02 : Sekolah baru

1.7K 135 2
                                    

POV JENNIE:

_______

minggu kemudian....

Hari senin, hari ini aku pindah sekolah. Tidak Ada alasan yang khusus. Aku hanya ingin pindah.
High School Hanyang yang telah di nobatkan sebagai High School favorit dan terbaik nomor 3 Terkenal di Korea Selatan. Rating yang sangat bagus bukan, terutama High School ini sudah masuk sebagai salah satu 100 sekolah tinggi terbaik di dunia.

Aku mendengar jika High School ini tidak terkenal karena prestasinya tapi karena kepopulerannya dan fasilitasnya yang benar-benar sangat bagus, tapi di sini masih ada biaya siswa, jadi aku merasa jika pasti akan ada pembullyan di sekolah ini.

Sekolah ini adalah tempat sekolah anak orang kaya. Setiap berangkat sekolah jika kalian lihat, setiap pagi pasti melihat mobil-mobil dengan merk kelas dunia atau mewah akan berjejer di parkiran luas depan sekolah, pemandangan yang sudah biasa bagi mereka yang bersekolah di sini.

Namun, hari ini aku akan memilih naik taksi dari pada di antar Pak Yoo, sopir pribadiku ke mana-mana. Karena aku memang belum punya SIM walau aku sudah mempunyai beberapa mobil namun itu hanya ku kendarai beberapa kali. Dan, tidak seserang itu. Biasanya banyak orang yang akan mengendarai mobilnya tanpa SIM karena bisa menyogok para polisi yang menghalangi jalannya.

Keluar dari taksi, aku langsung membayarnya. Setelahnya aku pun melihat ke gerbang sekolah yang benar-benar sangat tinggi itu layaknya sebuah istana. Menurutku dari segi arsitektur sekolahnya memang sangat menakjubkan.

Aku masuk ke gerbang yang langsung di buka oleh seorang satpam itu.

Dan benar saja, pertama kali masuk gerbang aku sudah mendapatkan cacian Dan jadi bahan tertawaan oleh para siswa-siswi yang melihatku keluar dari taksi tadi. Mereka bahkan tanpa malu menunjuk ke arahku seolah merasa tidak bersalah.

" Cakep sih, tapi miskin hahaha..."

" Liat siapa diaa? Kok monyett bisa masuk sekolah ini sih?"

" Anak beasiswa kali, bikin malu sekolah aja."

Yahh... Kurang lebih seperti itu yang pertama kali aku dengar. Kata-kata mencaci seperti itu dari mereka yang nampak berkelompok. Mereka masih saja menertawaiku terutama gadis-gadis yang tidak segan menunjukku.

Tapi...

Ya sudahlahhh, abaikan saja mereka semua anggap saja jika mereka semua adalah benda mati yang tak bersuara dan juga tak bergerak. Hanya halusinasi pikiran yang tidak ada kepentingannya untuk di tanggapi.

Aku terus berjalan mencari ruang kepala sekolah untuk mendaftarkan diriku sendiri di sekolah itu. Di koridor banyak para siswa-siswi yang nampaknya melihatku dari atas ke bawah dan kembali lagi dari bawah ke atas seolah menyelidiki apakah aku termasuk orang kaya atau bukan.

Aku sudah terbiasa dengan semua itu dan Lagian aku tidak memakai apa-apa hari ini kecuali seragam sekolah dan tas. Aku bahkan tak memakai jam tangan, dan hanya memakai riasan tipis ke sekolah. Lagi pulang sekolah bukan untuk bergaya bukan? Tapi untuk mencari ilmu.

Tapi sepertinya sekolah ini berbeda, soalnya di sini penampilanku yang pertama kali dicuci seperti sekolahku sebelumnya tapi bedanya sekolahku sebelumnya tidak mencaci penampilanku karena aku tampil apa adanya. Dan benar saja, di sekolah pertama aku mempunyai pergaulan yang sangat luas namun cukup membuatku risih karena mereka terasa hanya mencari popularitas.

Padahal bisa di bilang jika Aku adalah orang yang cukup tertutup dan tidak mudah bergaul. Tapi tetap saja, mereka semua mendekatiku seolah sudah sangat kenal dekat denganku.

Oke lupakan saja tentang sekolah pertama karena kita akan fokus ke sekolah yang satu ini. Sekolah yang nampaknya sangat keras.

Aku melihat tulisan ruang Kepala sekolah dan masuk ke dalam sana.

Konglomerat, JenlisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang