🌼06. | Maaf |

66 15 52
                                    

Don't forget to vote, comment and follow

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Don't forget to vote, comment and follow.

Thank you🐝

ılıılıı

Ali dan Ibu panik, Bapak tanpa berperasaan meninggalkan rumah setelah membuat kedua anaknya terluka. Ali menghampirinya Kayanala, memeluk gadis itu, kemudian menangkup wajahnya yang berdarah-darah dengan tangan penuh oli yang bergetar, “ke rumah sakit, ya?” Kayanala menatap kosong, kepalanya berkunang-kunang, tak begitu jelas mendengar pertanyaan Kakak nya.

“Nala? Denger Mas, gak?” Kayanala masih diam. Ibu mendekat, membawa putrinya kedalam dekapannya, “maafin Ibu, ya? Maaf Ibu gak bisa jagain anak-anak Ibu.” Lirih Ibu. “Ali, minta Mbak Nur jaga rumah. Pesen taksi, kita ke klinik depan sekarang.” Ali lantas mengangguk, dengan ponselnya ia memesan taksi lantas memanggil tetangga sebelah yang akrab dengan Ibu untuk menjaga rumah dan adik-adiknya yang sudah tertidur.

Sedangkan Kayanala masih berada di dekapan Ibu dengan tatapan kosong, “Bu...” Lirih Kayanala, Ibu mengangguk pelan seraya mengelus surai putrinya. Darah tak henti-hentinya mengalir dari dahi Kayanala mengotori seragam kerja Ibu. “Nala pusing Bu.” Katanya dengan suara parau. Air mata terus membasahi pipinya, bercampur darah. Hatinya sakit, ketika tak ada sama sekali tatapan bersalah ataupun belas kasih pada mata Bapak, Kayanala merasa kecewa.

“Iya, sebentar ya. Jangan tidur, kita ke klinik. Tunggu Mas Ali sebentar, oke?”

Ali disusul oleh Mbak Nur memasuki rumah kontrakan itu dengan tergesa-gesa. “Astaghfirullahalazim, Mama Nala?” Ibu mendongak, menatap Mbak Nur dengan senyum tipis walaupun kedua matanya kentara sekali terlihat bahwa ia sedang panik. “Mbak, nitip rumah sama anak-anakku ya,” Mbak Nur pun langsung mengangguk mengiyakan, Ali maju, menggendong tubuh Kayanala saat taksi sudah tiba di depan rumahnya.

“Ibu di rumah aja, biar Ali yang bawa Nala ke rumah sakit.” Kata Ali, Ibu menggeleng. “Ibu ikut.” Ali tak lagi mendebat, lantas mengiyakan. Kayanala harus segera dibawa ke klinik.

ılıılıı

“Akibat benturan yang cukup keras, menyebabkan cedera kepala ringan. Aku tulis dulu resep obatnya, nanti tebus di apotek ya, Al.” Ali mengangguk lantas menerima secarik kertas berisi resep obat dan biaya administrasi yang harus ia urus. “Makasih, Mbak. Tapi Nala boleh langsung pulang, kan? Gak harus dirawat, kan?”

Dokter muda dengan nama Dania itu lantas tersenyum, “gak Al. Nala boleh pulang. Obatnya rutin di minum, kalo luka nya sudah kering harus rajin di kasih salep biar gak infeksi dan membekas.”

“Oh gitu. Sekali lagi makasih,” kata Ali. Dokter Dania yang menjadi dokter langganan nya sekaligus anak dari Mbak Nur, tetangga sebelah itu pun tersenyum menanggapinya. “Bapak, masih suka kasar, Al?” Ali menunduk, memilin jemarinya.

7'Rotasi Mimpi ; Alstroe Arts ComunityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang