🌼21. | Jalan Pulang |

64 12 18
                                    

Don't forget to vote, comment and follow

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Don't forget to vote, comment and follow.

Thank you🐝

ılıılıı

"Ayo di makan..." Ibu menoleh ke arah Kayanala.

"Namanya Ratara, Bu."

"Oh iya, dimakan nak Ratara, maaf ya. Ibu gak punya apa-apa, cuma masak tumis kangkung sama tempe goreng. Kamu suka, gak?" Kayanala menatap khawatir ke arah Ratara. Sejak bertemu Ibu, laki-laki itu mendadak jadi pendiam. Meski memang pendiam. Namun, bukan itu maksud Kayanala, mata itu... Tampak redup dari sebelumnya.

"Tante-"

"-Panggil Ibu aja," Ratara mengatupkan bibirnya. "Iya... Ibu." Ibu tersenyum, lantas ia usap rambut remaja laki-laki yang seusia dengan putri ke dua nya, penuh sayang. Membuat Ratara memejamkan matanya, dadanya tiba-tiba terasa sesak.

"Makan yang banyak, ya. Seadanya." Ibu pindah posisi menjadi di samping Kayanala. Ratara pun mengangguk, ia menyuap sesendok nasi dengan tumis sayur kangkung beserta potongan kecil tempe goreng ke dalam mulutnya. Dia mengunyah nya perlahan kemudian ia justru menunduk menahan isak tangis nya. "Loh?! Tara? Eh, kenapa? Kok nangis? Masakan Ibu gak enak, ya?" Ibu panik, ia menghampiri Ratara yang duduk bersila di depannya.

Kayanala pun tak kalah panik. Tadi, ia memasak dengan hati-hati dan penuh perasaan kok. Tak mungkin ia salah memasukkan sianida kedalam makanannya, kan?

"Rat?" Panggil Kayanala pelan.

Ratara mendongak dengan hidung dan matanya yang memerah, lantas ia usap hidungnya dengan pergelangan tangan. "Maaf. Saya bikin Ibu sama Nala khawatir."

"Gakpapa, Ibu pikir tempe gorengnya Nala keasinan sampe Ibu pikir kamu nangis gara-gara tempenya gak enak." Ratara menggeleng canggung. "Saya... Cuma rindu masakan Ibu."

"Ibu lo..." Kayanala menggumam, buru-buru Ratara menyela nya.

"Masih ada. Cuman sekarang, keadaannya berbeda." Ibu pun mengangguk saja tanpa bertanya lebih lanjut. Ia paham. Paham betul maksud Ratara, "gakpapa. Kalo kamu rindu, sini ke rumah Nala. Ibu pinter masak, lho. Tapi ya, seadanya. Ibu gak bisa masak steak." Kata Ibu berusaha mencairkan suasana.

"Pintu rumah Nala, terbuka lebar untuk Tara. Jadi, jangan sungkan untuk main ke sini, ya. Ozi sama Bita juga kalau hari Minggu, seharian disini. Mereka udah kayak anak-anak Ibu. Kamu pun begitu." Ratara terdiam sangat lama. Setelah menyuap sesendok makanannya, ia tersenyum ke arah Ibu.

"Boleh... Saya peluk Ibu?" Ibu menatap Ratara dengan tatapan yang sulit di artikan. Mata Ratara yang sarat akan kerinduan itu, jelas menyayat hatinya. Teringat oleh Ozi dan Nibita yang di tinggal selamanya oleh Bunda mereka.

"Boleh." Ibu merentangkan tangannya, menyambut Ratara ke dalam pelukannya. Menepuk-nepuk punggung nya pelan, sesekali mengusap rambutnya penuh sayang.

"Pengen kali, di peluk juga." Gumam Kayanala.

7'Rotasi Mimpi ; Alstroe Arts ComunityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang