Don't forget to vote, comment and follow.
Thank you🐝
ılıılıı
"Semua fasilitas kamu mulai sekarang Ayah sita. Termasuk handphone kamu."
"Kecuali itu." Sahut Rateja, alis Ayah menukik tak suka. "Saya berhak."
"Gak peduli mau ATM, kartu kredit ataupun motor yang Ayah sita, tapi enggak dengan HP."
"Justru handphone itu poin pentingnya. Jika kamu tidak lagi memegang benda itu, kemungkinan besar kamu berhubungan dengan geng-geng, itu sangat kecil. Ayah gak akan biarin kamu untuk berkomunikasi apalagi sampai menemui mereka seperti tadi." Ini sudah seminggu berlalu, namun Ayah tak kunjung selesai membahas perkara Rateja yang diam-diam menemui teman-teman se-perkumpulan nya. Hanya karena itu, dan permasalahan ini berlanjut hingga saat ini.
Rateja mengetatkan rahangnya. Lantas ia membuang muka, menghindari kontak mata langsung dengan Ayah. Ia merogoh saku kemudian melempar handphonenya ke meja. "Ambil. Ambil semua kebahagiaan Rateja kalo Ayah mau. Ambil nyawa Rateja sekalian. Aku capek, Yah. Aku pengen istirahat, aku kangen sama Bunda."
Ayah diam saja, tanpa sedikitpun berminat menanggapi curahan putra sulungnya. "Aku juga mau kayak Dera, yang bisa bebas ngelakuin hal yang dia suka semaunya. Aku mau kayak Dera yang di treat like a king sama Ayah dan Mama nya. Apapun permintaannya gak ada yang gak dituruti sama Ayah. Dia masih punya Mama, masih ngerasain kasih sayang dari Mama nya. Dia bebas keluar, main sama temen-temen nya. Sedangkan aku? Cuma komunikasi sama temen-temenku lewat media sosial aja gak boleh."
"Cukup Saskara." Desis Ayah tajam.
"Kenapa sih, Yah? Ayah malu punya anak haram? Ayah takut kehadiran aku yang ketahuan media merusak citra Ayah? Ayah takut aku di liput media, karena aku hasil hubungan gelap, kan?"
PLAK!
"SIAPA YANG KAMU SEBUT HASIL HUBUNGAN GELAP, HAH?! KAMU ITU ANAK SAH, SAYA DAN MIRA!" Sentak Ayah nyalang usai menghadiahi putra sulungnya dengan tamparan hingga meninggalkan lebam pada sudut bibir Rateja.
"TERUS KENAPA?!" Balas Rateja yak kalah nyalang. Ia menatap sang Ayah dengan tatapan berapi-api. Nafasnya menggebu, dadanya naik turun dan emosi kini berhasil menguasainya. "Kenapa Ayah memperlakukan aku berbeda? Aku anak Ayah juga. Aku punya perasaan. Aku bisa marah, bisa sedih, bisa kecewa. Kenapa Ayah begini?"
"Saya melakukan semua ini demi kamu. Kenapa kamu gak bisa lihat bentuk perlindungan yang saya berikan? Sebegitu bencinya kah kamu dengan saya, Saskara?"
"Jangan memutarbalikkan fakta. Ayah yang gak pernah sayang sama aku." Ayah mengeraskan rahangnya, tangannya kini terangkat kembali hendak menampar anaknya. Namun terhenti, kala wajah datar yang menatapnya dengan tatapan terluka itu mengingatkannya pada mendiang istrinya. Lantas, perlahan-lahan tangan itu terhenti di udara, mengepal kemudian meluruh.
KAMU SEDANG MEMBACA
7'Rotasi Mimpi ; Alstroe Arts Comunity
Teen FictionSeperti pendar temaram lembayung senja di ufuk cakrawala. Setelah menggantungkan keindahannya di jumantara, dia pergi meninggalkan memori indah bagi siapa saja yang melihatnya. - 𝗔𝗟S𝐓R⍟E, 2023. ©kosakatakita 2023 Highest Rank 🏆🏅 #2 in Ryujin [2...