"Ian!"
Julian menolehkan pandangannya pada gadis yang sudah ia tunggu-tunggu. Gadis itu mendekatinya dan berdiri tepat dihadapannya.
"Gimana tadi kelasnya?"tanya Julian.
"Capek banget."ujar si gadis. Siapa lagi kalau bukan Jihan.
Beruntungnya mereka satu Universitas, hanya saja Jihan mengambil jurusan farmasi, tidak seperti rencana awalnya yaitu kesehatan masyarakat. Kalau kalian bertanya bagaimana hubungan mereka sekarang, jawabannya masih sama, mereka hanya sebatas teman. Jihan tidak memiliki banyak teman sejurusannya, seperti biasa Jihan adalah orang yang susah sekali berteman, beda dengan Julian yang aktif dan ramah. Ketiga sahabat gadis itu berpencar, Hani di universitas luar kota, Jessika luar Negeri, sedangkan Mediana satu Universitas tetapi beda gedung fakultas, temannya itu memilih jurusan tata busana.
"Mau makan siang dimana?"tanya Julian.
Ini adalah rutinitas Julian untuk bertemu dan makan siang bersama Jihan, gadis itu mengeluh tidak memiliki teman, jadi Julian menawarkan diri untuk menemani gadis itu sembari terus menasehati Jihan untuk mencoba membuat teman.
"Tempat biasa."ujar Jihan semangat.
Julian hanya basa basi untuk bertanya, sekiranya gadis itu bosan dengan tempat biasa mereka makan, sebenarnya ia tahu Jihan tidak akan pernah bosan. Mereka berdua menjejakkan kaki ke rooftop, ya salah satu rooftop tempat biasa mereka bertemu. Mereka membawa bekal, bukan mereka, hanya Jihan yang membawa dua kotak makan siang pemberian Mama Isa. Sejak masuk perkuliahan sang Ibu menjadi sangat perhatian, Jihan sangat suka ketika pagi tiba dan mendapat bekal makan siang dari sang ibu, tidak lupa Isa juga selalu membuatkan satu untuk Julian. Isa tahu bahwa anaknya pasti akan merepotkan Julian mengingat gadis itu berpisah dengan sahabat-sahabatnya. Oh iya lupa, mereka ini sudah 1 tahun di perguruan tinggi dan selama itu Jihan belum mempunyai teman.
"Nanti ada kegiatan apalagi?"tanya Julian.
Jihan menggeleng "Mau langsung pulang."
Ya, kalau Jihan ini mahasiswa kupu-kupu, berbeda dengan Julian yang menjadi mahasiswa kura-kura.
"Gue kumpul bentar, gak lama kok."ucap Julian.
Jihan mengangguk, sebenarnya ia bingung kenapa mereka seperti orang pacaran. Padahal hanya sebatas teman, Julian juga pernah bilang saat mereka masih SMA untuk tidak berpacaran dan fokus belajar, sekarang saat sudah kuliah Jihan tidak hanya sekali menanyakan status mereka secara gamblang maupun tersirat dan jawabannya selalu sama, lantas apa maksudnya?
"Ian, pacaran yuk."celetuk Jihan.
Julian mengalihkan perhatiannya penuh pada Jihan, laki-laki itu hanya terkekeh pelan lalu menepuk kepala Jihan "Jangan dulu."ujarnya.
Kan, jawabannya pasti begitu. Jihan sudah kebal dan hafal, tapi gadis itu belum menyerah untuk mendapatkan jawaban yang tidak rancu, ia ingin tahu apa Julian juga merasakan hal itu.
"Elo mah, tiap ditanya jawabannya gitu mulu."ujar Jihan kesal.
"Udah ah, gue ada kelas abis ini."ucap Jihan sembari membereskan kotak makan mereka.
Sekali lagi Julian terkekeh dan membuat Jihan semakin kesal. Gadis itu segera meninggalkan Julian dari rooftop, baru saja menginjakkan kakinya di anak tangga ke lima, gadis itu mendapatkan sebuah pesan dari Julian.
Julian
Nanti tunggu disebelah ruang rapat, kalau lama, pulang duluan aja, jangan lupa kabarin
semangat belajarnya.Jihan tanpa sadar mengulum senyum, gadis itu menjejakkan kakinya yang ringan karena bahagia itu ke ruang kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEEL IT ; a smile that you have || end
Teen Fiction"Gue gak suka cowok friendly yang suka tebar senyum ke cewe sana sini" Itu yang Jihan ungkapkan sebelum akhirnya ia merasakan gelenyar aneh dalam dirinya setiap bertemu satu laki-laki yang ramah tamah, baik hati dan sangat murah senyum. Dia Julian...