CHAPTER 1

41.8K 435 3
                                    

MILAN, ITALIA

Suara ketukan terdengar nyaring yang berasal dari kuku seorang wanita yang mengetuk meja yang terbuat dari besi. Tatapan dingin, tanpa sedikitpun senyuman menatap ke arah layar projektor yang menampilkan semua serangkaian photo yang di ambil dalam kurun waktu tiga belas hari yang berbeda. Setiap tiga belas hari pembunuhan terus terjadi pada wanita muda di negara Milan, Italia.

"Bagaimana?" Audrey salah satu Leader di agen rahasia, kini sedang menatap ke arah Zella.

"Pikirkan saja terlebih dahulu, kau hanya menjadi pembantu pulang dan pergi tidak menetap Zella." Diandra yang merupakan agen rahasia juga.

"Aku akan pikirkan..." Zella masih mencoba untuk mengatur strategi seandainya, ia menerima pekerjanya ini.

"Queenzella." Audrey leader yang selama ini bersama Zella.

Zella telah bersama Audrey lima tahun. Yeah, ia memang tidak bergabung sejak awal di bentuknya agen yang di pimpin oleh Leader terbaik ini. Awalnya hanya ada 3 orang agen rahasia Audrey, Diandra, Layla dan Queenzella sendiri adalah orang yang terakhir bergabung menyempurnakan tiga orang hebat itu.

"Iya kak." Zella menganggap Audrey seperti kakaknya sendiri, Audrey dan Diandra banyak membantu perkembangan Zella.

"Aku yakin akan kemampuanmu, terlepas dari apa yang akan terjadi nantinya." Audrey meletakan Handgun terbaik miliknya, tak hanya Audrey saja.

Diandra juga meletakan pisau lipat kesayangannya. Mereka berdua sedang menatap ke arah Zella, sedangkan Zella hanya menatap ke arah dua senjata tajam dan berbahaya yang selama ini telah ia pelajari.

Misi kali ini begitu sulit bagi Diandra, karena ia akan mendatangi sebuah mansion Keluarga Cristopher. Entah apa yang akan ia hadapi di dalam sana, Zella tak akan tau.

"Aku akan menyelesaikan misi ini!" Zella meletakan Handgun miliknya di atas meja besi yang sama.

"Bagus Zella, aku menyukai sikap pemberanimu! Mari kita atur strategi keesokan harinya." Audrey menepuk kecil bahu Zella, panggilan telepon dari putra Audrey membuat leadernya harus pamit lebih cepat.

Saat ini yang tersisa hanyalah Diandra dan juga Zella yang masih berfokus pada layar projektor. Mata Zella terus melihat pergantian foto, satu persatu jika ia mengamati secara rinci—semua pembunuhan di lakukan pada satu titik, yaitu dengan menusuk di bagaian urat nadi pada leher.

"Kau amati dulu, apa kau merasa aneh dengan cara ia membunuh?" Diandra menatap ke arah Zella.

Diandra sudah berdiskusi dengan Audrey sebelumnya. Bahwa seharusnya Audrey berencana turun menyelesaikan misi ini. Hanya saja, Diandra melarang Audrey dengan berpikir bahwa mereka berdua memiliki suami yang overprotektif. Dan misi ini di lakukan tak hanya satu dua hari saja.

"Dia membunuhnya dengan cara menusuk di urat nadi." Zella langsung mengatakan apa yang ia pikirkan.

"Benar! Tak hanya disana saja coba kau perhatian, ia juga mencabut kuku  telunjuknya." Diandra memperbesar beberapa, foto korban yang terlihat jari telunjuk itu membiru karena kukunya telah hilang.

"Yeah aku juga menyadari hal itu. Tapi sialnya! Putra bungsu Cristopher ini selalu saja lolos pemeriksaan, dan tak memiliki bukti atau bekas kriminal yang menyeret namanya." Zella mencengkeram tangannya, sebelumnya ia sudah meminta Layla yang begitu ahli dalam merentas data internet tetap saja tak ada catatan kriminal Mikequel Cristopher.

"Dia cukup licik dan pintar dalam memainkan aksinya." Diandra mengangguk dan menyetujui akan hal yang di katakan Zella. Sungguh sangat ia kagum cara kerja pembunuhan yang di lakukan Mikequel Cristopher, kenapa mereka bisa menuduh Mike pembunuhnya? Padahal Mike tak memiliki bukti melakukan aksi pembunuhan. Tentu saja dari para keluarga korban.

Mereka mengatakan bahwa Mike pernah dekat dengan putri mereka, tetapi sayangnya tak ada yang bisa menjebloskan Mike atau meminta keadilan atas pembunuhan. Keluarga Mike seakan pandai dalam melakukan aksi menutupi skandal putra mereka.

******

"Siapa namamu?" Wanita muda yang tertarik akan paras wajah tampan yang terlihat cute itu.

"Panggil aku Mike or Mikey." Pria itu membelai wajah wanita muda yang begitu membuatnya tergila- gila dalam berapa hari ini.

"Mikey?" Wanita itu membelai dadanya Mike.

"Aku ingin menjadi kucing untukmu." Mike menjilat leher wanita muda itu, menggigit kecil kuping wanita yang akan menjadi targetnya.

"Kucingku yang cute, aku ingin bersamamu selamanya."

Wanita yang tak Mike kenali namanya itu, langsung menarik tengkuk Mike dan melumat bibirnya secara brutal. Mike tak akan melewatkan kesempatan ini, ia segera mengendong tubuh kecil itu dan menuju tangga yang akan membawa mereka menuju kamar utama.

Saat ini mereka berada di sebuah vila di Italia. Mike sengaja memesan vila untuk melancarkan aksinya, tangannya langsung saja melakukan aksi nakalnya. Menanggalkan seluruh pakaian wanita yang berusia dua puluh satu tahun, Mike akan selalu mencari wanita muda dari 18- 21 tahun karena mereka masih bodoh dan polos di mata Mike yang berusia 27 tahun.

Mike membelai wajah wanita yang bernama Cindy. Tangannya mulai turun menyentuh semua keindahan yang ada pada tubuh Cindy, desahan telah memenuhi ruangan. Mike sebenarnya membenci suara berisikan. Tapi karena ia belum menyatukan tubuhnya dan Cindy, Mike biar mulut itu merancau akan permainan binal jemari Mike.

"Kau menyukai permainanku?" Mike berbisik kecil, matanya menatap wajah Cindy yang telihat sangat frustasi. Tanpa aba- aba Mike menyatukan tubuh mereka.

"Say to good bye baby." Mike berbisik terakhir kali sebelum tangannya menusuk Cindy dengan gunting tepat pada lehernya.

Darah segar mengalir di atas ranjang Mike hanya tersenyum, ia menyukai melihat darah yang banyak. Mike seakan terobsesi akan hal itu.

Telepon Mike terus saja berbunyi. Ia menghentikan tawanya, dan menjawab telepon dari seseorang. "Hallo Daddy, Mike membunuh orang lagi." Mike dengan bangganya mengatakan hal ini kepada ayahnya.

"Katakan padaku! Dimana kau sekarang!"

Mike menjauhkan ponsel dari jangkauan telinganya, sebelum kembali mendekatkan ke telinga kirinya lagi.

"Daddy gendang telinga Mike bisa rusak! Mike berada di vila Markus." Mike dengan santainya menyebutkan nama vila yang tak terkenal, tapi pasti akan terkenal sebentar lagi karena kasus pembunuhan ini.

"Menjauhlah dari sana, Daddy akan mengurusnya!"

"Tidak Daddy aku bisa menyelesaikannya."

Mike mematikan ponselnya dengan cara melemparnya, dengan kencang pada dinding beton yang ada di sampingnya. Ia kembali berfokus pada wanita yang telah mati, Mike menyeret tubuh itu turun dari ranjang dan membawanya menuju bathtup.

Mike menghidupkan keran mengisi air dalam bathtup sampai penuh. Ia membelai pipi Cindy yang telah pucat, tangan Mike menuangkan sabun kedalam permukaan air dan membiarkan air berbusa.  Tangannya mematikan keran air berwarna putih susu itu berubah menjadi pink karena bercampur dengan darah yang masih terus saja mengalir.

"Mandilah sayang, kau harus cantik... Dan kau harus wangi menghadap Tuhan." Mike mengambil sarungan tangan, ia kembali menyentuh tangan cantik Cindy yang mengunakan nail art. Tanpa ingin membuang banyak waktu. Mike menarik satu kuku telunjuk Cindy hingga terlepas.

"Aku akan membawa ini sebagai oleh- oleh." Mike pergi membawa potongan kuku korbannya.

*****
VISUAL CEK DI IG AUTHOR JINGGAMATAHARI888

𝐓𝐇𝐄 𝐌𝐈𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍 𝐊𝐈𝐋𝐋 𝐘𝐎𝐔 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang