11 : Perhatian Lisa

952 60 0
                                    

" 2 menit lagi." Jawab Lisa lalu keluar dari mobil duluan.

Aku pun keluar dari mobil.

Ku lihat Lisa yang sempat beberapa kali memutar bahunya, seolah sedang sedang merengganggkannya.

" Maaf, capek ya." Ucap ku sedikit sungkan. Dia hanya menatapku dengan ekspresi datar. Hal itu tentu membuatku bingung.

" Hei, capek enggak?" Tanyaku sekali lagi dengan sedikit menaikkan nada.

" Em.." Singkat Lisa.

" Hei!" Aku sambil menarik tas yang di sangklotnya itu. Dia berhenti lalu berputar ke arahku. Tatapan matanya yang tajam membuatku membeku di tempat.

" He -hei.. Kenapa kau menatapku seperti itu?" Ucapku dengan Gugup.

Lalu dia melengos dan melenggang pergi, meninggalkanku begitu saja!

Aku masih diam di tempat sambil bergidik merinding karna tatapan yang di lemparkan Lisa padaku.

#Jam istirahat sekolah...

Aku diam-diam menelpon Asisten Dahyun untuk membelikan beberapa obat pegal untuk Lisa.

" Buat apa?" Asisten Dahyun sembari memberikan obatnya.

" Lisa." Singkat ku sedikit merasa bersalah.

" Dia jatuh?" Tanya Asisten Dahyun lagi.

" Enggak... ( Sebenarnya aku enggan cerita)... Ituu.. Ummm.. Aku... Aku tertidur di bahunya, kelihatannya dia pegal karena menahan kepalaku. Mungkinkah kepalaku seberat itu ya?" Aku pelan pelan menjelaskan dengan nada berbisik kepada Asisten Dahyun.

" Oh." Singkat Asisten Dahyun yang membuatku takjub. Karna tumben, dia enggak mengejekku? Ah... Syukurlah.

Aku mulai masuk kembali ke kelas dan ku lihat Lisa yang sedang asik dengan dunianya sendiri, yaitu membaca buku ceritanya.

" Nih...." Sambil ku berikan sekotak obat pada Lisa.

Lisa hanya melirik sebentar ke kotak obat tanpa berkata apapun. Hal ini membuat suasana canggung. Aku yang merasa malu pun memilih untuk meninggalkannya sebelum dia berucap kata-kata kasar yang menusuk hatiku seperti yang sudah biasa di lakukannya.

Aku pergi ke kantin.

Mengambil dua botol jus jeruk kotak yang ku beli itu dengan cepat. Suasana sepi kantin yang membuatku percaya diri untuk melakukan hal itu. Berharap tidak ada yang melihatku.

Melampiaskan rasa maluku di sana. Lagipula jika ada yang melihatku maka aku akan langsung di anggap aneh di sana, dan lagi pula bukankah aku sudah di tandai sebagai murid miskin yang bersekolah di sekolah ini.

" Hilangkan kebiasaan itu, tak baik buat lambungmu." Ucap Lisa tiba-tiba.

Hal itu membuatku terkejut.

" Li-lisa..??" Sapaku gagap saat melihatnya sudah berdiri di depanku.

Aku melihat Lisa yang berdiri sambil memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku jas sekolah yang di pakainya.

" Cepat kembali ke kelas." Ujar Lisa dengan wajah datarnya.

" Ke-kenapa?"

" Guru sedang mengabsen, dan kau tidak ada di kelas. Aku di suruh untuk menjemputmu karena aku teman sebangkumu." Jelas Lisa.

" Oh... Ku kira karna apa." Gumamku lagi-lagi merasakan kekecewaan. Memang masuk akal, tapi entah kenapa saat Lisa menemuiku entah kenapa aku merasa Jika dia merindukanku, dan selalu ingin berada di sisiku. Mungkin itu hanya perasaanku saja, beda dengannya.

Kami berdua pun berjalan memasuki lorong yang panjang. Aku hanya mampu melihat punggunggnya yang berjalan di depan, dan tertunduk lesu. Terlalu menunduk sampai tak tahu jika Lisa berhenti dan berbalik badan.

Bugg..!

Tak sengaja aku menabrak dadanya Lisa yang membuatku tersadar.

" Perhatikan jalanmu." Ujar Lisa sambil menjauhkan kening kepalaku darinya dengan jari telunjuknya.

Menurutku dia benar-benar sangat menggemaskan saat ini.

" A-ah maaf, aku Akan jalan duluan kalau begitu.." Ujarku akan melangkah pergi.

Baru Satu langkah..

" Makasih."

Aku menoleh perlahan seolah merasa tak percaya dengan kata-kata yang baru saja di ucapkannya.

" Bahuku memang pegal, jadi obatmu tak sia-sia." Jelasnya, dan tanpa panjang lebar dia berjalan melewati ku begitu saja.

Aku hanya dapat menganga, ' Gak salah dia ngomong gitu?' Batinku.

Aku pun ikut meneruskan langkahku untuk menuju ke kelas.

Sesampainya di kelas, semua pandangan tertuju pada kami berdua karna tadinya guru yang mulai menjelaskan pelajarannya di depan.

" Jennie Kim, anda terlambat. Silahkan berdiri di depan sampai jam mata pelajaran saya selesai." Ucap Bu Yoohyeon bahkan tanpa meminta penjelasan, atau pun maaf dariku.

" Tidak bisa, Bu. Ibu meminta saya untuk menjemputnya dan sekarang saya sudah menjemputnya." Ujar Lisa tanpa toleransi sedikit pun.

Aku pun memalingkan wajahku pada wajah Lisa yang tegas, tak menyangka jika dia akan membelaku seperti saat ini. Ini adalah kali pertama, tapi bukan... Mungkin Lisa memang beberapa kali memberikan perhatian kecil kepadaku, namun kali ini perhatiannya benar-benar sudah berada di ambang batas.

" Dia terlambat, Lalisa. Sekarang silakan duduk di tempatmu." Pinta Bu Yoohyeon yang nampak lebih ramah pada Lisa membuatku berdenyit, apa-apaan ini sekarang? Ini sudah berlebihan, karena nada suara bicaranya yang berbeda jauh kepadaku dan juga kepada Lisa.

" Saya juga akan berdiri." Lisa dengan tegas mengatakan itu membuat semua orang yang ada di dalam kelas yang tadinya mencaci maki atau berbisik tentang mereka berdua kini mulai tercengang dengan kata-katanya.

" Lalisa, silakan kembali duduk di tempatmu." Pinta Bu Yoohyeon.

Lisa tak mendengarkannya dan malah memilih untuk berjalan ke sudut ruangan. Aku memperhatikan, juga mendengarkan seberapa hebohnya kelas saat ini, terutama di kursi Jungkook, dan Taehyung yang berada paling belakang, nampak dua sahabatnya itu kini tertawa.

Aku hanya dapat tersenyum karena memang bukan salahku untuk terlambat. Melainkan salah Lisa yang tadinya terlalu lama menatapku hingga membuatku malu dan meninggalkan kelas yang awalnya tak ingin ku tinggalkan. Sejujurnya rasanya sangat menyedihkan.

" Baiklah, Jennie, dan Lalisa silakan berdiri di samping papan tulis." Ujar Bu Yoohyeon pada akhirnya, keributan yang mulai panas yang entah datangnya dari mana.

Aku pun berdiri di sebelah Lisa yang memang tingginya lebih tinggi dariku. Lisa bahkan tak melirikku sedikit pun, entah Seperti apa pernikahan kami nanti. Mungkin itu akan menjadi sangat amat membosankan. Aku lebih suka dengan Jungkook, dan Taehyung yang lebih tahu tentang banyak hal musik namun berbeda dengannya...

" Lisa, kenapa kau melakukan ini?" Tanya ku berbisik.

" Memang kenapa? Aku hanya membelamu. Kalau aku tak memanggilmu mungkin ini tak akan terjadi." Jelas Lisa walau aku tak tahu pasti atau tidak, namun aku merasa jika Lisa sangat peduli padaku. Rasanya begitu banyak cinta, namun dalam sekejap perhatian manis itu bisa hilang kapan saja.

" Kalian berdua masih mau berbicara, atau mau di hukum untuk mengelilingi lapangan estafet?" Tanya Bu Yoohyeon yang nampak dendam karna keinginannya tadi yang tidak terpenuhi.

" T-tidak, Bu.." Jawabku langsung saja menolak. Lagian siapa yang bisa.

" Jika saya kelilingi lapangan estafetnya dua kali, apa berarti hukuman Jennie sudah tak ada, dan dia bisa belajar di kursinya?" Tanya Lisa langsung saja.

Aku langsung membelalakkan mata saat mendengarkannya.

" Tentu saja, silahkan." Jawab Bu Yoohyeon.

Lisa pun pergi keluar dari kelas yang di ikuti oleh Bu Yoohyeon yang nampak sudah tak peduli dengan pekerjaan nya saat ini.

" Apa mereka mau berduaan? Tapi kemana?" Gumamku merasa cemas. Takut saja jika Lisaku akan PDKT dengan guru kami itu.

Konglomerat, JenlisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang