Jihan menajamkan indra pendengarannya sembari menempelkan tubuhnya pada dinding pembatas antara lab komputer dengan koridor.
"Besok di rumah Julian nih? fiks ya?"
"Yoi"
"Rumahnya yang mana satu?"
"Jalan Wuri, kalau gak salah sih nomor 6."
"Tanya Julian aja ngapa si?"
"Ya kalau gitu nanti aja, tunggu Julian dateng."
"Bener kok, Jalan Wuri no 06."
Jihan mendengar langkah kaki langsung berbalik dan beranjak pergi dari sana. Gadis itu tadinya pergi ke ruang siaran yang terletak tak jauh dari lab komputer. Saat melewati lab komputer, ia tidak sengaja mendengar seseorang membicarakan Julian, karena itu ia berhenti sejenak dan menguping.
"Jalan Wuri nomor enam."gumam Jihan.
Jihan mencoba mencari alamat itu pada google maps dan dia mendapatkannya. Gadis itu tersenyum kecil, ia sebenarnya penasaran dengan tempat tinggal dan keluarga laki-laki itu.
"Kalau lewat aja, gapapa kali ya."gadis itu kembali bergumam.
"Ga papa ji, gak papa."gadis itu bergumam lalu terkikik pelan.
....
Jihan serius, entah apa yang membuatnya seperti itu. Sekarang gadis itu sedang menunggu ojek online yang ia pesan. Ia juga memberi tahu Juan agar tidak usah menjemputnya, karena gadis itu akan langsung ke rumah temannya, em.. Jihan tidak bohong kan?.
Jihan melihat Julian sudah pulang 15 menit sebelum ojek yang ia pesan datang. Mungkin laki-laki itu akan berada di dalam rumah ketika Jihan lewat disana, jadi aman.
"Mbak Jihan ya?"
"Iya mas, buru."ucap Jihan sembari menerima helm yang disodorkan mas mas ojek.
Jihan duduk di atas motor, lalu ojek itu segera melajukan motornya ke alamat yang Jihan tuju.
"Makasih mas."ucap Jihan sembari mengembalikan helmnya.
"Sama-sama mbak."
Jihan melangkahkan kakinya mencari rumah nomor enam. Ia mendapati rumah minimalis satu lantai dengan cat putih dengan pagar berwarna senada. Jihan mengintip ke dalam rumah itu, mencari tahu apakah ini benar-benar rumah Julian. Kalau benar, pasti ada motor Julian disana.
Namun ketika ia fokus melihat ke dalam, jihan dikagetkan oleh suara klakson motor hingga ia tersentak dan punggungnya menabrak pagar. Hal itu menimbulkan suara yang keras, Jihan terkejut saat melihat pelaku yang mengagetkannya adalah pemilik rumah, Julian.
"Lo ngapain disini?" tanya Julian heran. masa holkay kaya Jihan mau maling di rumahnya sih.
"Gak, gue cuma lewat tuh."balas Jihan.
"Lewat kemana? ini jauh dari rumah lo han."
"Ian, kenapa ribut ribut?" suara lembut mengudara setelah pagar tiba-tiba terbuka. Seorang wanita berwajah pucat dengan cardigan dan syal tebal menghampiri mereka.
"Bunda, diluar dingin. Kok bunda keluar sih?" Julian turun dari motornya menghampiri bunda dan menyaliminya
"Gak papa Ian, bunda lagi bosan di kamar. pas diluar malah dengar suara berisik dari pagar."jelas bunda sembari mengelus kepala Julian penuh kasih.
"Kamu temannya Ian?" tanya bunda.
Jihan tidak menjawab, ia bingung harus mengatakan apa, terlebih keadaan bunda Julian membuatnya terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEEL IT ; a smile that you have || end
Teen Fiction"Gue gak suka cowok friendly yang suka tebar senyum ke cewe sana sini" Itu yang Jihan ungkapkan sebelum akhirnya ia merasakan gelenyar aneh dalam dirinya setiap bertemu satu laki-laki yang ramah tamah, baik hati dan sangat murah senyum. Dia Julian...