Don't forget to vote, comment and follow.
Thank you🐝ılıılıı
"Ma..."
"Tara? Mama pulang."
Ratara menatapnya dengan tatapan tak percaya. Lantas ia menggumam, "Mama?"
"Iya. Ini Mama, kangen gak?" Ratara hanya diam, memandang dengan tatapan tanpa kedip kearah wanita paruh baya yang selama ini namanya selalu ia selipkan dalam do'a nya. Wanita yang selalu Ratara rindukan kehadirannya. Dia Mama. Tuhan mendengar do'a Ratara, kini Mama pulang dengan-seorang anak perempuan kisaran umur sepuluh tahunan dan-pria paruh baya yang menatapnya dengan tatapan tak suka.
"Tara gak suka, Mama pulang, ya?" Ratara mengalihkan tatapannya dari gadis sepuluh tahun yang digandeng Mama dengan laki-laki-yang Ratara lihat pernah ada di status WhatsApp Mama, kini netra nya menatap sendu sekaligus terluka kearah Mama. Seolah mata itu mengatakan kerinduan dan kekecewaan yang mendalam.
"Tara kenapa?" Mama menatap Ratara bingung kala anak laki-lakinya itu menatapnya dengan tatapan kosong.
"Tara?"
Ratara menunduk. Mungkin inilah alasannya. Alasan mengapa Tuhan enggan mempertemukan Ratara dengan Mama ataupun Papa nya. Kini Ratara mengerti, bukan Tuhan tak mau mendengar do'a nya, bukan Tuhan tan mau mengabulkan do'a nya. Hanya saja, Tuhan tak mau Ratara lagi-lagi kecewa dengan hidupnya.
Mama mendekat, mendekap putranya. Yang kini tingginya sudah jauh diatasnya. Dekapan hangat yang Ratara rindukan kini terasa semu. Dingin, tak berarti ataupun mengobati sakit hatinya. "Anak Mama, Ratara sudah besar. Dulu terakhir kali Mama lihat, Ratara masih kecil. Kalau Mama gak salah ingat, Ratara yang Mama lihat terakhir kali baru tujuh tahun, ya? Sekarang umurnya berapa? Sudah tujuh belas tahun, kan? Selama itu Mama gak pernah liat Tara, sekarang Mama peluk anak Mama. Tara nunggu Mama, ya?"
"Maaf. Maafin Mama, Tara. Mama ninggalin kamu, maaf. Kamu mau maafin Mama, kan?" Mama memutus dekapan diantara keduanya, tangan lembut itu lantas beralih mencengkram kedua bahu Ratara, menatap rindu pada putra sulungnya.
"Tara rindu, Mama?" Ratara melepaskan tangan Mama yang mencengkram bahunya. Ia mundur satu langkah, mencipta jarak diantara ia dan Mama.
"Aku ngerti sekarang, Ma."
Mama menunduk, lantas ia usap air matanya yang membasahi kedua pipi tirusnya. Netra nya menggulir menatap bufet kaca yang berisi trophy yang Ratara raih saat keikutsertaannya dalam lomba-lomba ataupun olimpiade yang sering ia ikuti dulu. "Tara hebat, ya. Tara gak lupa ucapan Mama. Ini semua mau kamu pamerin ke Mama, kan?"
Mama terkekeh, "anak Mama selalu keren. Terima kasih telah jadi anak yang membanggakan, ya. Mama bangga sama Tara," Ratara mengalihkan pandangannya, menghindari kontak mata langsung dengan Mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
7'Rotasi Mimpi ; Alstroe Arts Comunity
Teen FictionSeperti pendar temaram lembayung senja di ufuk cakrawala. Setelah menggantungkan keindahannya di jumantara, dia pergi meninggalkan memori indah bagi siapa saja yang melihatnya. - 𝗔𝗟S𝐓R⍟E, 2023. ©kosakatakita 2023 Highest Rank 🏆🏅 #2 in Ryujin [2...