Fact

82 22 4
                                    

"Jihan belajar sama Julian, soalnya Julian pinter bun."ucap Jihan.

Ini setelah beberapa kali Jihan dan Julian belajar bersama di rumah si laki-laki, tak jarang Jihan membawa camilan dan bahan masakan yang kemudian mereka berdua masak untuk makan siang. Julian nyaman dan Jihan juga senang, bahkan keadaan bunda lebih baik dari biasanya.

Julian menatap Jihan yang asik menjalin rambut panjang bundanya, ia sendiri tadinya menjawab beberapa contoh soal yang ia dapat di internet sebelum akhirnya tertarik melihat kedua perempuan yang adik bercengkrama itu.

"Jihan, udah ijin sama orang tua? soalnya jihan sering sampai malam disini kan."tanya bunda.

Jihan cemberut lalu berkata "Orang tua Jihan gak pernah dirumah bun, jadi jihan ijinnya sama kak juan."

"Bunda belum pernah lihat kakak kamu, kapan-kapan ajak kesini ya han."ucap bunda.

"Iya bun."

"Nah udah selesai!"girang Jihan, ia merapikan rambut depan wanita berkulit pucat di depannya.

"Bunda cantik,"puji Jihan lalu mengalihkan pandangannya pada Julian, meminta pendapat.

"Iya, bunda cantik banget."ujar Julian.

Bunda tersenyum manis, sentuhan yang Jihan berikan membuatnya bahagia, hatinya menghangat hingga hawa dingin yang biasanya menembus hingga tulang-tulangnya tidak terasa lagi.

Hanya 5 kali pertemuan mereka, namun berhasil membuat Jihan dan bunda dekat bahkan dengan Julian pun begitu, Jihan semakin nyaman dengan presensi mereka berdua begitu juga sebaliknya.

Bunda menatap teduh kedua anak berbeda gender yang duduk lesehan dan memfokuskan diri pada buku buku yang mereka buka, Julian dengan sabar membagi ilmunya dengan Jihan dan Jihan memaksimalkan diri agar bisa menerima ilmu itu dengan cepat. Jika saja Julian mengatakan ia menyukai Jihan, tentu dengan senang hati bunda menyetujuinya.

"Yeay selesai!"ujar Jihan senang.

Mereka berdua saling menatap mata satu sama lain, mengungkapkan rasa puas tanpa berucap lagi.

"Eh, kak Juan udah di depan."ucap Jihan spontan ketika melihat notifikasi muncul pada ponselnya.

"Suruh mampir dulu han,"ucap Bunda.

"Biar gue ke depan, nyamperin."ucap Julian.

Julian melangkahkan kakinya untuk membuka gerbang dan mengajak Juan untuk mampir sebentar seperti yang bunda katakan.

"Kak, mampir dulu."ajak Julian setelah saling membalas sapa dengan Juan.

Juan mengangguk dan mengikuti Julian, keduanya berbincang ringan seputar Jihan yang senang belajar dengan Julian.

"Hal—"

Nafas Juan tercekat, tubuhnya membeku melihat bunda Julian yang menatapnya teduh dan terdiam tanpa sepatah kata  keluar dari bilah bibir pucatnya.

Julian dan Jihan menatap Juan dan bunda bergantian ada rasa bingung dan takut karena atmosfer di sekitar mereka rasanya berubah menjadi canggung dan mencekam.

"Bunda, dia kak Juan. Kak Juan, ini bunda nya Julian."ucap Jihan.

"Kak, Kak Juan,"ucap Jihan menggoyangkan lengan kakaknya.

Ada rasa takut terlihat pada raut wajah Juan, entah rasa takut akan apa itu, Jihan maupun Julian tidak tahu.

"Ta-n—"

"Tan-te, ma-afin Juan."ucap Juan tergagap membuat Julian dan Jihan saling mamandang bingung.

Bunda mengalihkan pandangannya pada objek rancu di sebelahnya, seperti enggan menatap Juan lagi. Jihan yang tadinya di sebelah Juan langsung mendekati bunda dan melihat bunda yang menahan tangisnya.

FEEL IT ; a smile that you have  || endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang