🌼22. | Antara |

56 8 19
                                    

Don't forget to vote, comment and follow

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Don't forget to vote, comment and follow.

Thank you🐝

ılıılıı

Ozi sedang diperiksa kelengkapan seragamnya. Banyak pelanggaran yang ia lakukan sehingga terpaksa ditulis dibuku pelanggaran oleh sekretaris OSIS itu.

“Dasi, gesper dan almamaternya jangan lupa dipakai. Kaos kaki yang dipakai hari Senin juga warna putih bukan item, dilarang pake sepatu bebas selain sepatu dari sekolah.” Ucap ketua OSIS SMANDU ber-bernametage ‘Gemalio Sakta’ tersebut setelah mencatat ketidakdisiplinan Ozi.

Cowok tengil bin jahil itu pun hanya mengangguk malas, dia ke sekolah hanya menggunakan kemeja putih lengan pendek dan celana abu-abu di atas mata kaki, ia pun menggunakan kaos kaki sport warna hitam dan sepatu putih.

Beruntung, di hari Senin ini bu Ematri selaku guru Bimbingan Konseling dan guru matematika kelas sepuluh itu tak bertugas mengatur kedisiplinan siswa hari ini lantaran ketidakhadiran nya, jika bu Ematri hadir hari ini, entah bagaimana nasib Ozi nantinya.

Saat Kayanala hendak memasuki pelataran SMANDU, langkahnya dicegat oleh Gemalio, segala perlengkapannya diperiksa.

“Dasinya, mana?” Tanya Gemalio. Kayanala pun panik seketika, ia meraba-raba dadanya, seingatnya ia sudah menalikan dengan rapi dasi itu di kerah bajunya, lantas pergi kemana dasi abu-abu nya itu? Gak mungkin punya kaki terus jalan sendiri, kan?

“Em... Bentar.” Kayanala membuka resleting ranselnya, dan mengobrak-abrik segala isi yang ada didalamnya. Namun nihil, apa yang ia cari tak ada di sana.

“Kayaknya ketinggalan deh, Kak...” Ringis Kaynala. “Boleh pulang dulu, gak?”

Gemalio melirik arloji di pergelangan tangan kirinya, “gak bisa, gerbang ditutup lima menit lagi. Kalo lo balik, yang ada skors nya makin gede karena terlambat.”

“Anjir.” Umpat Kayanala pelan. Pagi di hari Senin yang menyebalkan.

Seseorang dengan tiba-tiba mengalungkan sebuah dasi di lehernya. Jelas cewek itu terkejut setengah hidup, ia menatap penuh tanda tanya ke arah pelaku yang mengalungkan dasi di lehernya

“Gue ada dua.” Kata Ratara menjawab raut kebingungan Kayanala. Ia memutar tubuh Kayanala sehingga menghadap kearahnya, sekalian memasangnya.

Panas mulai menjalar di pipi hingga telinga. Kayaanla tak lagi bisa menahan rona di muka, jarak diantara keduanya cukup dekat dan sukses membuat jantung Kayanala berdetak lebih cepat. Yang ia lakukan kini hanyalah membuang pandangan, berusaha untuk tidak berkontak mata langsung dengan Ratara.

“Makanya, jangan pikun.” Ucap Ratara.

Ratara mengibaskan tangannya di depan wajah Kayanala, karena gadis itu hanya diam saja menatapnya. Sontak, Kayanala mengerjap sebanyak dua kali, kemudian tersadar bahwa ia tengah termenung ditengah jalan.

7'Rotasi Mimpi ; Alstroe Arts ComunityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang