"Haloo Bulan ... " Sapaku pada Bulan yang sedang duduk di taman sendirian.
Bulan masih diam tak bergerak dari kursi rodanya.
"Bulan masih ingat gak sama aku ?" Tanyaku sekali lagi.
Bulan tidak menjawab. Tapi dia melihatku. Perlahan dia gerakkan tangannya untuk menyentuhku.
"Pe-Pe-Pelangi ?" Tanya Bulan terbata.
Aku tersenyum. Kemudian menatap mas Moondy sebentar yang ikut tersenyum padaku.
"Iya, aku Pelangi. Kamu masih ingat sama aku ?" Tanyaku sambil memegang tangan Bulan.
Bulan mengangguk seolah mengerti dengan ucapanku.
"Kamu mau menemuiku Pelangi ? Kamu memaafkanku ?" Tanya Bulan.
"Iya aku disini, aku sudah memaafkanmu Bulan."
"Bulan, ini Cilla. Anakku dan Pelangi. Anak Bulan juga." Kata mas Moondy sambil memperkenalkan Cilla pada Bulan.
"Cilla, ini bunda Bulan. Coba kasih salam." Pinta mas Moondy pada Cilla.
"Undaa... " Kata Cilla.
"Cantik sekali..... Dia anakku ?" Tanya Bulan.
"Iya, dia anak kamu. Kamu cepet sembuh ya ? Biar kita bisa berkumpul bersama lagi." Kata mas Moondy pada Bulan.
Bulan diam. Kemudian dia menatap kami bertiga satu persatu. Setelahnya dia tertawa terbahak. Kemudian dia menangis histeris. Kemudian dia terdiam kembali dengan tatapan kosong. Dia juga mengacak-ngacak rambutnya yang sudah sangat kotor dan berantakan.
"Tapi Pelangi sudah pergi. Dia membenciku. Dia tidak mau bersama denganku lagi. Pelangi tidak mau memaafkanku." Kata Bulan, dan aku menangis mendengarnya.
"Bulan, aku tidak benci sama Bulan. Aku minta maaf ya udah membuatmu tertekan dengan sikapku selama ini. Aku minta maaf sudah membuatmu depresi. Kamu harus sembuh ya." Kataku sambil memegang tangan Bulan.
Bulan kembali menangis histeris. Dia berdiri menghampiri mas Moondy dan Cilla. Dan hal itu membuat Cilla menangis karena takut melihat wajah dan penampilan Bulan .
"Cilla, anak bunda. Yuk ikut bunda yuk. Hahahaha"
"Mas Cilla takut sama Bulan." Kataku berbisik.
"Kamu gendong Cilla, biar aku yang memegangi Bulan, jaga-jaga kalau dia bertindak aneh."
"Kenapa dia menangis ?" Tanya Bulan.
"Bulan, aku akan menikah kembali dengan Pelangi. Lusa, pernikahan itu akan terjadi. Kamu harus sembuh ya biar kita bisa bersama kembali?" Kata mas Moondy pada Bulan.
"Me - me - menikah ? Pelangi dan Moondy?" Tanya Bulan. Aku mengangguk.
"Pelangi sudah memaafkan aku dan kamu. Dia juga mau menerima kita kembali bersama seperti dulu. Dan aku janji padanya akan adil pada kalian berdua."
Bulan kembali menatap kami satu persatu, kemudian dia tertawa histeris. Cilla semakin ketakutan dibuatnya. Setelah beberapa saat Bulan diam. Kemudian menghampiriku, memelukku dan menangis sambil mengucap kata maaf padaku.
****
"Sah !" Begitu kata saksi pernikahan kami.
Alhamdulillah, akhirnya pernikahan kami kembali terjadi. Setelah bergulat dengan waktu aku berharap segala keputusanku untuk rujuk dengan mas Moondy adalah keputusan yang benar. Semoga dia bisa menepati janjinya untuk berubah. Semoga jika kelak Bulan sembuh mas Moondy bisa adil padaku dan Bulan dengan tulus, tanpa paksaan dari Bulan seperti dulu. Bukan berarti aku menerima poligami, sungguh tidak ada seorangpun yang ingin dimadu. Termasuk aku. Tapi dengan apa yang terjadi di keluarga ini cukup bisa membuat kami saling menyayangi satu sama lain.
Aku berharap mas Moondy mengajakku rujuk bukan karena Bulan mandul atau karena Bulan gila, tapi karena memang kesungguhan cintanya padaku. Mas Moondy pernah meminta ijin kembali untuk menceraikan Bulan, tapi entahlah aku masih melarangnya. Rasanya aku menjadi wanita jahat yang memanfaatkan kelemahan Bulan disaat seperti ini. Apalagi dia sekarang sedang terkena musibah bertubi-tubi.
"Sayang ... " Mas Moondy menghampiriku dan memelukku dari belakang.
"Ya mas ?"
"Terimakasih untuk kesempatan kedua yang kamu berikan padaku." Katanya lagi sambil mencium ujung kepalaku.
"Terima kasih sudah mengijinkan aku untuk menjadi ayah yang baik untuk Cilla. Dan menjadi suami yang baik untukmu." Mas Moondy kembali menciumku dan memelukku dengan erat.
"Sama-sama mas, semoga setelah peristiwa yang kita alami kemarin kamu dan aku sama-sama lebih kuat dalam menghadapi segala ujian rumah tangga kita ya mas."
"Aku baru sadar jika kesalahanku padamu dulu sangatlah besar. Dan sekarang aku tidak ingin melakukannya lagi. Aku tidak ingin mengecewakanmu. Terlebih Cilla anak kita." Lanjut mas Moondy.
"Mas ... Berterimakasihlah sama Allah. Karena telah menjawab doa-doamu. Berterimakasihlah padaNya karena telah membukakan pintu hatiku untuk memaafkanmu. Jika bukan karena DIA, aku dan kamu sudah berpisah sekarang. Aku mana mungkin mau kembali padamu." Kataku.
Mas Moondy tersenyum. Dia memutar tubuhku. Sekarang kami berhadap-hadapan. Mas Moondy mencium keningku. Setelahnya dia menatapku dalam. Lalu dia mencium bibirku. Lidahnya meminta masuk ke dalam bibirku, kubuka bibirku agar dia bisa dengan leluasa mengitari seluruh rongga dalam mulutku. Kami saling bertukar saliva. Mas Moondy menggendongku dan membawaku masuk ke kamar kami, dan pergulatan malam inipun terjadi. Cilla sengaja diajak oleh bapak dan ibu untuk tidur bersama mereka. Kata mereka biar aku dan mas Moondy menikmati manisnya pernikahan kami.
"I love you Pelangi. Aku sayang kamu. Aku cinta kamu. Jangan pernah tinggalin aku lagi." Oceh mas Moondy sesaat setelah dia mencapai puncak hasratnya di malam pertama kami. Tak lupa dia menghujaniku dengan pelukan dan ciuman di bibirku.
****
"Selamat ya buk, pak usia kandungannya sudah memasuki 4 minggu." Kata dokter.
"Alhamdulillah... Kakak Cilla sebentar lagi punya adik. Horeee.... " Kata mas Moondy pada Cilla.
"Dijaga baik-baik ya bu kandungannya. Ini saya berikan vitamin ya untuk dikonsumsi. Jangan lupa makan buah dan sayur yang banyak." Lanjut dokternya.
"Terima kasih ya dokter. Kami permisi dulu." Pamitku.
"Sama-sama ibu."
Begitu mudahnya Allah memberiku kehamilan. Setelah dulu Cilla sekarang anak kedua kami. Cilla kini berusia 20 bulan ketika aku mengandung anak keduaku. Awalnya aku kaget. Tapi kata mas Moondy tak apa, dia yang akan membantuku mengurus semuanya. Kata mas Moondy rejeki tidak boleh ditolak. Katanya dia ingin punya 6 anak dariku.
"Ngawur ah." Tolakku.
"Lho, kenapa ? Biar rumah kita rame mah." Katanya.
"Ribet ngurusnya Yah." Sekarang aku mulai memanggil mas Moondy dengan sebutan ayah, maklum saja, Cilla sudah pandai meniru, jika aku memanggilnya mas, Cilla juga akan menirukannya.
"Kamu gak usah kerja. Biar aku saja. Kamu fokus dirumah urus Cilla sama dedek bayi kita ya mah." Kata mas Moondy sambil mengelus perutku.
Aku tersenyum mendengarnya.
"Aku gak mau membuat kamu menderita lagi. Aku ingin membahagiakanmu. Aku tidak mau kamu susah kaya dulu. Aku ingin memanjakanmu. Kalau perlu satu anak satu babysitter gak masalah."
"Ih, gak usah, kaya artis aja kamu tuh ah."
"Ini bukti cintaku sama kamu. Aku ingin membalas segala kejahatanku di masa lalu dengan seribu kebaikan untukmu. Kata mas Moondy sambil menciumku.
Grdddddd ....... Grdrrrrrrrr ...... Gawai mas Moondy bergetar. Tanda ada panggilan masuk.
"Bentar aku angkat dulu. Halo .... " Wajah mas Moondy membelalak. Dia menatapku kaget.
Mas Moondy tiba-tiba meraih tanganku dan menggenggam tanganku erat. Seperti ada sesuatu yang sedang terjadi.
"Ada apa yah ?" Tanyaku panik begitu mas Moondy mematikan telfonnya.
"Bulan ?"
**********
TAMAT
Sekuel "ORANG KETIGA"
POV BULAN ....
![](https://img.wattpad.com/cover/312147454-288-k141215.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
madu dalam perahu
No Ficciónaku istri sahnya secara negara dan agama. namun bukan hanya aku saja. masih ada gadis ayu yang bernama Bulan yang juga menjadi istri sah negara dan agama.