Julian

390 32 0
                                    


"Bukan tentang apa, tapi siapa"

Ini tentang Julian Rayanzza Priyatama, siswa SMA tingkat akhir yang hidup sederhana. Ia hanya tinggal dengan ibunya setelah ayahnya meninggal dunia ketika umurnya 13 tahun. Ibunya bekerja di sebuah butik sebelum akhirnya sakit keras saat Julian di bangku kelas 11. Menyebabkan laki-laki itu harus menjadi tulang punggung keluarga di usianya yang belia.

Ia sangat lihai dengan perkerjaan rumah dan tidak pernah punya rasa takut, dia laki-laki yang ramah dan murah senyum. Tapi sepertinya ada seseorang yang tidak suka dengan senyumnya.

-o0o-

"Bunda, ayo sarapan."

Laki-laki dengan seragam lengkap yang melekat pada tubuhnya menyembulkan kepala di pintu kamar bundanya.

Bunda tersenyum melihat anak semata wayangnya itu. Dengan hati-hati ia berjalan mendekati putranya. Julian menuntun bunda ke meja makan dan menyajikan sepiring nasi goreng untuk bundanya. Mereka berdua menikmati sarapan dengan tenang.

"Bunda, habis ini inget minum obatnya. Ian berangkat dulu."ucap Julian merapikan piring kotor mereka.

"Hati-hati di jalan." pesan Bunda sembari mengelus kepala Julian yang menyaliminya.

"Iya bunda."

......

"Hai Julian!"sapa seorang gadis yang berpapasan dengannya di koridor sekolah. Ini kedelapan kalinya Julian mendapat sapaan dari siswa-siswi yang berpapasan dengannya sejak dari parkiran.

"Hai." Julian membalas sapaan itu dan tersenyum tipis. Ia kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang kelas setelah gadis itu hilang dari pandangannya.

"Heyo Juli."

Julian menoleh ketika mendengar sapaan itu untuknya. Ia tahu yang memanggilnya seperti itu adalah kedua kawannya.

"Darimana kalian?" tanya Julian pada kedua temannya. Devano dan Naren.

Kedua temannya tidak membawa tas, sudah dipastikan mereka datang lebih awal dan pergi ke suatu tempat di sudut sekolah.

"Sabuknya si Devano rusak, gue anter ke koperasi buat beli baru."jawab Naren diangguki Devano.

"Eh tadi ada cewe cantik naruh coklat di bangku lo, Ju." ucap Devano sembari merangkul Julian dan berjalan beriringan.

"Lah, ngapain? kurang kerjaan amat."ucap Julian.

"Itu namanya effort cuy, berarti dia suka ama lu."sahut Naren.

"Lu gak penasaran sama orangnya?"tanya Naren kemudian.

Julian menggeleng, ia sama sekali tidak tertarik dengan yang namanya perempuan. Bukan berarti Julian belok ya, tapi memang Julian tidak pernah membawa hatinya jika berurusan dengan perempuan, kecuali dengan Bunda tersayang.

"Ah elah, gaasik lo." sungut Devano kesal seketika melepas rangkulannya.

Tiba-tiba mereka berpapasan dengan tiga orang gadis yang sedang asik bercengkrama.

"Hai Juliaann!" sapa seorang gadis dengan riang ketika menyadari eksistensi orang yang ia kenal.

"Hai juga Hani." balas Julian. Seperti biasa dengan senyum tipisnya.

"Julian doang disapa, kita mah setan. Ya gak Ren?" sindir Devano.

"Lo doang kali, gue mah kagak."ucap Naren membuat Devano mendengus kesal.

"Ju, nanti ekstra teater kumpul bentar dan lo gak bisa cuma nitip absen." Gadis yang satunya lagi berucap. Julian mengenalnya.

Namanya Jessika, sering dipanggil Jeje. Gadis itu satu ekskul dengannya, Julian sering kali menitipkan absen pada Jessika. Alasan Julian mengikuti ekskul itu adalah karena ekskul itu jarang berkumpul dan berkegiatan serius. Jadi, Julian bisa berkerja tanpa beban sepulang sekolah.

Julian meringis melihat kepalan tangan Jessika yang mengancamnya. "Iya, iya ntar gue datengin."jawabnya.

Laki-laki itu mengalihkan pandanganya pada satu objek yang membuatnya merasa aneh. Ternyata dugaanya benar, seorang gadis di belakang Jessika sedang memandangnya sinis. Entah apa alasannya Julian pun tidak tahu.

"Eh kenalin nih, temen gue si Jihan. Anaknya ngefans sama lo."ucap Hani ngelantur.

"Ngefans matamu pitu!"sentak gadis bernama Jihan itu kesal.

Devano dan Naren terkikik melihat reaksi gadis itu. Jihan adalah perempuan yang pertama kali menyangkal bahwa ia mengidolakan Julian.  Sedangkan Julian hanya tertawa kecil dengan menampakkan rentetan giginya melihat Hani yang di omeli oleh gadis itu.

"Gausah nyengir mulu, kering tuh gigi lo!" Jihan langsung pergi setelah mengatakan hal itu pada Julian.

Julian mengerjabkan matanya. Naren dan Devano juga ketawa dari tadi, kok cuma dia yang dimarahi?.

"Gak usah dibawa hati Ju. Jihan orangnya emang rada mirip setan."ucap Jessika.

"Selow neng jeje, bang Julian gak pernah bawa hati kalau soal beginian."

Itu Naren yang menyahuti Jessika, karena Julian fokus menatap punggung gadis bernama Jihan yang menjauhi mereka.

FEEL IT ; a smile that you have  || endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang