Hari ini ditemani Dito, aku mengurus perceraianku dengan mas Moondy. Setelah semua dokumen kulengkapi aku mendatangi pengadilan dan menyerahkan dokumen yang aku bawa. Pada akhirnya aku memutuskan untuk menerima bantuan Dito. Ini akan lebih baik daripada harus menunggu mas Moondy mengurusnya. Karena itu jelas tidak mungkin dia lakukan.
"Amma amma amma .... " Celoteh Cilla.
"Biar aku yang gendong Ngi." Pinta Dito.
"Makasih Dit." Jawabku sambil menyerahkan Cilla pada Dito.
Hari ini Dito mengajakku dan Cilla pergi kekebun binatang. Dia bilang ingin mendekatkan diri pada Cilla. Seharian penuh kami berjalan-jalan. Sekitar pukul 5 sore kami sampai rumah. Kulihat mobil mas Moondy sudah terparkir di halaman rumahku.
"Apa maksudnya semua ini ?" Tanya mas Moondy sambil menyerahkan amplop coklat yang sekilas kubaca dari pengadilan agama.
"Surat perceraian kalian." Jawab Dito.
"Pelangi ! Bukankah sudah kubilang aku tidak akan menceraikanmu!"
"Tapi Pelangi yang akan menceraikanmu!" Balas Dito.
Bug !!! Mas Moondy tiba-tiba memukul Dito hingga jatuh tersungkur.
"Mas Moondy hentikan !" Teriakku.
"Ini pasti karena pengaruhmu kan! Aku yakin Pelangi tidak akan mungkin nekat mengajukan gugatan itu jika tanpa provokasimu !" Ucap mas Moondy sambil menarik baju Dito.
"Aku tidak mempengaruhinya. Pelangi ingin bercerai darimu, dan kamu mempersulitnya, aku hanya membantunya agar urusan kalian cepat selesai !" Jawab Dito.
"Dan kamu akan menikahinya ? Itu maksudmu kan !" Bug ! Pukulan itu kembali melayang pada wajah Dito.
"Memangnya kenapa ? Pelangi berhak bahagia !"
"Pelangi tidak akan bahagia selain denganku. Ingat itu!" Mas Moondy melepaskan cengkeramannya pada Dito.
"Ngi! Cintamu hanya buat aku ! Dan aku yakin itu. Pikirkan kembali keinginanmu untuk bercerai dariku. Tanyakan pada hati kecilmu bahwa hanya akulah orang yang kamu cintai." Kata mas Moondy sebelum dia pergi meninggalkan kami.
****
Sudah tiga minggu semenjak peristiwa itu mas Moondy tidak kerumah, dia juga tidak meneponku untuk berbicara dengan Cilla. Kata ibuku terakhir menelpon Cilla sekitar 2 hari yang lalu lewat ponsel ibuku sekedar menanyakan kabar tentang Cilla.
"Ya-yah ..... Ya-yah .... " Celoteh Cilla.
"Iya sayang, Cilla kangen sama ayah ya ?" Tanyaku
"Ya-yah amma .... " Celoteh Cilla lagi.
"Ini mainan ya, mainan Cilla banyak banget, bonekanya cantik ya?" Aku mencoba mengalihan perhatian Cilla.
"Ya-yah .... Ya-yah ...."
"Ayah kerja, buat Cilla. Nanti kalau sudah selesai pasti ayah kesini, ayah bermain lagi sama Cilla. Ya sayang ?"
Aku menarik nafas panjang. Syukurlah Cilla tidak mencari ayahnya lagi. Cilla mulai sibuk dengan mainannya. Tapi tentu tidak begitu saja sekali selesai. Tentulah Cilla terus-terus mencari mas Moondy. Bahkan tak jarang sampai Cilla menangis.
"Coba kamu telpon nduk." Pinta ibuku.
"Gak usahlah buk, biar sekalian Cilla belajar tanpa ayahnya." Jawabku.
"Ealah .. Kasihan nduk. Mungkin dia kangen. Wajar to wong selama beberapa bulan terakhir kan Moondy terus sing momong Cilla."
"Tapi kalau aku telpon mas Moondy nanti Cilla akan makin susah lepas buk dari mas Moondy. Dan ini akan mempersulit perceraian kami buk."
"Yasudah kalau itu keputusanmu. Ibu cuma kasihan sama Cilla."
Aku memandangi gawaiku. Kubuang nafas kasar. Kuketik nomer mas Moondy. Tapi aku ragu untuk melakukan panggilan itu.
"Assalamualaikum.... " Salam seseorang dari luar sana.
"Walaikumsalam Dito." Jawabku sambil keluar rumah dengan menggendong Cilla.
"Lho .... Anak cantik kenapa nangis ?" Tanya Dito pada Cilla.
"Ya-yah ... Ya-yah .... " Jawab Cilla sambil tetap menangis.
"Sini ikut papa Dito ya, kita bermain bersama." Dito menggendong Cilla, dia alihkan pikiran Cilla dari mas Moondy. Sesekali dia lupa, tapi tak lama dia kembali menangis.
"Biar aku nidurin dia dulu ya Dit." Aku mengambil kembali Cilla dari gendongan Dito.
Setalah 20 menit Cilla tertidur. Aku kembali menemui Dito yang menungguku di luar.
"Gak usah repot-repot beresin Dit. Nanti juga di acak-acak Cilla lagi." Kataku melihat Dito membersihkan mainan Cilla yang berserakan.
"Gak pa-pa Ngi, daripada cuma duduk aja di kursi." Jawab Dito.
"Ngi ..." Dito mendekatiku yang duduk di kursi tamu.
"Lusa sidang pertama perceraian kamu. Jangan goyah ya hanya karena rengekan Cilla ? Kalau kamu goyah Moondy akan semakin berfikir bahwa kamu dan Cilla benar-benar butuh dia. Cilla hanya butuh waktu untuk melupakan Moondy."
"Dit, mas Moondy ayah kandung Cilla, aku juga tidak mungkin membuat Cilla melupakan ayahnya. Ada mantan istri tapi tidak ada mantan anak Dit."
"Bukan begitu Ngi, maksudku melupakan Moondy sesaat, ya rengekan dia yang kaya gini Ngi. Nanti dia pasti lama-lama terbiasa kok tidak ada Moondy disampingnya."
****
Hari ini sidang pertama kami. Agendanya adalah mediasi. Pada akhirnya mas Moondy menandatangani surat gugatan yang aku layangkan padanya. Ditemani bapak, ibu, Embun, Dito dan Cilla aku datang ke persidangan. Aku melihat mobil mas Moondy datang. Dia ditemani papa dan mamanya. Kemana Bulan ? Kenapa dia tidak ikut. Mataku tak berhenti melihat mereka berjalan ke arah kamu.
"Ya-yah .... " Celoteh Cilla begitu melihat mas Moondy dari kejauhan.
Awalnya aku mencoba menahan agar Cilla tidak menangis, namun gagal, mata Cilla selalu tertuju pada mas Moondy. Tangannya terus melambai ke arah mas Moondy. Mas Moondy sesekali mencoba mendekat, tapi aku sengaja menjauh karena tidak mau kalau mas Moondy mengambil Cilla dariku. Dan mau tidak mau akhirnya aku berikan Cilla pada mas Moondy karena tangisannya sungguh tak bisa dihentikan bahkan sampai sesenggukan. Selama persidangan berlangsung Cilla terus berada di pangkuan mas Moondy. Dia anteng bersama mas Moondy. mas Moondy terus mencium Cilla. Bahkan Cilla sempat tertidur di pangkuannya.
"Seperti inikan yang kamu mau ?" Tanya mas Moondy saat kami dipertemukan di ruang mediasi.
Aku terdiam mengalihkan diri dari pandangan mengintimasi mas Moondy.
"Cilla memiliki ikatan batin yang cukup kuat denganku. Bagaimana kamu bisa memisahkan aku dengannya ?" Lanjut mas Moondy.
"Aku sudah memohon padamu agar memberi kesempatan padaku, tapi apa yang terjadi ? Kamu malah terpengaruh ucapan laki-laki itu." Lanjut Moondy lagi.
"1x saja. Cuma 1x kesempatan. Aku tau dan aku sadar diri bahwa kesalahanku di masa lalu memang cukup berat. Tapi aku ingin memperbaikinya. Lepas dari ada tidaknya Cilla, tidak meruntuhkan niatku untuk mencarimu dan membawamu kembali padaku. Bahkan sebelum aku tau kamu memiliki Cilla aku sudah mencarimu. Dengan adanya Cilla kuanggap sebagai bonus atas usahaku mencarimu dan menemukanmu."
"Kamu akan menyesal dengan keputusan kamu Ngi. Karena aku sangat bersungguh-sungguh ingin memperbaiki semuanya. Bukan berakting, bukan berbohong, bukan paksaan, dan bukan karena perintah Bulan. Bulan tidak ada hubungannya sama sekali dengan keputusanku. Aku berbicara seperti ini atas kehendakku sendiri. Kamu ingat ini baik-baik. Jika Tuhan saja bisa memaafkan kesalahan umatnya kenapa kamu tidak ? Apalagi aku bersungguh-sungguh ingin menebus semua kesalahanku. Tunggu waktunya kamu menyesali semuanya Ngi !" Mas Moondy pergi meninggalkan aku sendiri di ruang mediasi. Dia menggendong Cilla keluar. Setelahnya kulihat dia memberikan Cilla pada ibuku. Tak lupa dia mencium Cilla sebelum meninggalkan Cilla pergi.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/312147454-288-k141215.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
madu dalam perahu
Non-Fictionaku istri sahnya secara negara dan agama. namun bukan hanya aku saja. masih ada gadis ayu yang bernama Bulan yang juga menjadi istri sah negara dan agama.