Lisa mengambil tas sekolahnya yang masih berada di dalam kelas. Hanya dia yang masih berada di kelas kosong ini sekarang, aura suasananya benar-benar terasa berbeda.
Lisa menghembuskan nafasnya, kenapa kekacauan sebesar ini sangat cepat terjadi. Lisa sama sekali tak membayangkan jika akan seperti ini jadinya. Hanya satu kalimat yang di ucapkan oleh bibirnya dan kesalahannya sudah terasa sebesar ini.
Apakah dia harus pulang ke rumah yang mereka sewa dekat sekolah ini atau kah... Mungkin kah. Sepertinya Lisa memang harus pulang ke sana meski harus mendapatkan perasaan kekecewaan dari teman-temannya yang kecewa padanya, dan juga dari dirinya yang kecewa pada teman-temannya.
Lisa berdiri, hal pertama yang harus dia lakukan saat ini adalah mengawasi Asahi. Ada satu alasan besar yang membuat Lisa sangat mempercayai jika pelaku dari pembunuhan ini adalah Asahi.
Lisa berjalan keluar dari kelas yang sepi, koridor juga sepi, semuanya memang sudah benar-benar sepi dan tidak ada seorang pun di sekolah sebesar ini sekarang.
Lisa terus berjalan, tak ada yang mencurigakan... Satu tempat yang harus di tuju olehnya sekarang adalah rumah Asahi yang berada di belakang sekolah atau tepatnya di sekitaran area luar dari kantin sekolah.
Lisa yang sudah sampai di kantin sekolah pun menemukan seorang wanita mungkin sekitaran umur 30 an ke atas, tengah membereskan barang-barangnya di sana.
" Bibi?" Lisa mengeluarkan suaranya membuat wanita itu tersadar dan menghentikan tangannya yang sedang mengatur koper.
" Apa kau belum pulang? Semua murid di sekolah ini sudah pulang. Banyak para pekerja sekolah ini yang berhenti karena kasus pembunuhan ini, aku sudah cukup lama menjadi OB di sekolah ini, dan tinggal di sini, Aku juga ingin berhenti karena banyak dari teman-temanku yang juga berhenti. Kata mereka reputasi sekolah ini akan hancur." Ucap Wanita itu.
Lisa pun terdiam, apakah memang akan sebesar itu dampaknya.
" Kau juga lebih baik berhentilah dari sekolah ini dan carilah sekolah baru jika kau masih memperhatikan pendidikan mu." Lanjut Wanita itu pada Lisa yang terdiam.
" Mungkin Bibi sudah salah, polisi masih sedang mencari pelaku dari pembunuhan ini. Setelah pelakunya tertangkap, dia akan di penjara dan sekolah ini akan kembali berjalan dengan normal. Lagipula tak adil rasanya menghukum semua murid-murid yang bersekolah di sekolah ini karena stigma jelek yang di buat oleh seseorang yang tak mempunyai hati juga pikiran." Jelas Lisa mengeluarkan pendapatnya.
Jika satu orang yang salah, tak mungkin jika satu sekolahan yang di hukum atas kesalahannya.
" Benarkah akan tertangkap? Bukankah pembunuhnya adalah murid dari sekolah ini, pemilik dari sekolah ini, Putri nomor satu dari konglomerat Asia. Sudah pasti jika kasus ini tak akan pernah mendapatkan kejelasan, orang-orang kaya bisa melakukan apapun untuk menutupi kesalahannya. Lagi pula jika sekolah ini di tutup, itu tak akan memberikan kerugian pada mereka karna mereka kaya, dan memiliki banyak perusahaan. Aku sama sekali tak ingin bekerja pada orang seperti itu meski harus di bayar mahal." Ucap Wanita itu dengan sangat tegas menunjukkan pendiriannya.
Lisa pun terdiam lagi, tak ada gunanya dia menjelaskan apapun karena wanita ini sepertinya tak akan mau mendengarkannya.
" Apakah Asahi, dan Ibunya yang bekerja di kantin juga pergi dari sekolah ini?" Tanya Lisa.
" Ohh... Itu... Aku mendengar jika Asahi akan pindah dari sekolah ini, aku dengar ibunya juga akan pindah bekerja, mungkin mereka sedang menuju perjalanan ke kampung halaman mereka sekarang." Jawab Wanita itu memberikan jawaban.
Kampung halaman? Asahi pindah? Itu artinya dia tak akan pernah bertemu dengan Asahi lagi. Bagaimana jika Asahi yang memang benar-benar melakukan pembunuhan itu? Lisa semakin yakin dengan pikirannya. Dia tak dapat memperbolehkan Asahi pergi sebelum mempertanggung jawabkan perbuatannya.
" Apakah Bibi tahu dimana kampung halamannya?" Tanya Lisa.
" Apakah ada keperluan hingga kau mencari tahu alamatnya? Aku dengar jika Asahi bukan lah menyukaimu tapi menyukai pemilik dari sekolah ini, Jennie Kim." Ucap Wanita itu dengan polosnya langsung mengernyitkan keningnya. Apa-apaan yang dia dengar saat ini. Menyukai tunangannya?
" Menyukai pemilik dari sekolah ini?" Lisa sengaja bertanya untuk mencari tahu lebih lanjut hal yang tidak di ketahui olehnya.
" Nde... Dulu Jennie Kim pernah membantu Asahi dari kasus pembullyan. Jennie Kim bahkan sering menemui Asahi di kantin, dan berbicara dengannya bersama temannya Jennie, si.... Itu juga anak konglomerat yang wanita rambut blonde pirang, Rose. Kami sering menjodoh-jodohkan Asahi dengan Jennie, Asahi juga sering tersenyum malu saat kami goda, jadi kami yakin jika Asahi memang menaruh perasaan lebih pada Jennie Kim. Tapi tak menyangka saja jika Jennie Kim adalah pemilik dari sekolah ini, jadi kami rasa jika Jennie Kim membantu Asahi dari Pembullyan itu agar nama sekolahnya tidak rusak karna Jennie Kim adalah pemilik baru sekolah ini." Jelas wanita itu menceritakannya dengan panjang, " Tapi baguslah, dengan adanya kasus ini Asahi yang baik tak harus menjadi korban perasaan, dan terbohongi oleh wanita munafik itu. Aku tahu jika Asahi akan merasa kecewa tapi itu akan jadi lebih bagus agar dia dapat mematikan perasaannya dari Jennie Kim yang rupanya adalah seorang ular berbisa." Lanjut Wanita itu.
Lisa pun merasa cukup tersinggung karena kata-kata dari wanita itu. Namun dia juga tak dapat mengatakan apapun apalagi wanita ini yang nampak keras kepala dan tidak suka jika pemikirannya akan di ikut campuri atau di protes.
" Makasih atas penjelasannya. Tapi bisakah Bibi memberitahukan saya di mana kampung halaman dari Asahi?" Tanya Lisa lagi. Dia memang merasa geram karna bisa saja memang Asahi pelakunya. Apalagi saat Bibi ini mengatakan jika Asahi adalah orang yang baik. Harusnya dia merasa malu. Akan Lisa buktikan jika Jennie bukanlah orang yang bersalah.
" Apakah kau menyukai Asahi?" Bibi itu tiba-tiba bertanya dengan senyuman menggodanya.
Lisa yang mendengarkannya itu pun langsung membuka mulut dengan wajah merasa risihnya.
" Saya tidak menyukainya." Ucap Lisa dengan jujur.
" Lalu untuk apa kau bertanya tentang kampung halamannya? Apalagi kalau bukan karena kau menyukainya? Kau tak sanggup hidup tanpa dirinya, dan mencoba mendekatinya dengan pergi ke rumah.. Aaaa... Aku sudah sering membaca cerita-cerita seperti ini, cerita tentang anak gadis dari orang kaya yang menyukai seorang pria dari kelas menengah ke bawah... Ceritanya sangat romantis..." Ucap Bibi itu yang merasa baper tiba-tiba.
Sementara Lisa yang mendengarkannya merasa, cringe.
" Kau menyukainya?" Tanya Bibi itu lagi.
" Andwae.." Jawab Lisa merasa kesal.
" Jeongmal???"
" Bisakah saya mendapatkan nama kampung halamannya?" Tanya Lisa dengan nada yang sangat dingin.
Bibi itu pun langsung tercengang dengan nada itu, sepertinya dia benar-benar sudah kelewatan batas.
" Kampung halamannya berada di Swacheon... Itu jauh dari Seoul dan naik kereta api. Kira-kira 6 jam perjalanan." Jelas Bibi itu.
" Gomawo." Ucap singkat Lisa lalu segera pergi dari sana karna perasaan kesalnya yang sudah terlebih dahulu mendahului.
Tanpa di sadari oleh mereka, seseorang yang bersembunyi di balik dinding nampak memata-matai dan mendengarkan obrolan mereka. Seseorang misterius itu juga ikut pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Konglomerat, Jenlisa
HumorGenre: Comedy, Romansa, Misteri. Deskripsi: Jennie Kim, anak dari Konglomerat nomor satu Asia. Menjadi orang kaya tidak membuat Jennie Kim menjadi sombong namun malah berbeda, dia ingin hidup mandiri, belajar seperti mandirinya kedua orang tuanya ya...