KISS

3.8K 115 4
                                    

Aku terdiam. Aku bingung harus menjawab apa. Karena jujur, aku belum bisa sepenuhnya mencintai Dito, aku masih menganggap Dito sebagai seorang teman. Aku memang membuka hatiku padanya, tapi entah kenapa aku belum bisa mencintainya. Jujur hatiku masih berhenti di mas Moondy. Aku tau aku bodoh. Tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri. Kutarik nafas panjang. Kuatur lagi hatiku. Aku harus melupakan mas Moondy. Aku harus membuka hatiku pada Dito. Aku menaruh harap besar padanya untuk membimbingku menjadi lebih baik dari sebelumnya, dia sudah sangat baik padaku selama ini.

"Aku tau kamu masih mencintaiku. Begitupun aku, aku juga masih mencintai kamu." Mas Moondy semakin mendekat padaku.

"Kamu terlalu percaya diri mas." Kataku sambil melangkah kebelakang.

"Ngi, kasih aku kesempatan sekali lagi. Tanyakan ke hatimu, jangan egomu. Lihat aku Ngi. Aku mencintaimu, aku merindukanmu, aku ingin kita bersama kembali Ngi." Mas Moondy memegang tanganku. Dia menciumnya.

"Mas Moondy aku ....." Aku berusaha menari tanganku dari genggamannya, tapi dia justru semakin erat menggenggam tanganku.

"Kamu hanya takut kan jika aku kembali menyakitimu seperti dulu, tapi aku janji itu tidak akan terjadi. Aku bersumpah Ngi. Percaya sama aku. Aku akan menyelesaikan semuanya dengan Bulan. Aku hanya akan menjadi milikmu dan Cilla. Aku janji. Aku mohon kasih aku kesempatan Ngi, satu kali ini saja Ngi."

"Mas Moondy aku gak bisa, aku.... "

Mas Moondy membungkam bibirku dengan bibirnya. Ash aku benci momen ini. Momen yang selalu membuatku runtuh pada pendirianku. Momen yang membuatku justru semakin masuk ke dalam perangkap mas Moondy. Tangan kirinya meraih pinggangku hingga tubuh kami semakin merapat. Kucoba mendorong tubuh mas Moondy agar menjauh dariku, tapi aku tak bisa. Tangan kanannya meraih tanganku mengalungkan di lehernya kemudian masuk ke dalam tengkukku dan semakin mempererat bibirnya pada bibirku. Ingin aku melepasnya, tapi pagutan bibir mas Moondy justru semakin hangat menyentuh bibirku. Jujur aku merindukannya. Entah kenapa aku terlalu mencintainya. Dia tetap utuh berada di hatiku meskipun beribu kesalahannya padaku.

"Pelangi !" 

Dito ! Dito yang membuat mas Moondy akhirnya melepaskan ciumannya padaku. Kulihat wajah Dito penuh dengan kekecewaan padaku. Tangannya mengepal hingga memperlihatkan otot-otonya. Matanya memerah padam melihatku seolah menuntut jawaban dariku.  Aku tak punya keberanian untuk melihat Dito lagi. Aku menunduk merasa bersalah padanya. Aku sudah melukainya, pria sebaik Dito sudah kukecewakan. Sungguh aku menyesal Dito. Maafkan aku.

"Dito aku bisa jelasin." Kataku sambil mendatangi Dito.

"Sudah bereskah Ngi ? Jika sudah ayo segera pulang." Ajak Dito tanpa melihatku.

"Aku pulang dulu mas." Pamitku pada mas Moondy.

"Ngi aku mencintaimu Ngi ! Ingat itu baik-baik. Berikan aku kesempatan itu Ngi." Kata mas Moondy.

Aku menggendong Cilla yang tertidur di sofa dan langsung pulang bersam Dito. Tidak ada pembicaraan sedikitpun diantara kami. Dito fokus pada kemudinya sedangkan aku sibuk dengan rengekan Cilla yang terbangun karena terganggu tidurnya. Aku tau Dito pasti marah padaku. Dia pasti kecewa padaku. Aku bisa merasakan bagaimana rasanya jadi Dito, karena aku sendiri pernah mengalaminya.

"Assalamualaikum ..." Ucapku begitu sampai rumah.

"Walaikumsalam .... " Jawab ibuku dari dalam sana.

"YaAllah Cilla, uti kangen... "Sambut ibuku yang langsung meraih Cilla dalam gendongannya.

"Dito duduk dulu yuk, mau minum apa ?" Tanyaku pada Dito. Wajahnya masih penuh kekecewaan. 

"Ibuk masuk dulu ya, silahkan nak Dito."

"Ngi .... " Panggil Dito.

"Ya Dit ?"

"Kamu ga usah repot-repot, aku mau langsung pulang saja." Katanya setelah meletakkan barang-barangku di samping kursi ruang tamu.

"Dito ...... Maafkan aku. Aku bisa jelasin semuanya."

"Fikirkanlah dulu Ngi sebelum bertindak. Kamu perempuan muslim, meskipun kalian masih suami istri yang sah di mata hukum, tapi secara agama kalian sudah resmi bercerai." Ucap Dito tanpa melihatku.

"Aku tau Dit, sungguh ini diluar dugaanku. Aku tidak tau kalau mas Moondy akan menciumku seperti itu. Aku ..... "

"Tinggal bersama Moondy saja seharusnya kamu sudah salah. Ingin aku memberitahumu, biar bagaimanapun juga kalian sudah berpisah, kalian sudah bisa lagi tinggal bersama dalam satu atap, tapi aku takut kalau kamu malah berfikir aku ingin menyakiti Cilla seperti sebelumnya dengan menjauhkannya dari Moondy. Tapi nyatanya kalian malah melakukan hal seperti itu."

"Dito aku salah. Aku minta maaf. Aku ... "

"Sekarang aku tau kenapa dulu kamu enggan mengurus perceraian kamu. Bukan pada uang permasalahannya. Tapi pada hatimu yang belum yakin akan menceraikan Moondy. Dan bodohnya aku baru kusadari sekarang, bahwa akulah yang terlalu berambisi untuk memilikimu." Ucap Dito dengan mata berkaca-kaca.

"Dito, maafin aku. Aku tau aku salah."

"Mungkin kamu memang masih mencintai Moondy."

"Enggak Dit ! Enggak seperti itu. Aku sama sekali enggak punya perasaan itu padanya. Aku sama sekali tidak mencintai mas Moondy. Percaya sama aku." Aku berusaha untuk terus meyakinkan Dito.

"Aku tidak tau lagi Ngi, masih bisa tidak menjalin hubungan dengan orang yang tidak bisa melupakan masa lalunya."

"YaAllah Dito. Jangan bicara seperti itu."

"Kamu sudah tinggal bersama dia selama satu minggu, mulai dari rumah sakit sampai dirumahnya, jika kalian saja bisa berciuman bukan tidak mungkin jika selama bersama kalian melakukan lebih dari itu ?"

"Astaghfirullah Dito ! Aku tidak serendah itu. Aku mengakui jika mas Moondy menciumku. Tapi aku tidak melakukan tindakan bodoh lain seperti yang kamu tuduhkan padaku ! Aku bahkan tidur secara terpisah dengan mas Moondy. Aku berani bersumpah untuk itu. Hubungan kami selama tinggal bersama hanya demi Cilla, tidak lebih Dit. Percayalah padaku. Aku minta maaf Dito."

"Sudahlah Ngi aku mau pulang. Istirahatlah. Fikirkan kembali tentang hubunganmu denganku. Sampaikan salamku untuk bapak dan ibumu."

"Tapi Dit.. "

 "Assalamualaikum." 

"Walaikumsalam."

*****

"Wajar jika Dito kecewa, selama ini dia berharap lebih kepadamu." Kata ibuku.

"Tapi jujur buk, ini diluar dugaanku. Aku sendiri tidak tau kenapa mas Moondy bisa menciumku."

"Mungkin kamu terlalu terbawa dengan suasana hatimu."

"Entahlah buk. Pelangi bingung. Bodoh banget Pelangi yaAllah. Kenapa bisa melakukan tindakan sebodoh itu?"

"Nduk."

"Njeh buk ?"

"Sepertinya memang benar jika kamu masih mencintai Moondy."

"Ibuk bicara apa sih ? Kenapa malah jadi ikut-ikutan sama kaya Dito?"

"Fikirkanlah baik-baik, sebelum hakim mengetuk palu masih bisa dibatalkan perceraian kalian. Namun tetap harus menikah lagi secara agama."

"Ibuk ngomong apa sih ?"

"Jangan mengingkari hatimu. Ibuk serahkan semua kepadamu nduk. Sholat tahajud. Sholat istiqoroh. Meminta petunjuk sama yang diAtas. Jangan sampai salah langkah lagi. Ibuk dan bapak tidak akan memaksakan kehendak lagi padamu. Sudah cukup dulu kamu mengorbankan masa mudamu."

"Jujur saja kalau kamu memilih kembali pada Moondy bapak akan kecewa. Karena hati bapak masih terlalu sakit untuk menerima kenyataan bahwa Moondy sudah menyakiti kamu. Bapak lebih mendukung kamu dengan Dito, karena Dito itu baik. Dia juga sayang sama Cilla. Tapi kalau hatimu sudah untuk Moondy ya monggo. Sing penting kamu tidak salah langkah. Dan Moondy tidak akan menyakiti kamu lagi."

*****

madu dalam perahu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang