POV JENNIE:
______
Setelah beberapa detik mencerna apa yang terjadi di depan mataku. Aku pun merasa sangat geram, dan risih melihat semua ini. Aku benar-benar merasa begitu marah.
Ku lihat laki laki lemah itu berdiri dengan darah di bibirnya. Dengan spontan tanpa menghiraukan Rose aku berlangkah.
Aku mengambil sebuah tong sampah yang ada di kamar mandi dan melemparkannya ke arah mereka semua yang begitu terkejut dengan kehadiranku. Mereka semua menatapku.
" Apa apaan ini woii..!!" Suara mereka terdengar kerass.
" Wah apa-apaan nih cewe. Mau apa kau datang ke sini?!!" Salah Satu dari yang membully jalan ke arahku.
Mereka terdiri dari 2 perempuan dan 4 laki laki. Aku merasa tak gentar sedikit pun menghadapi mereka.
Dan aku hanya bersama Rose yang cukup jauh di belakangku. Aku tetap tidak takut, dari kecil aku sudah sering mendapat pukulan dari guru bela diriku. Jadi mental, atau pun ketahanan fisikku bukanlah abal-abal.
" Wahh.... Ini namanya bullying! Kalian bisa-bisanya memukuli dan menyiramkan air kepada salah satu murid sekolah ini? Di mana hati nurani kalian?" Tegurku santai.
" Jangan ikut campur!" Seorang perempuan mendekatiku dan menggertak dengan kata-kata menekannya.
Aku menatapnya tajam, dengan sebelah alisku yang naik. Aku pun tersenyum dan langsung mengambil ponselku, dan memotret semuanya dengan begitu semangat. Siapa mereka, dan apa yang mereka lakukan. Aku jamin jika mereka berenang benar-benar akan keluar dari sekolah ini jika tidak jangan panggil aku dengan nama, Jennie.
" Eh kaliannn semua sini dulu dong tunjukin mukaa. Gaya... Gaya... Senyum... Satu... Dua... Cekrekk Cekrekkk..."
" Gadis sialan! Apa yang kau lakukan...!!" Perempuan itu mulai panik dan hendak merebut ponselku.
Namun dengan mudah aku mendorong, dan menjatuhkannya.
" Terima kasih kawan kawan. Silahkan lanjutkan aktivitas kalian tapi jangan sampai membullynya. Sekarang aku akan menemui kepala sekolah, dan memberikannya semua bukti ini." Kataku sambil berlari , dan melenggang pergi." Kau pikir kami takut?" Suara berat laki laki tinggi itu menghentikan langkahku.
" Kenapa tidak?" Kataku polos.
" Hahaha..... Kau anak baru ya? Tidak tau aku siapa?" Laki laki itu.
" Ayahmu pemilik sekolah ini kan?" Tanya Rose pada laki-laki bertubuh tinggi itu, ya laki-laki yang bernama Haruto.
Aku langsung menoleh ke arah Rose.
" What...?? Are you talking about?" Bisikku yang tadinya akan menarik tangan kelas agar kami berdua menuju kantor Kepala Sekolah untuk memberikan semua ini.
" Iya, Hahaha..." Tawa pria bertubuh tinggi itu.
" Lalu kenapa jika Ayahmu kepala sekolah di sini?" Tanya ku merasa bingung, memang apa hubungannya.
" Dia tidak akan menghukumku, dan malah dia yang akan menendangmu dari sekolah ini. Menendangmu dengan nama yang benar-benar sangat jelek! Jadi kau tidak akan di terima lagi di sekolah mana pun lagi, Hahaha..." Tawa Laki laki itu.
" Diam jangan bicara seperti itu Ruto!!" Rose memperingatkan Haruto dengan begitu geram sembari menunjuk ke arahnya.
" Kenapa? Dia miskin kan? Dan kenapa kau malah membelanya, Rose? Bentar lagi si Jennie itu juga akan di keluarkan dari sekolah milik ayahku ini." Laki laki itu terus nyerocos merendahkan. Dan terus mengatakan omong kosong jika aku akan di keluarkan dari sekolah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Konglomerat, Jenlisa
HumorGenre: Comedy, Romansa, Misteri. Deskripsi: Jennie Kim, anak dari Konglomerat nomor satu Asia. Menjadi orang kaya tidak membuat Jennie Kim menjadi sombong namun malah berbeda, dia ingin hidup mandiri, belajar seperti mandirinya kedua orang tuanya ya...