Ini hari sabtu lagi, dan seperti sebelum-sebelumnya, Jihan akan datang ke pasar malam dan menemui temannya, badut domba yang lucu.
"Mbak Jihan?"
"Iya mas."
Tentunya Jihan pergi kesana dengan naik ojol, tidak mungkin ia meminta Juan mengantarnya. Yang ada di pikirannya sekarang adalah bagaimana ia akan bercerita dengan badut itu.
Jihan sampai disana, ia menjejakkan kakinya ke dalam pasar malam, menatap biang lala yang sedang berputar. Jihan sering kemari, tapi jarang bermain wahana, ia hanya berbelanja setelah berbincang dengan temannya.
"Itu dia,"gumam Jihan.
Jihan segera mendekati temannya, saat tepat didepannya Jihan seperti biasa akan bertanya "Masih inget aku?"
Walaupun tertutup kostum, ada yang berbeda dari ekspresi badut domba ini, ia terlihat sedikit terkejut dan kaku lalu ia menyilangkan tangannya di depan dada. Jihan menyernyitkan keningnya, itu bukan tanda kalau ini adalah orang sebelumnya, artinya orang didalam ini telah berganti kostum.
"Ohh, maaf, permisi."Jihan berucap lesu dan pergi meninggalkan badut itu.
Jihan menunduk dan berjalan lunglai dengan sudut bibirnya yang melengkung kebawah. Di dalam pikirannya masih berterbangan tentang Julian yang menghindarinya. Ia berjalan di tepi agar jauh dari keramaian.
"Apa sekarang dia benci gue?"gumam Jihan.
"Arghh."Jihan tiba-tiba memekik ketika merasakan seseorang menarik tangannya.
Ia memperhatikan sebuah sepeda akrobat yang melintas di dekatnya, sepertinya itu hampir saja menabraknya, untung saja seseorang menariknya. Jihan menolehkan pandangannya pada orang yang dengan baik sudah menariknya, cukup mengejutkan mengetahui orang itu menggunakan kostum badut beruang.
"Astagaa, makasih yaa."ucap Jihan setelah melepaskan tangannya dari genggaman badut beruang itu.
Jihan menatap badut itu lamat-lamat, seingatnya kostum ini pernah dipakai oleh Julian. Apakah ini adalah Julian?.
"Lo—Julian kan?"tanya Jihan ragu.
Kepala badut itu menggeleng lalu tiba-tiba badut itu menggoyangkan kepalan tangannya di depan dada sambil menggeleng kecil. Jihan tertawa riang melihatnya, itu temannya.
"Kenapa ganti kostum? aku nyariin loh."ucap Jihan setelah meredakan tawanya.
Badut itu mengangkat kedua tangannya dan menggerakkannya seolah-olah menukar keduanya. Jihan mengangguk mengerti, temannya ini pasti sedang bergilir dengan rekan badutnya yang lain.
"Seneng ternyata kamu masih ingat aku."ucap Jihan sembari tertawa.
Tentunya Julian ingat, awalnya ia ingin menghindari Jihan tapi melihat gadis itu hampir tertabrak sepeda akrobat yang entah kenapa melintas disana, Julian tanpa sadar menghampiri Jihan dan menariknya. Julian terjebak antara mengungkapkan dirinya Julian atau orang lain, tapi Julian memilih melakukan hal yang sebelumnya Jihan beritahukan padanya dan mengaku sebagai orang yang selalu mendengarkan cerita itu di malam akhir pekan.
Kesal rasanya melihat Jihan disini ketika ia ingin menghindarinya, biasanya Julian menahan tawa dibalik kostumnya karena cerita Jihan tentang keseharian gadis itu yang tak jauh dari menceritakan Julian juga. Kali ini berbeda, Jihan terlihat begitu murung, tidak secerah biasanya.
"Aku lagi sedih nih, Julian marah sama aku."
Kan, sudah Julian menduga cerita Jihan kali ini adalah tentang hal itu.
"Aku sedih dijauhin Julian, dia selalu menghindar kalau ketemu aku."
"Aku rasa ini balasan dari perbuatan aku dulu, dulu kan aku mau Julian benci sama aku, dan sekarang terjadi."ucap Jihan dengan kepala menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEEL IT ; a smile that you have || end
Teen Fiction"Gue gak suka cowok friendly yang suka tebar senyum ke cewe sana sini" Itu yang Jihan ungkapkan sebelum akhirnya ia merasakan gelenyar aneh dalam dirinya setiap bertemu satu laki-laki yang ramah tamah, baik hati dan sangat murah senyum. Dia Julian...