Can't be us

89 17 0
                                    

Hari ini double up kiw!!

-o0o-

Jihan akhir-akhir ini banyak tersenyum, karena apa? tentu saja Juan, yang berhasil membujuk ayahnya untuk membantu Julian. Jihan yang awalnya membenci laki-laki itu, kini berangsur berubah menjadi cinta, walaupun Jihan masih gengsi untuk mengakuinya. Pagi ini, Jihan dan yang lain sedang berganti pakaian. Karena sebentar lagi mereka olahraga, dan materi terakhir untuk semester ini adalah bela diri yaitu taekwondo. Jujur, jihan paling benci materi ini.

"Hayoloo, senyum-senyum mulu, kesurupan lo?"ucap Hani yang memergoki senyum Jihan yang tak dapat pudar.

"Bahagia banget sih lo, abis ngapain?"tanya Mediana.

"Gue pernah cerita insiden tentang kak Juan dan keluarga Julian kan?"

Ketiga teman Jihan mengangguk kompak.

"Papa setuju untuk bertanggung jawab, yang seharusnya papa lakuin dulu banget. Tapi karena papa gue orangnya gitu, ya kalian tahu lah."jelas Jihan.

"Wah, kok bisa Om Baskara luluh sama Julian?"tanya Mediana.

"Bukan itu, kak Juan dan Mama yang berhasil buat Papa setuju ambil tanggung jawab ini."ucap Jihan.

"Oi kalian, buruan aelah, bentar lagi mulai ini."ujar salah satu siswi yang datang menghampiri mereka.

"Iya iya,"

"Buru."

"Sabar cok." ucap Jihan lalu pergi bersama ketiga temannya dari sana.

Di perjalanan menuju ruang olahraga, Jihan melirik kesal pada sabuk tiga temannya yang lain. Ia sendiri masih berwarna putih sedangkan Jessika dan Mediana berwana biru, bahkan sejenis Hani saja memiliki sabuk kuning. Kalau begini ia semakin membenci seni bela diri. Jihan berjalan paling belakang, Jessika dan Mediana mengobrol sedangkan Hani berlari paling depan. Ia melamun, membayangkan kegiatan olahraga yang akan sangat menyebalkan hari ini.

tukk...

Jihan menoleh pada seseorang disebelahnya yang mengetuk kepalanya, Julian. Laki-laki itu tertawa memperlihatkan deret giginya setelah Jihan menatapnya.

"Kenapa lemes gitu?"tanya Julian.

Jihan melirik sabuk taekwondo milik Julian lalu menatap laki-laki itu sebal. Milik Julian level expert, alias warna hitam!.

Julian menyernyitkan keningnya bingung "Kenapa?"

"Sabuk lo warna item!"ujarnya kesal.

Julian tertawa kecil menyadari sabuk milik Jihan yang masih tingkat dasar. Ia menepuk-nepuk kepala Jihan.

"Nanti gue ajarin, biar naik tingkat."

"Cih, ngeledek."

"Nggak, gue serius."

"Kita beda kelas, mana bisa lo sama gue. Paling juga nanti lo kelompokan sama Devano Naren, sama satu lagi tuh si Widia."

Julian terkekeh melihat wajah lucu Jihan ketika kesal, pipinya mengembung dan bibirnya mengerucut lucu.

"Bjir, pacaran mulu. Panes gue neng."

Jihan dan Julian menoleh, Gema menatap mereka sembari menyengir lebar.

"Pacaran boleh, tapi jangan sekarang dong, kelas mau mulai ini."peringat Gema.

Mereka akhirnya pergi ke ruang olahraga, semua siswa berbaris sesuai kelas masing-masing. Jihan memperhatikan sabuk milik semua orang, tidak ada yang sama dengannya. Semua memiliki warna, mau itu hijau, kuning, biru, merah, dan sedikit yang berwarna hitam, Julian contohnya.

FEEL IT ; a smile that you have  || endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang