"Ini tentang hati, yang mati bersama janji"Ananda Jihan Giovanka. Orang mengenal nya sebagai gadis cantik, judes nan jutek. Tapi siapa sangka ia hanyalah gadis manja yang kekanak-kanakan. Sebagai anak dari pengusaha ternama yang menjadi donatur di sekolah yang ia naungi, gadis itu menjadi cukup disegani.
Jihan tidak suka melihat seorang laki-laki terlalu baik dan ramah pada perempuan, istilahnya sekarang sih, terlalu friendly. Bukannya kenapa, Jihan memiliki kenangan yang tidak mengenakkan tentang itu. Menurutnya laki-laki seperti itu hanya memberi janji manis dan harapan palsu, tidak ada satupun yang nyata. Ada satu orang yang akhir akhir ini Jihan tidak sukai, laki-laki dengan senyum manis yang ditunjukkan ke setiap orang.
-o0o-
"Jihan! Bangun gak lo!"
Seorang gadis menggeliat diatas kasurnya ketika suara laki-laki menggelegar menembus indra pendengarannya.
"APASIH KAK!" balasnya berteriak.
"Bangun woi, anak perawan bangun kok siang siang."
"Siang pala lo! Masih jam empat Ini."
Gadis yang tadi hanya berguling diatas kasurnya kini berjalan gontai kearah pintu kamarnya dengan sebuah boneka kelinci dipeluknya. Tadi ia sempat melirik jam digital di nakas, masih jam 4 pagi dan kakaknya berteriak kalau sudah siang.
"Ngapain sih pagi buta udah gedor kamar gue?"
Jihan terbengong. Tidak ada siapapun saat ia membuka pintu itu padahal tadi ia masih mendengar suara Kakaknya.
"DORRR"
"WAAAAAAAA KAK JUAAAAN!!"
"Jihan, Juan. Ngapain sih? berisik banget."
"Kakak tuh Maa,"rengek Jihan pada Mamanya yang menghampiri mereka dengan muka bantalnya.
"Kak Juan gedor gedor pintu kamar Jihan, bilang udah siang padahal masih jam empat pagi."ucap Jihan mengadu pada mamanya.
"Loh, jam empat? Juan kira udah jam enam."ucap Juan tanpa rasa bersalah.
Jihan dan Mama menjatuhkan rahangnya, tak habis pikir dengan ucapan Juan. Dengan kesal Jihan melempar boneka yang tadi ia peluk tepat ke arah kepala kakaknya.
"GANGGU BANGET LO!"pekik Jihan kemudian masuk dan menutup pintu dengan keras.
"Jihan, gak sopan!"tegur Mama.
"Kamu juga, kenapa malah teriak teriak gitu sih?"marah Mama pada Juan yang kini menyengir tanpa dosa kearah wanita yang melahirkannya.
"Maap ma, Juan lihat di hape udah jam enam."ucap Juan meringis. Sepertinya habis ini ia akan dimusuhi Jihan.
.....
"Jihan, nebeng sama temen lo ya. Gue buru-buru."ucap Juan pada Jihan baru saja menyendokkan nasi ke piringnya.
"Kok baru bilang?! temen gue jauh semua."kesal Jihan.
Insiden jam empat pagi masih belum ia maafkan dan sekarang Juan dengan tega meninggalkannya. Ingin sekali Jihan menjual kakaknya itu, tapi siapa pula yang ingin membeli kakak biadab seperti Juan ini.
"Makanya cari pacar Ji, biar bisa anter jemput lo."
"Pembahasannya melenceng jauh. Sana lo pergi, katanya buru buru."ucap Jihan lalu melahap sarapannya.
"Juan berangkat Ma."teriak Juan karena tahu mamanya sedang ada di dapur.
"Loh, Jihan sama siapa dong?"tanya mama keluar dari dapur saat mendengar hanya Juan yang berpamitan, biasanya kan barengan dengan Jihan.
"Jihan pesen ojol aja, Ma."jawab Jihan. Juan sudah melesat jauh sebelum Mamanya keluar dari dapur.
"Ohh, yaudah."akhirnya mama ikut duduk di kursi sebelah Jihan.
"Papa kapan pulang, Ma?" tanya Jihan merasa keheningan melanda mereka berdua.
"Dua hari lagi, mungkin."
"Jihan udah selesai, Jihan berangkat ya Ma."ucap Jihan menyalimi Mamanya.
....."Hai juga."
Suara itu mengesalkan bagi Jihan, apalagi pelakunya adalah laki-laki. Padahal yang disapa atau diajak bicara bukan dirinya, tetap saja Jihan kesal melihatnya. Julian, laki-laki yang terkenal ramah itu berjalan berjarak dua meter di depan Jihan.
"Oii"seseorang menepuk pundak Jihan dari belakang.
"Kenapa liatin dia mulu? naksir?"itu Jessika gadis mirip bule yang duduk sebangku dengannya dikelas.
"Nggak usah ngawur, gue gak ngeliatin dia."
"Ah masa sih? daritadi gue udah perhatiin Ji, ngaku aja kali."
"Kok maksa?"
Baru saja Jessika hendak menjawab, mereka dikagetkan dengan dua buah tangan yang menarik mereka kasar.
"Anterin ke taman belakang dulu dong, barang gue ada yang ketinggalan kemarin hehe."ucap orang yang menarik mereka berdua.
"Kebiasaan lo ah."Kesal Jihan sambil menyentak tangan orang itu, Hani.
Jihan dan Jessika dengan sangat terpaksa harus memutar untuk sampai di kelas mereka. Demi teman pikun mereka.
Di perjalanan mereka, Hani menyapa laki-laki yang sangat Jihan tidak sukai. Jihan semakin tidak menyukai situasi disaat laki-laki itu tersenyum cerah kearah mereka dan Jessika yang mengobrol dengan laki-laki itu.
"Eh kenalin nih, temen gue si Jihan. Anaknya ngefans sama lo."ucap Hani ngelantur.
"Ngefans matamu pitu!"sentak gadis bernama Jihan itu kesal.
"Gak usah ngawur ya lo, mana pernah gue bilang ngefans sama dia. Jangankan ngomong, mikirin itu aja gak pernah."cerocos Jihan kesal.
"Ihh, bercanda kali Ji."ucap Hani cemberut.
Jihan melirik Hani sebal kemudian melayangkan tatapan sinis pada Julian yang menampakkan cengiran manisnya, tapi sayang bagi Jihan itu terlihat memuakkan.
"Gausah nyengir mulu, kering tuh gigi lo!" Jihan langsung pergi setelah mengatakan hal itu pada Julian.
Tidak peduli apa yang mereka pikirkan disana, Jihan terus berjalan lurus kearah kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEEL IT ; a smile that you have || end
Novela Juvenil"Gue gak suka cowok friendly yang suka tebar senyum ke cewe sana sini" Itu yang Jihan ungkapkan sebelum akhirnya ia merasakan gelenyar aneh dalam dirinya setiap bertemu satu laki-laki yang ramah tamah, baik hati dan sangat murah senyum. Dia Julian...