Getting better

101 20 2
                                    

Jihan berjalan riang keluar kelas bersama teman-temannya yang lain, bel pulang sudah berdering 5 menit yang lalu dan keempat gadis itu kini berjalan beriringan.

"Lo sama Julian beneran belum pacaran Ji?"tanya Mediana.

Jihan mengangguk "Lo berharap gue langsung pacaran hari itu juga kah? gak mungkin banget."ucapnya.

"Tapi Ji, keliatan banget Julian suka sama lo, kenapa gak lo yang confess duluan sih?"tanya Hani.

"Lama-lama gue tempeleng kepala lo ni, cewek itu derajatnya dikejar bukan mengejar."ucap Jihan.

"Lo nyindir gue?"ujar Jessika, merasa terpanggil.

Jihan tersadar dan langsung tertawa "Gue gak bermaksud gitu sebenarnya."ujarnya.

Jessika memasang raut kesal dan memalingkan wajahnya dari Jihan. Sekarang Jessika melihat Julian yang datang dari arah pukul 8.

"Gak salah nih dia kemari? dia mau nyamperin Jihan kah?"batin Jessika.

Tepat seperti dugaannya, Julian menghampiri Jihan yang bersamanya. Jessika memperhatikan keduanya dengan raut curiga, ya curiga. Katanya tidak ada hubungan apa-apa, tapi kenapa mereka membuat janji pergi bersama dan mereka juga tidak memberi tahu yang lain kemana mereka pergi.

"Han, jadi gak?"tanya Julian mengejutkan Jihan.

"Jadi dong, ayo pergi."sahut Jihan.

"Jadi? kemana kalian?"tanya Hani.

"Ada deh."jawab Julian membuat ketiga teman Jihan penasaran.

Jihan tertawa kecil "Gue duluan ya! daaa!"seru Jihan sembari berjalan mendahului tiga gadis itu bersama Julian.

"Lo yakin mereka belum pacaran?"tanya Mediana.

Hani dan Jessika kompak menggeleng. Julian dan Jihan sekarang sangat lengket dan lihatlah tadi, bagaimana mereka membuat janji rahasia itu. Bilang saja mau kencan, kok repot. Pikir ketiga gadis itu

"Gue juga gak yakin, masa udah kayak gitu gak pacaran sih."

Seseorang berucap sedemikian rupa dibelakang ketiga gadis itu dan membuat mereka terkejut bukan kepalang.

"Sialaannnn, lo kenapa ngagetin sih?!"teriak Hani.

Orang yang berdiri dibelakang ketiga gadis itu adalah Naren dan Devano. Tebak siapa yang berucap tadi? iyap, Devano. Mereka berdiri disana sejak Jihan dan Julian beranjak pergi dari ketiga gadis itu.

"Loh, gitu doang kaget. Alay lo."ujar Devano.

Hani memukul lengan besar Devano yang tidak sebanding dengan lengannya. Lalu berucap dengan kesal.

"Gue emang alay, norak lo!"kesal Hani.

Devano meringis mendapat pukulan maut dari gadis kecil seperti Hani dan kemudian memulai debat diantara mereka berdua. Sedangkan Naren dari tadi hanya diam membuat Mediana gemas dan bertanya.

"Diem mulu lo, sakit gigi?"canda Mediana.

"Kok lo tau?"

Sahutan Naren membuat Mediana kaget lalu terbahak, niatnya kan cuma bercanda kenapa tebakannya bisa tepat. Gelak tawa Mediana mengundang kekesalan Naren hingga keduanya berdebat.

Jessika geleng-geleng kepala melihat keributan di depannya. Cuma empat orang, tapi rasanya mengalahkan ributnya segerombolan tawuran dari dua lembaga SMA.

......

Jadi, sebelum pulang ke rumah. Kedua remaja beda gender ini sedang berjalan-jalan di sekitar taman yang tak jauh dari jalan menuju rumah Julian. Jihan merasa perlu menghabiskan waktu bersama Julian dahulu.

FEEL IT ; a smile that you have  || endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang