35 : Cieeee.... Menggalau!!

293 30 3
                                    

Lisa membuka pintu rumah, nampak Jungkook, dan Taehyung yang duduk di sofa sembari memainkan handphone. Wajah mereka hanya datar melihat Lisa seolah mengacuhkan, dan kembali lagi memainkan handphonenya.

" Kookie, turret bawah hampir roboh." Ucap Taehyung yang memang saat ini mereka tengah fokus bermain Mobile legends. Biasanya mereka sering trio bersama Lisa, namun kini hubungan mereka sedang tidak baik.

" Aku sedang push atas." Balas Jungkook yang memang sangat fokus.

" Bagaimana bisa kau push atas. Kami semua sudah mati... Lihat lord datang." Seru Taehyung.

" Ah iya iya aku balik... Aku tak akan meninggalkan base sampai kalian hidup. Aku tak akan pernah meninggalkan teman-temanku." Ucap Jungkook sedikit menyindir.

Lisa yang mendengarkan sindiran itu pun terdiam, dan memilih untuk lanjut ke lantai atas meninggalkan Taehyung, juga Jungkook yang melirik-lirik tanpa di sadari olehnya.

" Kookie turretnya!!" Seru Taehyung yang melihat musuh sudah menyerang turret besar mereka. Sementara Jungkook terus diam tak bergerak dibase karena fokusnya tadi tertuju pada Lisa yang naik tangga.

" Aaaa...." Teriak Jungkook yang langsung terburu-buru mencoba untuk menyelamatkan.

" 2 detik lagi.... 1 detikk....!!"

Yuzong, Taehyung pun hidup.

' DEFEAT '

Suara dari game yang menyatakan jika game sudah berakhir dan tim musuhlah yang menang.

Wajah Taehyung berubah kosong lalu melihat polos wajah Jungkook yang menggigit bibir di sebelahnya bersiap untuk kabur dari serangan harimau.

" JEON JUNGKOOK!!" Teriak Taehyung membuat seluruh rumah gempar, dan langsung mengejar Jungkook yang sudah terlebih dahulu berlari.

" MIANHAE....!!" Seru Jungkook saat Taehyung menangkapnya, dan akan perancang-ancang menamparkan goreng panas ke pantatnya....

Sebelum akhirnya..

' PLAKK..!'

" AAAAAAAA.....!!"

Jelas kita suara teriakan siapa itu.

***

Lisa yang mendengarkan suara keributan yang ada di lantai bawah itu pun terkekeh ringan. Keributan ini bukan hanya terjadi sekali ataupun dua kali mungkin sudah ribuan kali saat mereka tinggal bersama.

Lisa melompatkan dirinya ke atas ranjang dan mulai berguling-guling merasakan tubuhnya yang pegal-pegal. Pikiran Lisa berubah mumet saat sudah sendiri di dalam kamarnya, rasanya tak adil kenapa dia dianggap bersalah oleh teman-temannya. Tapi memang benar karna ini salahnya juga...

" Pabbo..!" Umpat Lisa memukul keras kepalanya yang membuatnya merasakan kesakitan.

" Ssshhhh... Aaa... Sakit.." Desis Lisa mengusap-usap kepalanya agar rasa sakitnya segera hilang.

" Mana bisa aku hidup tanpa teman-temanku, juga tanpa Jennie... Apa yang sudah ku lakukan??" Lisa kini merasa kesal dengan dirinya sendiri. Memang di luar Dia terlihat tidak peduli namun sebenarnya dia sangat peduli apalagi Hanya mereka bertiga yang ada di dalam hidupnya selama ini. Lisa tak mempunyai teman kecuali mereka bertiga.

Dan di antara mereka bertiga, di sana ada seseorang yang di cintainya... Yang akan menjadi masa depannya. Saat ini orang yang di cintainya tengah membutuhkannya namun Lisa tak dapat melakukan apapun, dan juga tak menyangka jika Jennie akan sekecewa ini padanya. Lisa sebenarnya merasa sangat bersalah... Namun semuanya juga sudah terlanjur.

" Ah, Pabbo Lisa ya... Apa aku harus menghubunginya sekarang?" Lisa bertanya-tanya sembari membuka aplikasi WhatsAppnya, dan melihat chatnya juga Jennie di sana. Lisa langsung saja tersenyum saat melihat chat-chat panjang yang di kirimkan atau pun di spam emoji oleh Jennie di sana. Sekilas Lisa meng-scroll chat-chat itu, dan merasa sangat terhibur ketika membacanya. Jujur saja jika Lisa memang sering tertawa sendiri atau pun tersenyum sendiri saat berbalas chat dengan Jennie. Jika sedang bersama teman-temannya atau pun keluarganya, Lisa pasti tak akan berani membuka handphone apalagi membalas chat. Karena bisa saja ketawanya kebablasan, dan Lisa tak mau menghancurkan martabat yang sudah di pertahankan olehnya.

Setelah puas membaca-baca juga melihat chat-chatnya Lisa pun berniat untuk menghubungi nomor Jennie, namun dirinya tiba-tiba merasa ragu.

" Apakah aku harus menghubunginya? Tapi bagaimana jadinya jika aku menghubunginya dari telepon? Bukankah kami harusnya menyelesaikan masalah ini dengan bertemu secara langsung?" Lisa terus bertanya-tanya.

" Ah... Tapi aku tidak akan bisa jika Jennie bersikap dingin padaku nantinya. Apa yang harus aku lakukan? Ayolah berpikir...!!" Lisa berdiri lalu berjalan mondar-mandir dengan perasaan cemasnya.

" Menghubungi, tidak, menghubungi, tidak, menghubungi, tidak, menghubungi??" Lisa pun mulai berpikir-pikir namun dengan cepat dia kembali menggeleng, " Tidak."

" Apa makan malam di restoran saja ya? Aku bilang saja jika orang tuaku yang memintanya. Jennie pasti tak akan dapat menolak undangan itu, sejauh ini dia belum pernah menolak." Lisa pun mendapatkan ide bagus dan mulai mengangguk-anggukkan kepalanya. Dengan begitu masalahnya juga masalah Jennie akan cepat selesai.

Lisa pun menghubungi nomor Asisten pribadinya yang langsung saja mengangkat panggilan darinya.

" Anneyong... Tak biasanya kau memanggilku?" Tanya Asisten Momo langsung. Asisten Momo memang bukanlah orang yang akan mau berbicara formal pada Lisa meskipun Lisa adalah majikannya. Lisa sudah sering memperingatkan agar berbicara dengan formal namun tetap saja, karena tidak mau pusing dan juga orang tuanya yang tidak mau memberhentikan Asisten Momo, jadi Lisa sudah terbiasa dengan hal itu.

" Pesan sebuah restoran bintang lima di daerah sekitar Gangnam, dan undang Jennie Kim atas nama orang tuaku untuk melakukan dinner bersamaku." Suruh Lisa.

" Tumben sekali kau yang meminta dinner bersamanya, biasanya kau yang paling menghindar." Asisten Momo mencoba menggoda dari balik telepon membuat Lisa mendengus.

" Bisa tak menyebalkan? Lakukan saja apa yang ku minta. Jam 7 malam, aku bilang jam 7 malam. Harus tepat." Ujar Lisa lalu mematikan teleponnya.

Lisa pun melemparkan handphone Apple-nya ke atas ranjang tempat tidurnya. sekarang satu masalahnya sudah selesai. Dan sekarang tinggal beberapa masalah kecil seperti pakaian yang akan di gunakannya malam ini juga sebuah bunga.

" Bunga?" Lisa tiba-tiba berhenti berpikir, bukankah itu terlalu murah?

" Apakah aku harus membelikannya cincin? Dia pasti terharu. Ah... Tapi bunga aku dengar-dengar lebih romantis, dan juga dengan memberikan bunga dia pasti dapat merasakan cintaku." Gumam Lisa lalu pada akhirnya setuju, Lisa pun kembali mengambil handphonenya dan mulai mencari di Google, tentang bunga apa yang paling romantis untuk menyatakan cinta tanpa mengeluarkan kata-kata cinta dari mulut karna dia tak akan bisa.

" Mawar merah.." Setelah mendapatkannya, Lisa pun langsung saja bergegas ke lemarinya untuk mencari pakaian yang akan di gunakannya malam ini.

Sudah ada 2 jam, dan Lisa masih saja bimbang pakaian apa yang akan di gunakannya malam ini. Tak ada satu pun yang masuk ke dalam hatinya.

" Apakah aku tak usah memakai pakaian saja ya malam ini?" Lisa yang sudah frustasi menghembuskan nafasnya lelah lalu melihat pada ranjang tempat tidurnya yang sudah di penuhi oleh pakaian-pakaian yang di bongkarnya dari lemari.

' Ddrrtttt... Drrtttt...'

( Panggilan telepon dari Asisten Momo )

Lisa pun mengambil handphonenya, dan langsung saja mengangkatnya.

" Ya.." Sapa Lisa.

" Nona Jennie menolak dinner denganmu malam ini karna akan makan malam bersama dengan keluarganya di rumah." Jelas Asisten Momo dari balik telepon.

Lisa yang mendengarkan itu pun menjatuhkan handphonenya. Lisa menghembuskan nafasnya berat, dan menutup seluruh wajahnya menggunakan masing-masing telapak tangan begitu pantatnya menyentuh kasur.

Dia merasa galau sekarang.

Konglomerat, JenlisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang