BERTEMU KEMBALI

9K 261 24
                                    

"Ngi .... " Bulan menghampiriku. Moondy mendorong kursi roda Bulan menuju belakang rumahku.

Semua keluarga mas Moondy sudah pulang. Hanya tersisa Bulan dan mas Moondy disini. Entahlah apa lagi yang ingin mereka bicarakan padaku. Setelah Cilla tertidur baru aku menemui mereka.

"Aku minta maaf ya Ngi." Ucap Bulan sambil menyentuh tanganku.

"Tolong jangan bercerai dari Moondy. Biarkan aku saja yang bercerai dari Moondy." Bulan menangis.

"Maaf jika aku sudah membuatmu kecewa, sakit hati, dan marah. Tapi sejujurnya aku tidak bermaksud seperti itu." Lanjutnya.

"Aku tau aku salah, aku lebih memonopoli Moondy daripada kamu. Tapi sekarang aku sadar Ngi. Aku sudah menerima karmanya. Aku tidak bisa hamil. Aku tidak bisa memiliki keturunan, Moondy tidak pantas mendampingiku. Dia lebih baik bersama dengan kamu." Bulan kembali melanjutkan.

"Sayang jangan bicara seperti itu. " Moondy menyentuh bahu Bulan.

"Kalau mas Moondy benar-benar mencintaimu dia akan menerimamu apa adanya dengan kekurangan dan kelebihan kamu." Jawabku.

"Aku ikut prihatin atas apa yang menimpamu Bulan, mungkin ini ujian dari Allah. Moondy tetap milikmu. Aku tidak akan mengambilnya seperti dulu." Lanjutku.

"Aku bisa merawat dan membesarkan anakku sendiri tanpa bantuan mas Moondy atau siapapun. Sekarang untukku yang terpenting adalah secepatnya urus surat perceraian kita mas." Pintaku.

"Ngi, tolong . Kasih kesempatan Moondy sekali lagi. Kamu bisa kembali bersama Moondy, biar aku yang pergi." 

"Belum cukupkah kalian berdua menyakitiku ? Dulu kalian berdua jahat kepadaku dan sekarang saat kalian tau aku punya anak dari mas Moondy dan musibah yang terjadi pada Bulan kalian memintaku untuk bersama kalian lagi ? Jahat sekali kalian ! Tidak taukah kalian berdua sudah cukup menyakitiku. Bukan hanya hatiku. Tapi fisikku juga sakit. Ingatlah penyiksaan yang kalian lakukan padaku di malam itu. Sakitnya bahkan masih terasa sampai saat ini!" Aku berteriak kali ini. Aku tak perduli lagi. Dadaku sudah cukup sesak untuk menahannya lagi. Aku tersiksa. Bapak dan ibu menyusulku. Ibu memelukku yang menangis. Sedangkan bapak meminta Moondy mas dan Bulan untuk pergi meninggalkan rumah kami.

***

"Mas Moondy ?"

Aku melihat jam dinding rumahku masih menunjukkan pukul 07.15. Aku baru saja selesai mencuci pakaian lalu aku akan mengajak Cilla bermain di teras rumah. Tapi kulihat mas Moondy sudah duduk manis di depan tv bersama dengan Cilla.

"Aku baru saja datang. Aku salam gak ada yang jawab Ngi, aku lihat Cilla disini sendiri makanya aku langsung masuk."

"Mas kamu ngapain kesini lagi ?"

"Aku ingin bertemu dengan Cilla Ngi. Apa aku salah ?"

"Tentu ! Itu salah besar mas. Aku tidak mengijinkan kamu mas untuk bertemu dengan Cilla. Sudah cukup sekali. Jangan meminta lebih."

"Ngi, aku ayahnya. Tolonglah kamu sadari itu."

"Sejak dari dalam kandunganku, aku sudah menjadi ayah dan ibu bagi Cilla mas. Jadi kamu tidak perlu repot-repot untuk membuang waktumu disini menjaga Cilla."

"Itu beda. Ayah tetap ayah, tidak bisa digantikan oleh siapapun."

"Kata siapa ?"

"Kataku barusan. Apa kamu tidak dengar ? Apa perlu aku ulang ?"

"Kamu ga ngerti ya aku kemarin bilang apa ? Hanya sekali. Kenapa sih kamu ga paham juga ?"

"Lihatlah Ngi, kamu kerja dari pagi sampai sore, dari siang sampai malam. Sedangkan Cilla ? Dia dirumah sama bapak, ibu, dan Embun, tentu beda cara mendidik dan kasih sayangnya Ngi."

madu dalam perahu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang