🌼27. | Perkara #3 |

49 9 15
                                    

Don't forget to vote, comment and follow.

Thank you🐝

ılıılıı

“Gue mau keluar dari Andorid, Bang.” Lontar Ozi to the point pada Yohan, yang perannya menjabat sebagai ketua dalam sebuah perkumpulan remaja laki-laki atau suatu geng di sekolah.

“Hahahahahaha! Lucu, Ji. Selamat Masketu, anda kena prank. Tuh, kameranya Oji umpetin.” Seloroh Jezryl, yang mendengar ucapan Ozi barusan.

“Gue tau lo doyan bercanda, Ji. Tapi sumpah, bercandaan lo yang ini gak lucu, ya! Kita gak ketipu!” Timpal Revan.

“Idih, dikira badut kali gue. Serius,”

Tiba-tiba Jezryl bangun dari duduknya, menarik kerah seragam sekolah Ozi dengan emosi tercetak jelas di raut wajahnya. “Ngomong lagi.” Desis nya tajam.

“Gue, Ozrileo Satya Wicaksana, resmi keluar dari Andorid, hari ini. Atas saksi masketu, dan kalian semua–”

BUGH!

“Brengsek, gak mutu banget omongan lo, bangsat! Bangun lo! Sini, lawan gue! Bilang kalo sekarang ini, lo lagi bercanda!” Murka Jezryl.

BUGH!

“Gue gak bercanda, anjir!” Sergah Ozi. Jezryl mengusap kasar sudut bibirnya yang berdarah akibat di hantam pukulan mentah oleh Ozi, menggunakan punggung tangannya. Ia menatap nyalang je arah Ozi, lantas terkekeh asimetris.

Mereka yang menyaksikan perseteruan Jezryl dan Ozi pun hanya terdiam, tak berniat melerai. Sebab, merekapun sama kecewanya dengan Ozi akibat keputusannya. Circle ini sempat kehilangan dua orang teman berharga mereka, dan hari ini, mereka harus melihat kejadian yang sama. Dimana, Jezryl akan meluap melampiaskan kekecewaannya akibat keputusan sahabatnya.

“Udah Rateja, terus Ratara. Sekarang, lo? Besok siapa? Sana keluar aja lo semua, brengsek! Semua aja ninggalin gue!” Erang Jezryl.

“Andorid itu rumah buat gue. Kalian semua itu keluarga gue, kalo ujung-ujungnya kalian ninggalin gue kayak gini, apa bedanya lo semua kayak orang-tua gue, hah?!”

“Udah, Jez.” Tegas Yohan.

Jezryl menulikan pendengarannya, ia menatap Ozi dengan tatapan tajam. Di sorot matanya, kentara sekali jika ia sangat kecewa. “Kita lagi di masa susah. Rumah kita terancam bubar! Dan lo!” Jezryl menunjuk Ozi tepat di depan wajahnya. “Bukannya ngasih solusi, malah nambahin masalah!”

“Kenapa?! Bilang sama gue, kenapa?! Pengecut lo, kalo lo takut di keluarin dari sekolah gara-gara kasus ini.”

“Gue? Pengecut? Kalo gue pengecut seperti yang lo bilang, gak akan gue bertaruh masa depan demi kesolidaritasan kita. Kalo gue cupu, gue gak akan sudi mempertaruhkan nyawa gue, demi baku hantam gak jelas.”  Tukas Ozi, nadanya sangat rendah. Atmosfer sekitar pun semakin mencekam, seolah pasokan oksigen di sekitar menipis diiringi oleh aura permusuhan antara Jezryl dan Ozi.

“Sebutin.” Ujar Jezryl seraya mencengkram kembali kerah seragam Ozi. “Alasan, yang masuk akal buat gue terima.”

“Gue mau fokus sama masa depan.”

“Basi.” Cetus Jezryl, “mau fokus sama masa depan? Lo pikir, kita semua yang ada disini gak punya masa depan? Anggapan lo sekarang sama kayak orang-orang, ya? Lo anggap geng kayak kita ini gak bakal bisa punya masa depan yang bagus? Haha, makasih jawabannya. Gue cukup tersinggung.” Jezryl menyentak Ozi.

7'Rotasi Mimpi ; Alstroe Arts ComunityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang