MALAM PETAKA

5.6K 252 10
                                        

"Kenapa kamu tidak angkat telponku ?" Tanya mas Moondy begitu kita sampai rumah.

"Aku udah bilang kan kalau aku ga denger telponmu. Aku ga sempet pegang hp karena aku repot."

"Repot atau sibuk berselingkuh dengan laki laki tiang bendera itu?"

"Dia punya nama mas, dan aku sama sekali tidak ada hubungan apa-apa dengan Amir."

"Lalu ngapain kalian berdua gelap-gelapan di depan toko ?"

"Apa pentingnya aku jelasin sama kamu ? Bukankah selama ini aku juga tidak pernah menganggu urusan kamu ?"

"Kamu berani membantahku lagi sekarang?"

"Terserah !" Aku berjalan meninggalkan mas Moondy dan masuk kamar.

"Besok kita akan pulang ke Solo. Persiapkan dirimu. Aku sudah telpon bosmu kalau besok kamu ijin."

Brak !

Kubanting pintu kamarku. Lagi-lagi dia selalu mengaturku. Jabatan dan nama besarnya sungguh memiliki pengaruh besar dalam hidupku.

Sama seperti lebaran tahun kemarin. Aku pulang dengan mas Moondy ke Solo. Sedangkan Bulan kembali ke rumahnya sendiri juga. Satu hari dirumahku dan dua hari di rumah mas Moondy. Selama di Solo aku tak bisa menyembunyikan lagi rasa sakit hatiku pada mas Moondy. Kulayani kebutuhan lahir dia layaknya kewajibanku. Tapi aku lebih banyak menghindar darinya, berbeda seperti taun kemarin yang kebanyakan bersandiwara di depan keluarga.

"Kamu kenapa sih ?" Tanya mas Moondy.

"Kenapa apanya ?" Jawabku.

"Ada yang salah ? Sejak satu minggu lalu kamu berubah."

"Biasa aja!"

"Apa ini karena Amir ?"

"Jangan sangkutkan orang lain dalam rumah tangga kita mas."

"Pelangi ! Jangan membuatku marah ya ?"

"Kenapa ? Apa pedulimu soal aku ? Bukankah selama ini kalian hanya memanfaatkan aku ?"

"Apa maksud kamu bicara seperti itu ?"

"Aku sudah mendengar semuanya mas. Semua pembicaraan kalian malam itu. Aku sudah belajar untuk menerimanya, menerima kenyataan bahwa kamu tidak mungkin mencintaiku."

"Ngi ... "

"Jangan lagi berbuat baik padaku mas. Aku sudah fikirkan baik-baik untuk tidak mengharapkanmu adil lagi padaku dan Bulan. Aku sudah mempersiapkan diriku menunggu waktu agar Bulan segera hamil dan kamu menceraikan aku. Aku selalu berdoa untuk segala keinginan kalian berdua mas."

"Ngi, aku bisa jelasin semuanya."

"Gak perlu mas. Sudah cukup. Jangan siksa batinku lagi. 2 taun sudah cukup untukku mas. Jangan ditambah lagi. Aku sudah tidak sanggup. Aku bukanlah anak kecil seperti yang kalian anggap. Usiaku memang jauh dibawah kalian, tapi bukan berarti kalian bisa sesuka hati padaku."

Aku meninggalkan mas Moondy sendirian.

Hari ini kami kembali dari Solo. Bulan belum kembali, dia bilang ada saudaranya yang menikah, jadi lusa mungkin dia baru akan kembali. Aku tidak perduli lagi. Hatiku sudah hancur dan remuk.

"Ngi ... Aku lapar." Kata Moondy.

"Iya mas. Tunggu sebentar, ini tinggal goreng tempe aja."

Aku memang sedang marah pada mas Moondy. Aku belum berbicara sama sekali dengannya sejak kemarin. Tapi aku tidak lupa akan kewajibanku sebagai seorang istri. Memasak, membersihkan rumah, mencuci pakaian selalu kulakukan.

madu dalam perahu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang