Memang benar Jihan tidak memandangnya sinis lagi, tapi gadis itu akan menunduk dan menghindar jika bertemu dengannya, sudah seminggu sejak Jihan mengatakan bahwa ia tidak akan menatap Julian sinis dan selama itu Julian semakin risih karena sikap barunya."Lo kenapa si, astagaaaa."tanya Jessika yang sedang mencuci tangannya di wastafel.
"Julian salah apa sih sama lo?"tanya Mediana melirik Jihan dari cermin didepannya, ia sendiri asik menambahkan liptint pada bibirnya.
"Gak ada, gue yang salah. Bukan dia."ucap Jihan yang bersandar pada salah satu pintu bilik toilet.
Jessika dan Mediana saling melempar tatap, bingung dengan yang Jihan katakan.
"Lo salah apa sampai menghidar terus?"tanya Hani yang baru saja keluar dari salah satu bilik.
"Gak tau."
"Sumpah Ji, lo gak jelas akhir-akhir ini." Jessika memandang Jihan kesal.
"Sejak lo di tinggal Sagara-"
"Jangan ngomongin dia lagi, please." ucap Jihan.
"Oke, maaf."ucap Jessika menyesal.
"Tadi Gema bilang sama gue kalau lo malah ngelamun di belakang UKS, bukannya hari ini belum jadwal lo piket, kenapa lo gak ikut upacara?"tanya Hani.
"Gue dimintain bantuan lagi sama Gita, lagian Gema kok bisa tau?"
"Gema kan PKS, katanya sih tadi pagi dia tugas patroli."
"Gue gak papa kok, kalian gak usah khawatir."
"Kita khawatir sama Julian sih Ji, bukan elo."canda Mediana.
"Anjing??"
"Bercanda Ji."ucap Mediana.
"Kalian kalau mau ke kelas duluan aja, gue mau ke perpus bentar."
"Mau gue temenin gak ji?"tanya Jessika.
"Gak usah jes, gue bisa sendiri."
Mereka bertiga mengangguk dan pergi meninggalkan Jihan yang masih disana.
"Terus gue harus apa?"ucap Jihan sambil menatap bayangan dirinya pada cermin besar di depannya.
Hidupnya benar-benar hambar setelah ia mengakhiri hubungannya dengan laki-laki bernama Sagara, ditambah lagi orang tuanya yang menjadi jarang berkumpul, bahkan ayahnya jarang sekali ada di rumah. Tapi, setelah berhasil move on dari mantannya, Jihan menemukan wajah yang sangat mirip dengan Sagara bahkan sikapnya juga sama. Karena itu Jihan selalu menatap Julian sinis, laki-laki itu mengingatkannya pada Sagara. Laki-laki brengsek yang menghancurkan kepercayaannya.
"Ayo Jihan, Julian gak salah. Dari awal lo sendiri yang salah."ucap Jihan pada dirinya sendiri.
Jihan melangkahkan kakinya menuju perpustakaan seperti yang ia katakan, tapi sebelum masuk kedalam, matanya menangkap siluet yang familiar di balik kaca yang tembus ke arah taman belakang sekolah. Karena penasaran, Jihan mengganti tujuannya ke taman belakang. Jihan tidak salah melihat, dari kejauhan ia menatap teduh Julian yang sedang bermain dengan seekor kucing liar.
Jihan menatap laki-laki itu lama, pikirannya teralihkan. Ia melihat Julian menatapnya juga dengan senyum tipis walaupun raut wajahnya terlihat bingung. Laki-laki itu berjalan mendekatinya. Jihan hanya terdiam, ia yakin itu hanyalah ilusi yang dibuat otaknya karena terlalu lama menatap laki-laki itu.
"Jihan."
Jihan mengerjabkan matanya ketika melihat Julian tepat didepannya. Bukan ilusi tapi nyata!. Dengan cepat Jihan memutar tubuhnya hendak pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEEL IT ; a smile that you have || end
Ficção Adolescente"Gue gak suka cowok friendly yang suka tebar senyum ke cewe sana sini" Itu yang Jihan ungkapkan sebelum akhirnya ia merasakan gelenyar aneh dalam dirinya setiap bertemu satu laki-laki yang ramah tamah, baik hati dan sangat murah senyum. Dia Julian...