⚠️ 21+ CERITA AKAN DI PRIVATE SECARA ACAK JIKA INGIN BACA PART LENGKAP DI HARAPKAN FOLLOW DULU.
JANGAN DATANG UNTUK PLAGIAT!
Queenzella atau kerap di panggil Zella adalah salah satu agen rahasia. Zella sedang melakukan sebuah misi dimana dirinya h...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*******
Suara tembakan terdengar begitu kencang. Peluru berterbangan mengenai papan sasaran yang tak lagi berbentuk karena, sang pelaku yang tak berhenti menebak hampir dua jam.
Zella terus menembak pada papan sasaran yang berjarak 10 meter darinya. Ini adalah jarak yang masih lumayan dekat baginya, tak ada satupun peluru yang meleset dari titik hitam yang telah hilang. Setiap tarikan pelatuk yang berasal dari Handgun kesayangannya, hanya wajah Kenneth yang terus muncul dan wajah Dealova yang terlihat bahagia— dua orang ini seharusnya tak masuk kedalam pikiran Zella hingga merusak moodnya.
Sampai akhirnya Zella berhenti menembak karena telah kehabisan pelurunya. Dengan kemarahan yang tersisa Zella melemparkan Handgun di tangannya, matanya kembali menatap tajam ke arah depan. Buku- buku jemarinya, memutih mencekam pinggiran meja besi yang ada di dekatnya.
"Mau bertarung?" Diandra muncul di belakang Zella. Ia menjadi saksi dari awal Zella masuk kedalam lapangan tembak, wanita itu terlihat sangat emosi dan Diandra menyaksikan sampai endingnya Zella begitu terbakar amarah.
"Aku tak ingin membunuhmu kak." Zella masih berusaha menolak ajakan Diandra, karena Zella tau bahwa dirinya sulit untuk di kendali saat emosi telah mencapai puncak kepalanya.
"Kalau bukan denganku ayo pergi menuju ring kematian." Diandra menarik tangan Zella dan menggadeng tangan Zella untuk pergi ke suatu tempat dimana Audrey terkenal sebagai orang pertama yang mencetak skor kematian di sana.
Zella sering mendengar tempat itu dari cerita agen- agenya tentang masa lalu Audrey sampai akhirnya, ia menjadi tunduk kepada suaminya— yang begitu memikat Audrey dengan dominan membuat Audrey pensiun dari tempat itu.
"Kau yakin akan membawaku kesana? Apa keuntungan yang aku dapatkan," ujar Zella masih bertanya akan keuntungannya bertarung di ring kematian itu.
"Lawanmu mati, kau mendapatkan kepuasan dan mungkin juga uang... Sebaliknya kau yang sekarat bisa jadi kau menjadi budak pemuas nafsu lawanmu untuk satu malam." Diandra menjelaskan peraturan yang pernah ia dengar dari orang yang bekerja di dalam sana.
"Kalau begitu aku kalah saja, aku juga butuh pemuas nafsu sekarang." Zella menyandarkan kepalanya di kursi mobil dengan kedua tangan yang berlipat di depan dada.
"Hei bodoh, aku tau aku sakit hati! Tapi jangan pernah berpikir untuk menjadi pelacur." Diandra memukul belakang kepala Zella dengan kencang, Diandra juga menekan tombol yang membuat kursi mobil yang Zella duduki menjadi posisi yang lurus.
"Jangan membuat aku malu! Aku akan masuk, menggunakan nama Audrey disana." Diandra kembali berceloteh dan menekan pedal gas menambah kecepatan mobilnya.
"Istirahatlah kumpulan energinya sebelum bertarung."
"Bagaimana aku bisa beristirahat sialan!! Kau membawa mobil saja, seperti sedang mengantarkan aku menuju neraka!" Zella yang baru saja akan memejamkan matanya tiba- tiba bangun dan memegang pegangan pada atas kepalanya, mobil terguncang- guncang seperti sedang di arena balapan.