Malam ini Jihan memutuskan untuk pergi ke pasar malam. Mencoba menemukan badut domba yang ia ajak mengobrol kemarin. Juan yang mengantarnya, tapi Juan tidak ikut. Jihan menyuruh kakaknya untuk pulang saja atau kemanapun yang ia mau asal tidak menemaninya.
"Ni pasar malam gede amat,"ucap Jihan.
Gadis itu mengeratkan jaket yang ia kenakan, karena udara tiba-tiba terasa dingin. Ia pergi pada taman di pinggir pasar malam, tempatnya bertemu badut itu kemarin.
"Eh itu dia!"girang Jihan.
"Hallo, kamu inget aku nggak?"tanya Jihan. Menurutnya jika badut domba dihadapannya tidak mengangguk berarti dia adalah orang lain.
Jihan tersenyum lebar saat kepala badut itu mengangguk pelan.
"Aku mau ngobrol sebentar, boleh gak?"tanya Jihan.
Badut itu kembali mengangguk dan Jihan menuntunnya duduk di atas rumput seperti yang mereka lakukan kemarin.
Julian yang ada di dalam kostum itu bingung, kenapa Jihan kemari dan mengajaknya mengobrol.
"Makasih udah mau nemenin aku ngobrol. Aku gak suka ngobrol sama orang lain. Setiap aku ngeliat muka orang lain aku gugup buat ngobrol atau ngomong, makanya kalau aku ngomong sama orang lain itu jutek. Sebenarnya itu cuma karna aku gugup."Suara Jihan melirih saat mengucapkan kalimat terakhirnya.
Julian sedikit mengerti sekarang, kenapa Jihan menyembunyikan sisi baiknya. Gadis kecil itu hanya terlalu gugup untuk berbicara dengan orang lain, ah lucunya.
"Tapi kalau aku ngobrol sama kamu, aku gak gugup. Soalnya muka kamu gak kelihatan, kamu juga gak nanggepin omongan aku secara langsung. "
"Kalau setiap akhir pekan aku kesini nyari kamu boleh gak?"
Julian mengangguk, Jihan menyempatkan waktunya hanya untuk mengobrol dengan Badut. Itu aneh dan lucu. Cara bicara gadis itu dan senyumnya yang tak pudar , itu adalah sisi lain Ananda Jihan.
"Boneka yang kamu kasih itu, aku suka banget. Tapi setiap ngeliat boneka itu, aku malah inget Julian."
"Aku masih merasa bersalah, tapi aku bingung mau bersikap gimana. Harusnya aku tetep jutekin dia atau ramah juga sama dia?"
Julian mengangkat dua tangannya, menurutnya Jihan akan paham maksudnya yaitu 'pilihan kedua'.
Jihan mengerutkan keningnya "Dua? apanya?"
Julian mendadak bingung untuk menjelaskan.
Kemudian ia menggerakkan tangannya seolah-olah membentuk senyum pada mulut kostum itu.
"Ohh, jadi maksudnya aku harus ramah?"
Julian mengangguk.
"Caranya gimana?"
Julian membuat isyarat melambaikan tangan dan membuat senyum seperti yang tadi ia lakukan membuat Jihan tertawa kecil.
"Oke deh, nanti aku coba."ucap Jihan.
Hening cukup lama, Jihan hanya membiarkan semilir angin menerpa wajahnya tanpa sepatah kata keluar dari bilah bibirnya.
"Tuh, aku gak tau harus ngomongin apa lagi."ucap Jihan.
Sedari tadi gadis itu bingung harus membicarakan topik apa, dan Julian tidak mungkin bersuara.
"Sabtu depan aku kesini lagi, gimana ya cara biar aku tau kalau kamu itu orang yang sama?"pikir Jihan bingung.
"Oh iya, kalau aku ketemu kamu. Kamu harus gini."
Jihan berdiri dan menggoyangkan kedua kepalan tangannya di depan dada sambil menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEEL IT ; a smile that you have || end
Teen Fiction"Gue gak suka cowok friendly yang suka tebar senyum ke cewe sana sini" Itu yang Jihan ungkapkan sebelum akhirnya ia merasakan gelenyar aneh dalam dirinya setiap bertemu satu laki-laki yang ramah tamah, baik hati dan sangat murah senyum. Dia Julian...