua tentang kalian."

"Maksud kamu apa Ngi ?"

"Kamu gak perlu sok-sokan baik di depanku. Gak perlu kamu menjanjikan bahwa mas Moondy akan berlaku adil padaku dan akan mencintaiku. Karena pada kenyataannya kamu tidak pernah melakukan itu."

"Aku melakukannya Ngi, aku udah berusaha bilang sama Moondy agar juga adil sama kamu dan belajar mencintai kamu."

"Bohong ! Aku udah gak percaya lagi dengan kamu. Justru kamu yang memonopoli mas Moondy."

"Jaga mulut kamu Pelangi !" Bentak mas Moondy yang tiba- tiba turun dari lantai atas.

"Kenapa ? Apa ada yang salah dengan ucapanku ? Makan malam bersama, jalan-jalan ke toko perhiasan berdua apa itu yang dinamakan adil ? Kalian berdua sama saja!"

"Ngi ... Dengerin aku. Kita .... " Bulan berusaha menjelaskan.

"Gak perlu ! Kamu gak perlu menjelaskan semua ke aku. Aku gak butuh itu. Bukti sudah jelas. Tidak perlu kalian berusaha lagi menutupi perbuatan kalian dibelakangku. Aku mohon ceraikan aku ! Lepaskan aku dari keluarga kalian." Pintaku pada mas Moondy.

"Oh ... Jadi kamu iri pada Bulan ? Kamu juga mau dibelikan perhiasan sama dengan Bulan ? Bilang ! Tidak perlu kamu menuduh Bulan ini itu. Pergilah ke toko perhiasan, pilihlah mana yang kamu suka. Aku yang akan bayar nanti!"

"Kalau cuma buat beli perhiasan, aku juga masih mampu. Aku bisa beli sendiri tanpa harus meminta.

"Uang darimana ? Gajimu ? Butuh waktu 10 taun kamu bisa beli kalung berlian itu dengan gajimu." Hina mas Moondy.

"Sayang udah. Kamu jangan terlalu kasar sama Pelangi. Dia masih kecil untuk menerima perkataan kasarmu." Kata Bulan meredam emosi mas Moondy.

"Jahat kamu mas ! Aku memang orang miskin. Tapi tidak perlu kamu menghinaku seperti itu. Dan kamu Bulan, justru kalian berdualah yang membuatku dewasa dengan keadaan ini. Aku benci dengan kalian berdua!"

Aku mengambil kunci motor dan kupacu motorku dengan kecepatan tinggi. Aku sungguh sakit hati dengan perkataan mas Moondy. Dia sudah sungguh keterlaluan, tidak henti-hentinya dia merendahkan aku. Disaat seperti ini aku rindu bapak dan ibuku. Aku ingin menceritakan semuanya pada mereka. Tapi aku takut, aku takut mereka tidak percaya padaku. Aku takut jantung ayahku kambuh.

Bruk ......

Semuanya gelap. Aku tak melihat apa-apa lagi.

Aku terbangun di sebuah ruangan 3x3. Yang kulihat pertama adalah cat ruangan berwarna putih. Selang infus tertancap di tangan kiriku. Kepalaku sakit. Ada perban di kening kiriku.

madu dalam perahu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang