"Buk, pantas gak ?" Tanyaku pada ibuku saat aku menggunakan hijab.
"MasyaAllah... Pantas nak. Kamu lebih cantik berhijab begini." Puji ibuku.
"Alhamdulillah bu, Pelangi ingin menjadi yang lebih baik dari sebelumnya bu. Dukung Pelangi untuk berubah ya buk ?"
"Amin nak. Ibu, bapak, dan Embun akan selalu mendukungmu. Kami semua sayang padamu."
Entah kenapa dengan adanya berbagai masalah yang kuhadapi justru malah mendekatkan diriku pada Tuhan. Aku mulai belajar berhijab. Kuperbaiki segala tingkah lakuku. Kuatur segala tutur kata dan perbuatan. Aku ingin menjadi ibu yang baik untuk Cilla putri tunggalku. Aku akan menyembunyikan kehadiran Cilla dari mas Moondy dan keluarganya. Aku tidak mau mereka nanti akan semena- mena kepaku jika mengetahui bahwa ada Cilla diantara aku atau mas Moondy.
"Buk, aku mau keluar dulu sama Cilla sama Embun." Pamitku pada ibu.
"Mau kemana nduk?" Tanya ibuku.
"Mau ke sekaten buk. Jalan-jalan mumpung masih sore." Jawabku.
"Iyo, hati-hati. Jangan pulang malam-malam, kasian Cilla." Pesan ibu.
"Siap bu." Jawabku serentak bersama Embun.
Aku didepan mengemudi. Sedangkan Cilla digendong adikku Embun dibelakang. Saat hampir sampai lokasi sekaten yang ada di alun-alun Solo, ada sebuah kecelakaan di seberang jalan tepat di depan kantor balaikota.
"Ono tabrakan mbak."
"Iya dik. Wis ndak usah dilihat. Kita langsung ke sekaten aja ya? Takut aku lihat begituan."
"Oke mbak. Keburu malem juga."
Aku kembali melanjutkan perjalanan ke tujuan kami sekaten. Sekaten itu semacam pasar malam. Tidak lama. Sekitar satu setengah jam kita disana muter-muter cari keperluan yang kita butuhkan dan naik beberapa wahana permainan dengan Cilla trus pulang.
****
Aku tidak bisa terus-terusan numpang biaya hidup sama ibu dan bapakku. Aku berniat untuk mencari kerja. Kutitipkan Cilla pada ibu dan bapakku. Satu hari, dua hari, tiga hari, satu minggu aku masih belum juga dapat pekerjaan. Namun aku tak pernah menyerah. Sampai pada akhirnya aku mendapat panggilan di sebuah minimarket di dekat kampus negeri kota Solo. Gajinya memang tidak seberapa, tapi setidaknya bisa untuk membelikan Cilla diapers dan susu. Aku mulai bekerja dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore jika shift pagi. Dan dari jam 1 siang sampai jam 9 malam setiap shift siang. Selalu saja muncul drama jika aku akan berangkat kerja. Cilla pasti akan menangis karena ingin ikut denganku. Disitulah hatiku merasa teriris sebagai seorang ibu.
"Ngi, ada acara gak pulang kerja nanti ?" Tanya Dito, supervisor di tempat kerjaku.
"Kenapa Dit emangnya ?" Tanyaku balik.
"Jalan yuk." Ajaknya.
"Kemana Dit ?"
"Kemana gitu kek. Nonton pilm atau makan juga boleh."
"Halah nonton pilm koyo cah enom wae to Dit."
"Lha kan kamu yo masih muda to ?"
"Dit, aku ini janda lho. Jangan jalan sama aku. Emang kamu tu gak malu ?"
"Lha kenapa kalau janda ? Adakah yang salah sama seorang janda ? Dan aku juga gak malu jalan sama kamu."
"Kamu lho ganteng. Masih pantes sama yang single. Bisa kamu ajak Mita atau Sandra sana yang masih cantik, seger, gadis lagi." Bukannya GR, tapi memang Dito ini kelihatan banget kalau dia suka sama aku. Dito berbeda sama Amir , kalau Amir masih malu-malu, kalau Dito dia sangat agresif. Usia Dito selisih 2 taun diatasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
madu dalam perahu
Non-Fictionaku istri sahnya secara negara dan agama. namun bukan hanya aku saja. masih ada gadis ayu yang bernama Bulan yang juga menjadi istri sah negara dan agama.