POV Jennie:
_____
" Mereka berdua adalah saudaramu?" Tanya Rose padaku saat kami berdua berjalan kembali menuju kelas.
Aku menggeleng, " Yang satu adalah Kakak Sepupuku, sementara yang satu lagi adalah Asisten Pribadiku. Mereka berdua memang sudah lebih dari saudara apalagi aku hanya satu-satunya keturunan di keluargaku." Jelas ku.
" Pantas saja kalian dekat."
Aku pun hanya tersenyum.
" Aku juga satu-satunya anak di dalam keluarga ku tapi mereka tidak memberikanku teman kecuali Baby Sitter di masa kecil ku. Kau sungguh beruntung." Iri Rose kini.
" Heii... Sekarang kau sudah punya aku, kau bisa menganggapku sebagai saudaramu dan aku juga menganggapmu sebagai saudaraku." Ucapku menghibur saat melihat wajahnya yang nampak sedih.
" Wahh... Terima kasih. Aku kira kau akan merasa jijik padaku saat aku mengatakan itu." Kekeh Rose.
Aku menggeleng, " Rasanya kau adalah orang baik, aku tak merasakan jika kau adalah orang buruk yang biasa mengelilingi ku."
" Terima kasih, Jen."
" Tak masalah." Jawabku.
Sesampainya di dalam kelas. Aku pun menghentikan langkahku saat sadar, dan melihat-lihat orang yang ku cari sedang tak ada di dalam kelas. Memang pagi tadi saat aku memperkenalkan diriku, hanya Rose, dan anak lelaki yang di bully di kamar mandi tadi yang tidak menertawaiku, jadi aku jelas tahu di mana kursinya.
" Ada apa, Jen?" Tanya Rose yang berdiri di sebelahku. Memang saat ini kami tengah di muka pintu.
" Oh ya, siapa nama anak lelaki yang di bully tadi pagi?" Tanyaku pada Rose yang langsung berpikir.
" Asahi." Jawabnya.
" Ya, Asahi. Kau tahu dia ada di mana? Bukankah ini jam istirahat siang?" Tanyaku lagi.
" Aku tahu. Ikuti aku." Ajak Rose menarik tanganku pada akhirnya.
Kami berdua pun menyusuri lorong koridor yang memang cukup jauh dari kelas kami. Rupanya tempat yang kami tuju adalah kantin sekolah yang nampak begitu ramai saat ini.
" Dia di sana!" Tunjuk Rose membuatku langsung mengalihkan perhatian ke arah yang di tunjuknya, dan melihat Asahi dengan wajah lebam dan juga luka berdarah di bibirnya yang sobek. Asahi di sudut sana nampak sedang di obati oleh ibunya yang nampak cemas.
Aku pun menggeleng yang merasa begitu marah. Berapa kejamnya mereka yang sudah melakukan aksi tindak bully, bahkan jika itu sampai melukai fisik hingga separah ini.
" Ayo." Ajakku lalu berjalan ke sana di ikuti oleh Rose yang ada di belakangku.
" Asahi." Sapaku.
Asahi, dan ibunya nampak langsung mengalihkan perhatiannya padaku, dan juga Rose yang berdiri.
Mengingat sesuatu, Asahi langsung berdiri dari tutupnya dan membungkukkan tubuhnya beberapa kali pada aku, dan juga Rose.
" Terima kasih... Terima kasih.... Kalian yang sudah menyelamatkanku tadi, karena jika tidak aku tidak tahu seberapa lama lagi aku akan di siksa di dalam kamar mandi itu." Ucap Asahi dengan begitu cepat.
Aku, dan Rose nampak meringis mendengarkannya. Apakah sampai sejauh itu? Rose pun merasa bersalah, kenapa dia tidak membantu dan membela Asahi sedari dulu. Sungguh kasihan anak lelaki itu.
" Mereka yang menyelamatkanmu?" Tanya Ibu Asahi yang nampak juga ikut berdiri dengan wajah terkejutnya pada Asahi yang mengangguk senang.
" Mereka berdua yang ku ceritakan padamu, Eomma." Jawab Asahi dengan senyuman gembiranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Konglomerat, Jenlisa
HumorGenre: Comedy, Romansa, Misteri. Deskripsi: Jennie Kim, anak dari Konglomerat nomor satu Asia. Menjadi orang kaya tidak membuat Jennie Kim menjadi sombong namun malah berbeda, dia ingin hidup mandiri, belajar seperti mandirinya kedua orang tuanya ya...