🌼13. | Absen |

63 14 66
                                    

Don't forget to vote, comment and follow.
Thank you🐝

ılıılıı

"Kenapa bisa sih?!" Cetus Kama yang baru datang dengan Ratara. Di pagi-pagi buta ini bukannya menghirup udara pagi dan bergelung di balik selimut tebal, lain dengan Ratara dan Kama yang malah dikejutkan oleh kabar Rateja kecelakaan.

Siapa yang tidak kaget coba? Mana kesadaran belum terkumpul sepenuhnya, mata masih kriyep-kriyep, dikasih tahu kabar kurang mengenakan yang mau tidak mau harus membuat mereka bangun dari alam bawah sadar secara tiba-tiba. Tak peduli keadaan sekitar, atau kepala yang terasa pusing efek terkejut. Mereka langsung bergegas tunggang-langgang ke rumah sakit.

Fokus mereka pecah. Bahkan Kama masih mengenakan piyama dan sandal selop rumahan nya.

"Sialan. Orang mau ngasih kabar tuh basa-basi dulu! Lo gak tau gimana kagetnya gue, sampe nyaris gelinding dari tangga gara-gara lo!" Celetuk Kama. Tadinya Ozi mau tertawa. Namun mengingat ia sedang di rumah sakit tepat pada pukul 04.35 pagi, terlanjur tidak jadi, ia masih tahu etika. 

Ozi menutup matanya saja untuk tidur. Si Rateja ini memang rada-rada tidak waras, mengajaknya balapan dini hari. Mana hari ini sekolah. Kalau tidak ingat teman, mungkin sudah Ozi buang Saskara Rateja itu ke rawa-rawa.

"Woey!" Seru Kama seraya menepuk bahu Ozi cukup keras. Ozi menatap Kama dengan tatapan tanda tanya, ia sedang malas bersuara, matanya ngantuk setengah watt.

"Teja abis mabok? Kok bisa tikungan tajem kayak gitu di terobos, dia rabun? Atau siwer? Atau emang buta sih?"

"Gak tau lah. Bosen idup kali dia makanya nantangin malaikat maut." Balas Ozi, ia memejamkan matanya. Menarik tali hoodie nya dan menenggelamkan wajahnya didalam balutan hoodie oversize itu.

“Balapan liar lagi kan dia?” Tebak Ratara tepat sasaran. Saat tak mendapatkan jawaban apapun, Ratara mengetatkan rahangnya. Netra nya lebih tajam dari sebelumnya, “tolol di piara.” Desis nya.

Cukup lama tiga remaja laki-laki itu menunggu kabar baik dari dokter perihal keadaan Rateja. Hingga tak beberapa lama kemudian dokter serta beberapa perawat keluar dari UGD.

"Keluarga, pasien?" Mendengar itu Ratara, Kama dan Ozi pun menghampiri dokter, kentara ekspresi khawatir tergambar jelas di wajah mereka.

“Kami temannya. Maaf dok. Sejak tadi saya sudah menghubungi keluarganya, tapi gak ada yang bisa dihubungi.” Dapat Ozi lihat dokter itu menghembuskan nafas pelan.

"Pasien sudah siuman. Karena kecelakaan yang cukup parah menyebabkan patah pergelangan tangan akibat pasien jatuh dengan bertumpu pada tangannya, patah pergelangan tangan dapat pulih dalam 6-8 minggu, sementara itu pergelangan tangannya harus di gips untuk membantu menahan dan menjaga tulang yang patah tetap pada posisi yang tepat. Kemudian akibat benturan yang cukup keras, menyebabkan cedera kepala ringan. Dan pasien perlu menjalani perawatan intensif selama satu minggu lamanya," terang dokter tersebut.

Ketiga remaja itu menghela nafas panjang. "Terima kasih, dok.” Ujar Kama mewakili, lantas dokter itu mengangguk seraya tersenyum ramah,

"Boleh dikunjungi kan, dok?" Tanya Ratara.

"Boleh. Nanti setelah dipindahkan ke ruang rawat inap, tapi usahakan jangan terlalu lama. Karena pasien perlu istirahat total."

"Oh gitu ya dok, makasih sekali lagi dok." Balas Kama.

7'Rotasi Mimpi ; Alstroe Arts ComunityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang