POV Jennie:
Beberapa menit kemudian...
" Sudah." Jawab Kak Namjoon kembalikan handphone ku kepadaku. Aku pun menerimanya dengan senang hati, dan melihat ke arah Haruto, juga Pak Kepala Sekolah yang nampak memucat. Ataukah mungkin mereka yang masih tidak percaya, aku tidak yakin karena terlihat begitu jelas wajah dan ekspresi takut mereka.
" Sebenarnya aku tak suka menghancurkan reputasi sekolah ini. Sekolah ini terlalu populer dan besar membuatku memikirkan sesuatu." Ucapku sembari berjalan dan melihat-lihat ruangan kantor yang memang sangat membuatku tergiur, dan juga gaya western-nya yang membuatku jatuh cinta. Tak terkecuali ruangan kepala sekolah ini yang di dominasi dengan warna coklat kayu berminyak, lantainya dapat memantulkan bayangan ku.
" Hei.... Apa yang kau lakukan?!" Bentak Haruto saat tanganku dengan lancangnya menjamah sebuah piala besar yang ada di dalam lemari kaca.
" Bocah, jaga sikapmu!" Tegas Kak Namjoon membuat Haruto menganga, menahan emosinya.
" Aku menyukai sekolah ini." Ucapku melihat Pak Kepala Sekolah yang nampak kebingungan kini.
Aku berjalan kembali di tengah-tengah mereka, dengan kedua tanganku yang saling bertautan di belakang, " Daripada aku menghancurkan reputasi sekolah ini....." Aku menanggungkan ucapanku lalu menatap pada Pak Kepala Sekolah dengan sedikit seringai, " Berapa harga sekolah ini?"
Pak Kepala Sekolah, dan Haruto tak tercengang kini dengan matanya yang terbelalak lebar, dan juga mulutnya yang terbuka. Tak percaya.
Aku pun duduk di kursi yang ada di depan meja pak kepala sekolah, dan melipat sebelah kakiku di sana.
" Aku akan membayarnya dengan Cek, sekalian uang pendaftaran sekolahku di sini." Ucapku lagi.
" H-heiii... Kau..." Haruto nampak tertawa begitu kaku, dan juga terdengar sangat terpaksa.
Aku menumpu pipiku di jari-jari tanganku, dan tersenyum.
" Asisten Dahyun, kau membawa Ceknya bukan?" Tanyaku.
" Saya membawanya." Jawab Asisten Dahyun lalu meletakkan selembar Cek yang belum di.isi nominal di sana.
" Hentikan drama ini! Anda, dan saudara-saudara anda sedang mencoba mempermainkan saya, dan anak saya di sini. Sekarang kalian sudah benar-benar kelewat batas, murid baru....! Sekarang juga anda keluar dari sekolah ini!" Bentak Pak Kepala Sekolah menunjuk ke arah pintu keluar dengan tatapan tajamnya tertuju padaku.
" Aku belum ada sehari di sekolah ini dan aku sudah melihatmu korupsi." Ujarku cepat.
" Saya tidak korupsi." Elak Pak Kepala Sekolah itu langsung.
" Kau yakin? Aku bisa mencari tahunya, dan memasukkanmu ke dalam penjara." Tekan Kak Namjoon.
" Dan saya bisa memasukkan Anda ke dalam daftar gelap." Ucap Asisten Dahyun dengan begitu tenangnya.
" Kan, aku sudah memberitahumu, Pak." Ujar Rose tanpa rasa bersalah yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Haruto, dan Pak Kepala Sekolah yang langsung terkejut.
" 40 M." Singkat Pak Kepala Sekolah yang nampaknya sudah tak kuat dengan semua tekanan itu.
Asisten Dahyun menyodorkan sebuah pulpen hitam dengan warna emas yang memutarinya, aku tersenyum lalu memasukkan nominal yang di katakan tadi lalu memberikan tanda tanganku sebagai pembayar di sana. Aku pun menjulurkan Cek itu pada Pak Kepala Sekolah yang langsung menerimanya, dan mencek Ceknya dengan begitu teliti. Begitu pun dengan Haruto yang berdiri di sebelah Bapaknya.
Nampak wajah mereka berdua yang lagi-lagi nampak terkejut, lalu tetapan keduanya tertuju padaku.
" Siapa Anda?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Konglomerat, Jenlisa
HumorGenre: Comedy, Romansa, Misteri. Deskripsi: Jennie Kim, anak dari Konglomerat nomor satu Asia. Menjadi orang kaya tidak membuat Jennie Kim menjadi sombong namun malah berbeda, dia ingin hidup mandiri, belajar seperti mandirinya kedua orang tuanya ya...