🌼08. | Bittersweet |

53 13 40
                                    

Don't forget to vote, comment and follow

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Don't forget to vote, comment and follow.

Thank you🐝

ılıılıı

“Dan kamu... Bukan anak Ayah,”

“Apa lagi, sih? Ayah jangan bercanda. Please, gak lucu.”

Ayah tidak menjawab apa-apa. Beliau hanya geming, meninggalkan ribuan  tanda tanya yang kini berisik di kepala Mitra, menuntut kebenaran.

“Ma...?” Mitra menoleh, menatap kearah Mama. Menuntut jawaban atas pertanyaan yang bersarang, hari itu juga.

“Keterlaluan kamu, Mas!” Sentak Mama seraya menangis, sedangkan Mitra menatap dengan tatapan tak percaya pada orangtuanya. Sebenarnya... Berapa banyak kebohongan yang mereka sembunyikan?

“Aku bukan anak Ayah, Ma? Terus? Aku anak siapa? Mama istri Ayah, aku anak kalian! Maksudnya apa aku bukan anak Ayah?!” Seru Mitra menggebu-gebu.

“KENAPA KALIAN DIAM?! TOLONG JAWAB! ANAK SIAPA, AKU?! MA! YAH!”

“Kamu itu kesalahan! Masa lalu kelam Mama kamu! Dan Ayah terjebak disini! Dipaksa bertanggungjawab atas perbuatan yang gak Ayah lakukan!” Balas Ayah dengan nada bergetar.

“Kemas barang-barang kamu, Mitra. Turuti apa kata Mama, sebelum kamu menyesal.”

Mitra tak lagi egois. Ia mengemasi barang-barang nya. Tak butuh waktu lama, ia telah bersiap dengan menggendong tas ransel dan satu koper besar.

Mama langsung menariknya ke luar rumah. Tanpa sempat bagi Mitra untuk menelisik rumah yang menjadi saksi Mitra tumbuh, selama tujuh belas tahun. Tanpa sempat bagi Mitra—barangkali—berpamitan pada Ayah. Karena, jika orangtuanya akan resmi berpisah, sulit bagi Mitra akan menemuinya.

Sulit bagi Mitra untuk menerima semuanya. Sulit bagi Mitra untuk mencerna dan menetralisir syok nya. Sulit bagi Mitra untuk memahami semuanya. Karena, semuanya terlalu tiba-tiba untuk Mitra ketahui. Jika boleh jujur, sampai kapanpun Mitra tak akan siap mengetahui kenyataan pahit itu. Wajahnya menunduk, menatap tanah satu tetes dua tetes air mata mulai jatuh membasahi pipinya. Ini tak akan mudah untuknya.

Di pagar rumahnya, langkah Mitra terhenti karena Mama menghentikan langkahnya terlebih dahulu. Ia lantas mendongak, melihat apa yang membuat Mama menghentikan langkahnya. Ia di buat tertegun oleh seorang wanita yang se-usia dengan Mama dengan seorang laki-laki yang seperkiranya tiga tahun lebih muda dibawahnya.

“Selamat, Hera. Kamu berhasil merusak rumah tangga saya.” Kata Mama seraya tersenyum miris. Mama langsung menarik tangan Mitra, tak lupa bahunya menyenggol bahu wanita berhijab yang tak Mitra kenali siapa dia.

7'Rotasi Mimpi ; Alstroe Arts ComunityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang