Julian memikirkan Jihan, sudah empat hari gadis itu tidak sekolah dan Jessika mengatakan padanya kalau gadis itu sedang sakit jadi ia tidak bisa sekolah, itu semakin membuat Julian khawatir apalagi mengingat pertemuan terakhir mereka tidaklah baik.
"Heh sadar."ucap Jessika menyenggol lengan Julian yang sedang melamun.
Julian tersadar dari lamunannya "Gue boleh pulang duluan gak Je? lagian gue gak dapet peran."ucapnya.
Mereka berada di ruang teater, sedang berlatih drama yang akan ditampilkan di sekolah, tidak ada hari penting, hanya saja tiga bulan sekali ekskul teater selalu menampilkan satu drama sebelum pelajaran dimulai.
"Nanggung Ju, bentar lagi juga kita pulang."ucap Jessika.
Gadis itu juga tidak mendapat bagian peran, ia adalah koordinator sedangkan Julian sekbid properti, jadi mereka sedang duduk berdua menonton jalannya latihan.
Julian mengangguk, jam juga baru menunjukkan pukul empat sore, ia harap nanti tidak akan terlambat bekerja.
"Je, Jihan kapan sekolah?"tanya Julian.
Jessika menoleh pada Julian "Kenapa? kangen ya lo?"
Pertanyaan aneh, Julian tidak tahu jawaban yang benar dari pertanyaan itu. Ia merasa khawatir, rasanya itu bukan berarti rindu, Julian hanya merasa ada yang kurang dan mengganjal ketika tidak bertemu gadis itu.
"Nggak." lebih tepatnya Julian 'tidak tahu'.
"Gue tau lo khawatir, gue juga."ucap Jessika.
Gadis itu menghela napas pelan dan menatap lurus ke depan dimana rekannya yang lain sedang memerankan lakonnya.
"Jihan gak angkat telepon kita, gue mau jenguk kesana tapi kata kak Juan jangan, takut nanti sakitnya menular."ucap Jessika.
"Jihan gak angkat telepon kalian?"beo Julian.
Jessika mengangguk "Gue khawatir kalau dia sakit parah."
"Gue khawatir karena terakhir kali gue ketemu dia, ada ayahnya."ucap Julian pelan.
"Gimana? papanya Jihan disana?"tanya Jessika terkejut.
Gantinya Julian yang mengangguk "Iya, keliatannya ayahnya marah sama Jihan waktu itu."ucap Julian.
"Ck, kayak ada yang ga beres ini."
"Lo sempet ngobrol sama papanya Jihan?"
Julian menggeleng "Nggak, dia marah karena Jihan bareng gue."
"fiks gak beres."
"Julian,"panggil Jessika.
Julian menatap Jessika, menunggu gadis itu melanjutkan kalimat yang ditujukan untuknya.
"Lo—suka Jihan?"tanyanya.
Lagi, pertanyaan ini sangat Julian hindari karena ia sendiri tidak tahu jawabannya, kepalanya dipenuhi kata-kata bahwa ia tidak memiliki perasaan lebih pada Jihan, mereka hanya berteman dan tidak bisa lebih dari itu, tapi hatinya mempertimbangkan hal itu tanpa alasan yang jelas.
"Je, sama kayak lo sama gue, Jihan juga temen gue."
Tidak, Jessika tidak percaya, yang ia lihat dan rasakan berbeda dari jawaban dua orang yang bersangkutan itu.
"Oii, berduaan mulu, pulang kuy."ucap Mediana yang menghampiri mereka.
Oh iya, gadis itu mendapat peran antagonis pada drama kali ini, padahal biasanya ia menjadi putri, peri, bidadari atau peran protagonis lainnya. Latihan selesai karena pemeran utamanya bertengkar, aneh-aneh saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEEL IT ; a smile that you have || end
Teen Fiction"Gue gak suka cowok friendly yang suka tebar senyum ke cewe sana sini" Itu yang Jihan ungkapkan sebelum akhirnya ia merasakan gelenyar aneh dalam dirinya setiap bertemu satu laki-laki yang ramah tamah, baik hati dan sangat murah senyum. Dia Julian...