Julian baru saja selesai bekerja di minimarket, ia menghela nafas lelah. Saat ini ia menjalani liburan sebelum masuk tahun pertama di masa SMA, tapi ia sudah bekerja untuk membantu pendapatan ibunya. Laki-laki itu pulang berjalan kaki, karena ia belum bisa mengendarai motor tentunya. Ia menggendong tasnya dan melangkahkan kakinya yang lemas menuju rumah.
Di sunyinya langit malam, Julian kembali merindukan ayahnya. Apakah Ayahnya benar-benar bahagia diatas sana? Apakah benar ayahnya menjadi bintang yang sangat terang dan mengawasinya seperti yang bunda katakan? Julian tidak tahu. Laki-laki itu melihat halte bus, menimang-nimang apakah ia harus menunggu bus atau terus berjalan. Saking fokusnya berpikir, Julian tidak sadar sudah berada di halte tersebut.
Hanya ada seorang gadis duduk disana, menunduk dan menangis sesenggukan. Julian dengan hati-hati menghampiri gadis itu. Ia menepuk pundak gadis itu hingga empunya mendongakkan kepalanya.
"Kamu kenapa?"tanya Julian.
Bukannya menjawab gadis itu justru kembali menangis bahkan semakin keras membuat Julian kebingungan.
"A-ku nunggu kakak a-aku j-jemput, tapi aku disuruh nunggu bus aja, t-tapi gak ada bus lewat huaaaaaaaaa." Gadis itu sesenggukan sampai susah untuk mendongakkan kepalanya sendiri.
Julian menggaruk kepalanya bingung, gadis ini cengeng sekali. Ia sudah cukup besar untuk berjalan kaki atau membaca informasi dibelakangnya yang menunjukkan waktu bus datang hanya sebentar lagi, harusnya gadis ini melakukan itu.
Julian mengeluarkan sebungkus tisu dari kantong jaketnya dan menyodorkannya pada gadis berponi di depannya. "Nih, jangan nangis, sebentar lagi bus nya dateng."ujar Julian.
Gadis itu menerima uluran tisu dan segera menghapus jejak air matanya, ia mengerjabkan matanya menatap laki-laki dihadapannya yang berdiri dan terlihat sedang menanti kedatangan bus.
"Itu bus nya udah dateng."ujar Julian.
Gadis itu berdiri setelah melihat bus yang Julian maksud. Setelah bus itu berhenti si gadis langsung berlari ke arah bus, meninggalkan Julian yang masih berdiri di halte. Julian mengangkat kedua bahunya tak acuh, ia memilih untuk berjalan kaki sampai rumahnya. Tapi beberapa detik kemudian ia mendengar seseorang berteriak dari arah bus.
"Heii! nama aku Jiji, terimakasih ya!"Gadis itu melambaikan tangannya pada Julian dengan seyum yang amat lebar, berbeda dari wajah sendunya yang tadi.
Tanpa sadar Julian tersenyum, ia menatap gadis itu yang kembali masuk ke dalam bus dan beberapa saat kemudian bus itu berjalan meninggalkan tempat pemberhentian.
Julian terkekeh mengingat rupa gadis tadi "Jiji?" gumamnya.
Sekali lagi Julian merasa lucu dengan nama gadis itu, ia tak berhenti tersenyum mengingat bagaimana perubahan raut wajah gadis itu, senyumnya sangat manis dan menggemaskan. Apa mereka bisa bertemu lagi nanti? Julian tidak terlalu berharap tapi disisi lain ia juga ingin berteman dengan gadis lucu itu suatu hari nanti. Julian melanjutkan perjalanan pulang dengan senyum yang tak bisa pudar dari wajahnya, begitu seterusnya Julian sangat mudah tersenyum karena setiap saat membayangkan senyum gadis berponi yang ia jumpai di halte malam ini.
SURPRISE!
Jadiiii sebenarnyaa itu......hehehe jadi ini surprise yang aku maksud, maaf kalau kalian gak kaget karena surprise ini huhu
have a nice day!
few pict from enerwon
KAMU SEDANG MEMBACA
FEEL IT ; a smile that you have || end
Teen Fiction"Gue gak suka cowok friendly yang suka tebar senyum ke cewe sana sini" Itu yang Jihan ungkapkan sebelum akhirnya ia merasakan gelenyar aneh dalam dirinya setiap bertemu satu laki-laki yang ramah tamah, baik hati dan sangat murah senyum. Dia Julian...