🌼28. | Dèjá vu |

59 12 25
                                    

Don't forget to vote, comment and follow.

Thank you🐝

ılıılıı

Dikejar-kejar preman mungkin bukan hal yang mengejutkan bagi Kayanala. Terhitung, ini kali ketiga ia membuat rusuh karena perbuatannya sendiri.

Dulu sekali, Kayanala pernah tidak sengaja menendang seonggok kaleng minuman hingga mengenai kepala salah satu preman yang tengah berkumpul di pos ronda malam, tengah berjudi.

Waktu itu sudah sangat larut karena Kayanala baru saja pulang kerja. Mereka dalam keadaan mabuk-mabukan, akhirnya mereka marah dan aksi kejar-kejaran serupa seperti sekarang itu terjadi.

Keberuntungan dulu memihak Kayanala, karena di saat-saat terdesak nya, ia bertemu dengan Ali di perempatan gang, sedang membeli martabak bangka. Dari sana, preman-preman itu tak berani mengejar lantaran Kayanala memasuki area ramai.

Namun, entah sekarang bagaimana. Agaknya keberuntungan sedang tidak berpihak pada nya kali ini. Alih-alih berlari menuju area ramai orang di jam segini, Kayanala justru memasuki perumahan yang kalau tidak salah ingat adalah perumahan nya Desta, area perumahan di sana sepi, hanya beberapa orang yang berlalu lalang.

Di pertigaan dekat bak sampah besar, Kayanala kalang kabut, bingung hendak pergi kemana. Namun, tiba-tiba seseorang menarik tangannya, menariknya bersembunyi dan berjongkok di belakang bak sampah.

Kayanala nyaris berteriak, namun seseorang itu langsung membekap mulutnya. Minimnya penerangan membuat Kayanala tidak tahu siapa orang di belakang nya, apakah dia salah satu komplotan preman itu?

Yang pasti dia laki-laki.

Tapi, jika dia satu komplotan dengan preman-preman itu, kenapa dia mengajaknya bersembunyi?

Para preman itu mulai berpencar di pertigaan. Ada satu yang diam seraya mondar-mandir di depan bak sampah, membuat jantung Kayanala berdetak lebih cepat. Begitupun laki-laki di belakangnya, Kayanala bisa mendengar ritme detak jantungnya yang sama cepatnya dengan jantung miliknya.

Minim cahaya ini sedikit berguna, meskipun seharusnya dari arah kanan jalan, keduanya nampak bersembunyi di belakang bak sampah yang kotor. Kalau preman-preman itu pintar, seharusnya mereka sudah ketahuan.

Preman itu hendak pergi, karena dalam sekali tangkapan pencariannya, tidak ditemukan tanda-tanda orang di sana. Kayanala yang berkeringat dingin itu langsung menghela.

Di saat-saat ia merasa lega, handphone nya berdering saat itu juga.

“Anjeng! Ini bukan sinetron India, bangsat!” Bisik Kayanala frustasi, ia buru-buru menutupi lubang speaker handphone nya menggunakan tangan, karena telepon dari Kama tidak bisa ia matikan karena panik lebih mendominasi keadaannya saat ini. Laki-laki di belakangnya langsung mematikan handphone Kayanala. Tak lama handphonenya pun mati. Tapi telinga preman tadi jelas masih berfungsi.

Neng geulis, udahan atuh main petak umpet nya. Sini keluar, main bareng abang-abang.” Kata preman tersebut membuat Kayanala merinding.

Kayanala frustasi setengah hidup. Derap langkah kaki dari arah belakangnya yang tertutup tumpukan kresek sampah dan kardus bekas, cukup menghalangi keberadaan mereka dari arah preman berjalan ke arahnya. Arah depan Kayanala benar-benar kosong, kalau saja preman itu berjalan memutari bak sampah ke arah sisi Kayanala dan seseorang dibelakang nya masuk—atau minimal—melongok dari atas, ke belakang bak. Sudah pasti, mereka langsung ditemukan.

7'Rotasi Mimpi ; Alstroe Arts ComunityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang