Hari ini Kinara dan Kirana akan kembali ke Kanada. Mereka berdua sedang berpamitan dengan Julian dan Bunda.
"Bunda maafin Ara."lirih Kinara.
Bunda mengelus rambut Kinara. Sedari tadi gadis itu terus meminta maaf dan menangis karena harus pergi sekarang.
"Ara udahan nangisnya, nanti ditauin temen-temen Ara kalau Ara tu cengeng."ucap Kirana.
"Apasih kak Ana ni."ucap Kinara sambil mengusap air matanya.
"Kak Ara jangan nangis lagi dong, ntar Ian ikut nangis."ucap Julian.
Kinara langsung memeluk Julian erat, Kirana juga melakukan hal yang sama.
"Nanti kak Ara kangen berat lagi sama Ian."ucap Kinara membuat Julian ikut cemberut.
"Ayo ra, nanti kita bisa terlambat."ucap Kirana.
"Dadah bunda, dahh Iann."ucap mereka berdua ketika menaiki mobil sambil melambaikan tangannya.
"Hati-hati."ucap Bunda.
"Nanti kabarin ya kak."ucap Julian.
"PASTI!"ucap Kinara sambil tersenyum cerah.
Mobil itu perlahan menjauh dari pandangan Bunda dan Julian. Laki-laki itu menghela nafasnya pelan.
"Ian kenapa?"tanya Bunda.
"Gak tau Bun, Ian rasanya capek banget."ucap Julian.
"Kamu gak pernah istirahat."ucap Bunda.
Tangan dingin Bunda mengelus bagian bawah mata Julian yang terlihat menghitam.
"Ian, maafin Bunda."ucap Bunda lirih.
Mata Julian tiba-tiba terasa panas, hatinya berdenyut mendengar lirihan Bundanya.
"Bunda jangan minta maaf. Ayo masuk, diluar dingin Bunda."ucap Julian menuntun Bunda masuk kedalam rumah.
"Ian minta maaf karena selalu ninggalin Bunda sendirian."ucap Julian ketika Bundanya sudah duduk di sofa sedangkan dirinya bersimpuh di bawah dan meletakkan kepalanya pada pangkuan Bunda.
Bunda sudah tidak bisa menahannya, hari ini bunda ingin menangis di depan putranya.
"Ma-af Ian, Bunda gak bisa jadi orang tua yang baik buat kamu."ucap Bunda tersedu-sedu.
Julian mendongak dan menatap lamat-lamat Bundanya yang tengah menangis. Mengiris perlahan bendungan yang ia buat dengan kuat.
"Bunda jangan bilang gitu, Bunda yang terbaik."ucap Julian lirih.
"Iann,"
Bunda tidak dapat berkata-kata lagi, yang ia lakukan hanya menangis sembari memeluk putra semata wayangnya.
"Jangan pernah lelah jadi anak Bundaa."ucap Bunda di sela tangisnya.
Julian mengangguk dan mengeratkan pelukannya. "Bunda jangan banyak nangis, nanti sakit lagi." ucap Julian, air matanya jatuh saat itu juga.
Bunda tersenyum pedih, ia mencium kening dan pipi putranya.
"Anak kebanggaan Bunda, Bunda sayang Ian."ucap Bunda.
......
Sore ini Julian mulai bekerja, pukul enam sore ia sudah ada di tenda besar dalam pasar malam. Julian yang di kenal sebagai beruang coklat di pasar malam itu kini harus mengganti kostumnya.
"Kok bisa robek?"tanya Julian pada salah satu rekannya.
"Gak tau, siapa juga yang biarin ada kucing masuk ke tenda."ucap rekannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEEL IT ; a smile that you have || end
Teen Fiction"Gue gak suka cowok friendly yang suka tebar senyum ke cewe sana sini" Itu yang Jihan ungkapkan sebelum akhirnya ia merasakan gelenyar aneh dalam dirinya setiap bertemu satu laki-laki yang ramah tamah, baik hati dan sangat murah senyum. Dia Julian...