Bell pulang sekolah berbunyi, semua murid-murid yang berada di dalam kelas mulai berkeluaran seolah sudah menunggu bel pulang sekolah berbunyi. Semuanya keluar begitu serempak tak memperdulikan guru yang masih berada di dalam kelas. Sungguh kelas unggulan ini tak mempunyai sedikit pun sopan santun tepat setelah aku mengetahui tentang aplikasi korupsi itu. Sepertinya memang aplikasi itu yang membuat para murid menjadi sewewenang pada guru-gurunya di dalam kelas tak memperdulikan gurunya yang sedang mengajar atau pun tidak.
Hanya tinggal beberapa dari kami yang ada di dalam kelas. Haruto berjalan melintasi mejaku, aku pun meliriknya, dan jelas terlihat wajah suramnya di sana. Bahkan tak ada sedikit pun senyum hanya ekspresi kosong sedih yang di keluarkannya. Jujur saja jika aku tak merasa enak, tapi mau bagaimana lagi.
" Sudah?" Lisa bertanya, Sepertinya dia sudah menungguku sedari tadi membereskan barang-barangku yang berada di atas meja. Soal sekolah, mejaku memang yang paling berantakan. Semua perlengkapan menulis harus di keluarkan. Seperti buku, pulpen, buku pelajaran, atau mungkin seperti buku dengan rumus-rumus di dalamnya.
" Sebentar lagi." Ucapku kembali fokus membereskan barang-barangku, Lisa juga ikut membantuku dan aku hanya tersenyum lalu kembali memasukkan buku-bukuku ke dalam tas.
" Jangan merasa bersalah, itu bukan kesalahanmu." Lisa berkata seperti itu tiba-tiba, Sepertinya dia mengerti perasaanku saat ini. Aku memang merasa tak enak kepada Haruto karna jelas Haruto sudah merubah sikapnya, tapi tidak dengan ayahnya.
Aku mengangguk. Lalu memakai tas ranselku, sudah siap pulang.
Oh ya, soal Ayah Haruto dia memang sudah di pecat dari jabatannya. Dan untuk orang yang menelpon saat di ruangan BK tadi, itu adalah dari ayahku yang membantu. Ayahku memang sangat memanjakanku, tapi sayang karna dia mempunyai tiga orang asing yang di sebut sebagai anaknya. Tiga lelaki, dan seorang perempuan yang menjadi istri keduanya, aku sangat benci tapi aku juga tak dapat menyalahkan.
" Bagaimana?" Taehyung bertanya saat Rose sedang menelpon kedua orang tuanya untuk meminta izin agar dia tidak pulang hari ini.
" Ummm... Sebentar." Balas Rose kembali menghubungi nomor ayahnya yang tak mengangkat teleponnya. Mungkin ayahnya saat ini tengah sibuk bekerja. Tapi biasanya jika ia menelpon Ibu, Ibunya akan mengangkat teleponnya, apakah dia harus menghubungi ibunya saja sekarang? Sepertinya lebih baik begitu. Lagian terlalu lama hanya untuk meminta izin dari ayah.
' Tut... Tut... '
Telepon pun terangkat, kami semua memberi fokus padanya. Anggota baru di dalam geng kami, Rosie.
" Eomma, katakan pada Appa jika aku tak akan pulang hari ini ke rumah. Aku hari ini hanya ingin bermain bersama teman-teman, menginap di rumah teman." Pinta Rose dengan nada manja yang terdengar menggemaskan. Nampak sekali jika dia adalah anak satu-satunya dalam keluarganya. Pastinya di manja.
" .... "
" Dia wanita Eomma." Jawab Rose.
" .... "
" Memang ada prianya. Tapi hanya dua. Tenang saja, aku akan baik-baik saja. Muachhh... Eomma saranghae... Aku akan pulang besok." Ujar Rose cepat lalu mematikan teleponnya.
Namun baru juga di matikan, telepon dari ibunya kembali muncul. Rose pun mematikan handphonenya, lalu memasukkannya ke dalam tas.
" Rose, ottoke? Orang tuamu akan khawatir... Bagaimana bisa kau mengatakan jika kau akan menginap dengan teman priamu kepada ibumu lalu mematikan teleponnya begitu saja... Ah jinjja.." Nampak Jungkook yang mulai frustasi. Yang benar saja.
" Aku setuju, Rosie. Lebih baik kau menghubungi ibumu lalu menjelaskan yang sebenarnya kepadanya." Ucapku.
Rose menggeleng, dengan bibirnya yang mengerucut ngambek, " Aku hanya ingin bebas sehari saja, apakah itu saja tidak boleh?"
![](https://img.wattpad.com/cover/342512956-288-k895044.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Konglomerat, Jenlisa
ЮморGenre: Comedy, Romansa, Misteri. Deskripsi: Jennie Kim, anak dari Konglomerat nomor satu Asia. Menjadi orang kaya tidak membuat Jennie Kim menjadi sombong namun malah berbeda, dia ingin hidup mandiri, belajar seperti mandirinya kedua orang tuanya ya...