MENJAGA JARAK

5K 217 11
                                    

Malam ini aku lembur. Permintaan kue nastar untuk lebaran membludak 3 kali lipat dari tahun kemarin. Aku sudah pamit sama mas Moondy dan Bulan. Mereka bilang tidak masalah dan lebih memilih makan diluar karena hanya berdua. Jujur aku cemburu. Karena selama ini baru 2 kali mas Moondy mengajakku makan berdua.

Jam 10 malam aku sampai rumah. Mobil honda Jazz merah milik Bulan sudah terparkir rapi diluar berjejer dengan Pajero hitam milik mas Moondy Kubuka pintu yang mungkin lupa di kunci oleh mas Moondy dan Bulan. Ruang tv sudah gelap. Lantai atas pun juga gelap. Mungkin mereka sudah tertidur. Aku mengendap karena takut langkahku mengganggu tidur mereka.

Tapi ..... Suara rintihan itu ? Ah ... Bukankah harusnya malam ini mas Moondy masih tidur denganku ? Ataukah jadwalnya berubah karena aku semalam menolak mas Moondy untuk berhubungan badan ? Padahal aku sudah berniat untuk memberikannya pada mas Moondy malam ini. Aku sudah mempersiapkan diriku lahir dan batin. Di sela jam istirahat tadi aku sempat browsing tentang kebutuhan batin seorang pria dan kewajiban seorang istri, tapi sepertinya dia sudah terlebih dahulu memintanya pada Bulan. Aku merinding mendengar rintihan Bulan dari atas sana, mungkinkah aku juga akan begitu nanti jika melakukannya dengan mas Moondy? Segera kuhapus pikiran kotorku. Aku memilih untuk segera masuk kamar dan membersihkan diri.

Perut sedang tidak bisa dikondisikan, maklum tadi aku hanya makan soto ayam porsi kecil waktu berbuka puasa. Kucoba keluar kamar mencoba berharap pergumulan mereka berdua sudah selesai.

"Sayang, Pelangi sudah pulang. Jangan biarkan dia menunggumu." Kata Bulan. Meskipun berbisik, tapi aku masih bisa mendengarkan.

"Aku mau tidur sama kamu sayang."

"Lusa kita kan tidur bersama. Bukankah sekarang kita juga habis melakukannya ? Ayo kembalilah ke kamar Pelangi, jangan membuatnya menunggu."

"Aku belum bisa sepenuhnya untuk mencintai Pelangi sayang. Sulit untuk melakukan itu."

"Sayang, jangan bahas ini dirumah. Kasian dia kalau dengar. Nanti dia bisa terluka lagi. Dia masih kecil, kita harusnya lebih bisa ngemong dia sayang."

"Aku tau, tapi aku belum bisa mencintainya seperti aku mencintai kamu. Kamu tau kan aku bukan tipe pria yang mudah jatuh cinta. Semalam saja aku tak bisa tidur."

"Berikan sayangmu dulu padanya, baru kamu akan mencintainya. Pasti bisa."

"I love you sayang. Aku melakukan ini hanya demi kamu."

"I love you too sayang. Ingat, jangan pernah berkata kasar lagi padanya. Dia juga istrimu sayang. Dia hanya anak kecil yang perlu diberikan pengertian dan sedikit kasih sayang."

"Aku ingin segera mengakhiri semua ini. Aku ingin segera mengakui keberadaanmu sebagai istriku di depan orang tuaku."

"Tunggu sampai aku mengandung ya, mungkin orang tuamu akan menerimaku jika sudah ada anak diantara kita sayang."

"Iya sayang. Semoga perbuatan kita malam ini berhasil menyelipkan nyawa di rahimmu ya sayang."

Hancur seketika hatiku mendengar pembicaraan mereka berdua. Ternyata mas Moondy belum benar-benar berubah. Dia hanya menuruti apa perintah Bulan. Lagi-lagi Bulan yang mengatur mas Moondy. Mas Moondy seperti sebuah kendaraan dan Bulanlah kemudinya. Ternyata mereka sama-sama jahatnya. Hanya memanfaatkan keberadaanku untuk menutupi pernikahan mereka. Kuputuskan untuk kembali masuk kamar dan ku kunci kamarku dari dalam. Tak kuperdulikan mas Moondy yang berkali-kali mengetuk pintu kamarku.

****

Sejak hari itu aku pelan-pelan lebih memilih kembali menjaga jarak dengan Bulan dan mas Moondy. Kebencianku bertambah kepada mereka. Mas Moondy dan Bulan sepertinya sudah curiga akan perubahanku. Berkali-kali mereka mencoba untuk mendekatiku, tapi tak kuhiraukan. Sudah cukup aku memberikan kesempatan pada mereka. Aku lebih menyibukkan diriku dengan bekerja, tak jarang aku juga lembur shift agar aku tak semakin sering berada di rumah.

madu dalam perahu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang