Jihan tahu hari ini ayahnya akan pergi untuk bekerja ke luar kota lagi. Karena itu ia dan Juan berencana untuk ke rumah Julian sepulang sekolah.
"Tumben belinya yang keju?"tanya Juan ketika adiknya memesan kue keju, karena setahunya Jihan lebih suka kue coklat.
"Bunda suka kue keju."ucap Jihan sembari membayar pesanannya.
"Sedeket itu lo sama Julian? sampe ibunya lo panggil bunda juga?"tanya Juan.
"Bunda yang minta kok, gue mah oke oke aja."sahut Jihan setelahnya ia menerima kue pesanannya dan berjalan keluar toko kue itu bersama Juan.
"Bunda Julian sakit apa Ji?"tanya Juan ketika mereka berada di dalam mobil.
Jihan menghela napas pelan "Penyakit jantung, itu karena dulu bunda diforsir kerja, lupa diri dan ga pernah istirahat. Jadi sekarang Julian yang kerja, karena bunda udah gak sekuat dulu. Gue harap Julian gak berakhir sama."lirih Jihan.
Pertama kali Jihan mengetahui ini saat mereka pergi ke rumah sakit, ternyata penyakit bunda separah itu. Jihan tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya menjadi Julian.
"Gue jadi makin merasa bersalah, karena udah buat ayahnya Julian meninggal, keadaan mereka jadi kayak gitu sekarang."lirih Juan.
Jihan mengelus pundak kakaknya yang sedang menyetir "Maka dari itu lo harus minta maaf."
......
"Hai!"sapa Jihan riang ketika Julian membuka pagar rumah sederhana itu.
"Kak Juan mau mampir juga, boleh?"tanya Jihan sembari menunjuk mobil Juan yang ada di belakangnya.
Julian tersenyum dan mengangguk "Tentu, masukin aja mobilnya."ucap Julian lalu membuka pagar lebih lebar.
Jihan menghampiri kakaknya dan mengkode yang lebih tua untuk memasukkan mobilnya ke halaman rumah Julian. Juan menurut dan memasukkan mobilnya, Juan sangat gugup, ia merasa malu untuk bertemu Julian dan Bunda setelah apa yang ia lakukan di masa lampau.
"Ayo masuk kak."ucap Julian ketika Juan keluar dari mobil.
Jihan sudah lebih dulu ke dalam rumah dan menyapa Bunda, ia sangat merindukan wanita itu.
Juan mengangguk kikuk lalu menunduk sendu "Emm—Julian. Gue minta maaf, gue tau perbuatan gue emang gak bisa dimaafin, karena maaf dari gue gak bisa balikin keadaan."
Julian menarik nafas pelan dan menghembuskannya "Gue udah maafin lo kak, bunda bilang gue gak boleh jadi pendendam apalagi benci sama lo. Walaupun maaf dari lo gak bisa balikin semua yang hilang, tapi setidaknya lo buat gue lega karena pengakuan itu."ucap Julian.
"Makasih, Julian."ucap Juan dengan senyum lega.
Julian membalas senyum itu "Ayo kak, Jihan sama bunda di dalem."ucap Julian lalu mendahului Juan masuk ke dalam rumah.
"Jihan gak salah pilih, gas terus Ji, gue dukung lo sama Julian seratus persen."monolog Juan, setelahnya ia menyusul Julian ke dalam.
"Lama amat kak,"keluh Jihan.
"Ya maap."sahut Juan.
Juan mengalihkan pandangannya pada bunda yang duduk di sofa, ia segera menghampiri bunda. Laki-laki itu menyalimi bunda dan mengucapkan kata maaf berkali-kali hingga terisak, mengejutkan bagi bunda dan Julian ketika Juan bersujud di kakinya.
"Yaampun nak, kamu gak usah gini."
"Bun, kak Juan janji mau sujud minta maaf kalau ketemu bunda."ucap Jihan memberi penjelasan.
"Nak Juan, Bunda maafin kamu nak. Kamu gak usah seperti ini."ucap Bunda memegang kedua bahu Juan.
"Tante beneran maafin Juan?"ucap Juan dengan suara parau.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEEL IT ; a smile that you have || end
Teen Fiction"Gue gak suka cowok friendly yang suka tebar senyum ke cewe sana sini" Itu yang Jihan ungkapkan sebelum akhirnya ia merasakan gelenyar aneh dalam dirinya setiap bertemu satu laki-laki yang ramah tamah, baik hati dan sangat murah senyum. Dia Julian...