Jihan baru bangun dari tidurnya. Gadis itu menggeliat diatas kasur dan berhenti saat tangannya menyentuh sesuatu. Ia menarik benda itu dan menatapnya dengan senyum cerah, itu adalah boneka domba yang ia dapatkan kemarin malam.
"Kenapa malah keinget Julian?"gumam Jihan.
Gadis itu memiringkan tubuhnya dengan tangan yang masih memegang boneka dombanya. Dirinya masih terbayang dengan badut domba itu, Jihan merasa senang dapat berinteraksi dengan seseorang apalagi tanpa melihat wajah orang itu. Sepertinya mengobrol dengan badut akan menjadi hobi Jihan.
"Males banget."monolog Jihan ketika melirik jam digitalnya yang menunjukkan pukul 5.53.
Tapi sedetik kemudian dering ponselnya mengganggu Jihan.
"APA?"
"Buset buk, salam dulu kek, apa kek."
"Lo ganggu."
"Ya maap, nanti jam tujuh main ke rumah medi kuy. Ga boleh nolak, ntar gue seret dari rumah lo."
"Aduhh ni, harus banget lo nelpon gue jam segini?"
"Selagi gue inget hehe, soalnya lo kalau di wa eseler bener."
"Yayaya."
"Oke bye, see you muahh."
Jihan bergidik geli ketika sambungan telepon dimatikan sepihak. Ia bangkit dari tidurnya dan pergi ke kamar mandi.
Setelah berganti pakaian, Jihan turun dari kamarnya menuju dapur. Ia melihat Juan yang sedang minum air dengan piring kosong di mejanya. Pasti Juan sudah selesai sarapan sepagi ini, bahkan di hari minggu. Juan si morning person.
"Morning princess," sapa Juan.
Ia merasa pasti Jihan akan memusuhinya karena ia melarang gadis itu belajar menyetir. Sedangkan Jihan merasa Juan menyindirnya karena bangun lebih siang dari laki-laki itu.
Jihan hanya melirik Juan malas, lalu merotasikan matanya.
"Mau kemana lo?"tanya Juan melihat adiknya hendak keluar rumah.
"Rumah Mediana."jawab Jihan.
"Biar gue anter."
"Gak usah."tolak Jihan.
Gadis itu segera melarikan dirinya keluar dari rumah dan berjalan santai ketika sudah menutup gerbang.
Jihan lebih memilih jalan kaki dari rumahnya yang terletak di blok L -blok paling terakhir- ke rumah Mediana yang terletak di blok D.
Gadis itu menggerutu kesal, tentang Juan yang melarangnya belajar menyetir. Jihan tidak ingin lagi manja dan bergantung pada Juan atau orang lain jika harus bepergian.
"Ck, ternyata panes juga."
Jihan memakai kupluk hoodie yang ia kenakan untuk meredakan rasa panas matahari yang mengenai kepalanya.
Gadis itu melihat kearah kebun milik seseorang yang Jihan tidak kenal. Jihan itu jarang bergaul disekitar jadi ia tidak terlalu mengenal banyak orang. Bahkan ia kenal dengan Mediana karena Hani.
Jihan mendekati kebun itu dan berdiri di depan pagar pembatas yang tingginya sebatas dadanya. Gadis itu tersenyum melihat seekor domba berbadan gempal memakan rumput disana dengan tiga domba kecil yang ia yakini sebagai anak domba itu. Jihan tidak menyadari kalau dirinya tersenyum bahkan tertawa kecil melihat domba itu.
"Oi Ji, lo suka domba?"
Jihan terkejut dan langsung menoleh ke sumber suara itu.
"Gema, lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FEEL IT ; a smile that you have || end
Teen Fiction"Gue gak suka cowok friendly yang suka tebar senyum ke cewe sana sini" Itu yang Jihan ungkapkan sebelum akhirnya ia merasakan gelenyar aneh dalam dirinya setiap bertemu satu laki-laki yang ramah tamah, baik hati dan sangat murah senyum. Dia Julian...