10 : Makan hati

1.2K 110 13
                                    

POV Jennie:

" Ummm... Lisa, tepatin janji kamu ya, kan waktu kita kecil dulu kamu udah janji buat menikah dengan aku." Ucapku sambil tersenyum lebar saat itu.

" Jangan menganggap hal-hal di masa kecil kita itu serius, karna aku masih kecil dulu." Timpalnya dingin.

Aku pun merasa terkejut sekaligus terhianati, " La... Lalu apa gunanya kita bertunangan sekarang jika tak akan menikah?" Tanyaku tak paham.

" Aku hanya ingin mematuhi orang tuaku dan tak ingin menimbulkan masalah." Singkat Lisa.

( Antara ada dan tiada, Utopia )

Hatiku terasa sakit, seperti kehadiranku tak di inginkan. Aku bingung apa yang harus ku lakukan agar dia bisa mengerti perasaanku dan tidak meremehkan perjanjian kita di waktu kecil.

" Oh.. Sorry." Kataku lesu, dan ku tinggalkan dia sendiri sesampainya di depan gerbang besar rumahku.

Lisa bahkan tak memanggilku, walau aku mengharapkan itu darinya. Mobilnya langsung pergi begitu saja tepat setelah aku turun.

#Malam harinya...

Aku harus makan malam berdua dengannya karena keluarganya yang mengundang. Mungkin orang tuanya ingin kami menghabiskan waktu lebih banyak bersama. Orang tua kami benar-benar menginginkan pernikahan ini terjadi.

" Wahh... Aku tidak menyangka bisa makan malam sama orang sedingin es kutub utara seperti itu. Aku malesssss bangetttt ketemu wajahnya yang sangat datar tanpa ekspresi....gilaa, Aku bisa gila lama-lama." Keluh ku walau berbeda jauh dengan suasana hatiku yang merasa sangat senang.

Asisten Dahyun yang mengirimkan kabar ini kepadaku secara langsung ke kamar, entah harus berekspresi bahagia atau malah sebaliknya. Rasanya sangat sulit menjelaskan perasaanku saat ini, kadang aku mengerti Lisa seperti apa orangnya, dan terkadang aku tidak mengerti.

Dia adalah orang yang sangat sulit untuk di mengerti. Entah kenapa aku bisa jatuh hati kepadanya, rasanya aku ingin mengutuk diriku. Kebanyakan orang akan menentang perjodohan namun berbeda jauh dengan diriku yang merasa baik-baik saja dengan hal itu meski perjodohan itu dengan seorang gadis, rasanya aku tak keberatan. Mungkin karena aku sudah mengenal Lisa sedari kecil. Namun anehnya, kenapa hanya aku yang jatuh cinta, sementara Lisa bahkan tak merasakan hal yang sama seperti yang kurasakan padanya.

Terkadang rasanya itu sangat sesak.

" Anda sudah selesai." Ucap penata make up memang sedang meriasi wajahku sedari tadi.

Aku melihat tampilan diriku dengan gaun merah di kaca yang besar. Ini sangat berbeda dengan diriku yang biasanya. Penata make up pun segera meninggalkan diriku sendirian di dalam ruangan.

" Secantik apapun, dia tak akan pernah melirikku." Ucapku dengan senyuman tipis di sana.

***

Sesampainya.....

19.00, Hotel L2 Manobal milik keluarga Lisa di tutup hanya untuk kami berdua makan malam.

Aku pun berjalan mengikuti seorang pelayan lelaki yang sudah menyambutku untuk menuju ruangan spesial yang sudah di persiapkan khusus untuk malam ini.

" Nona, silahkan."

Aku pun mengangguk sekali dengan senyum lalu masuk. Pelayan lelaki itu pun meninggalkan kami berdua.

Nampak Lisa di sana yang sedang memperhatikanku. Aku merasa kikuk sebenarnya, apalagi tatapannya...

" H-hai.. Selamat malam." Sapaku sembari duduk.

" Tak usah basa basi, cepat makan dan pulanglah." Balas Lisa jutek.

Boommmmmmmm!!!! Duarrrr...

Hatiku serasaaa ingin meledakk mendengar kata kata tajamnya. Aku benar benar tak ingin mendengarnya berbicara sekata pun!!! Ya ampunn akuuu ingin marahhhh!!!!!!!!!

Konglomerat, JenlisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang